D [Ending]

815 12 1
                                    

Archevêché Bridge, Paris, Perancis

Setelah sarapan pagi di Cafè de Flore, dengan paksaan Jongin yang ingin mengelilingi sudut kota Paris lagi, akupun mau tak mau bangkit dari tidur nyenyakku jika tak ingin mendapat ancaman dari Jongin yang akan menyerangku lebih ganas daripada semalam. Disinilah kami. Berada di salah satu jembatan yang menarik perhatianku setiap aku tak sengaja melewati jembatan ini. Jembatan gembok cinta, menurut orang-orang. Hal itu dikarenakan banyaknya gembok yang berwarna-warni bergantungan di kawat besi di jembatan ini. Sangat banyak jumlahnya dan bentuknya pun unik.

Sama seperti di Namsan Tower, aku jadi tahu kenapa tadi Jongin sempat menarik tanganku agar masuk ke dalam toko peralatan dan membeli sepasang gembok berwarna merah serta spidol permanen yang berwarna hitam. Ia ingin mengunciku disini, tepatnya mengunci cinta kita. Aku pun menuliskan nama Kim Jongin dalam huruf hangul begitu pun dengannya, ia menuliskan nama Kim Ara dalam huruf hangul. Aku tersenyum kecil melihatnya serius menulis seperti itu.

Setelah selesai, ia memperhatikan sejenak dua gembok itu. Lalu tersenyum puas, aku ingat saat ke Namsan Tower bersamanya, dulu. Ia berkata ingin sekali mengunci cintanya dengan kekasihnya kelak di Love Locks yang ada di Namsan Tower. Dan keinginannya itu tercapai, bahkan ini yang kedua kalinya kami mengunci cinta kami. Satu di Namsan Tower dan yang satu disini, sekarang. Di jembatan Archevêché. Setelah memastikan gembok-gembok itu tergantung dengan pas. Kami berdua melempar kuncinya ke aliran air yang ada di bawah jembatan ini. Sambil berharap, agar cinta kami abadi selamanya.

Ia memeluk pinggangku dan mengelusnya pelan. Aku menolehkan kepalaku lalu mengecup bibirnya sekilas dan melepaskannya setelah ia berhasil membalas beberapa kali kecupannya itu. "Ini tempat umum!" protesku setelah memukul pelan dadanya. Ia terkekeh kecil dan mengangguk mengerti.

"Kajja, Eo, apa kau ingin ke Museum Louvre, Ara-ya?" tanyanya sambil menyeringai. Ia sedang berusaha meledekiku, eo? Aku mencubit pinggangnya dengan kuat, refleks ia merintih kesakitan. Rasakan.

"Kau ingin aku tersesat, huh?" Aku meniup poniku kesal. Ia menggeleng.

"Bukan begitu, Ya sudah bagaimana kalau kita ke Galeries Lafayette Mall?" tawarnya dan aku langsung mengangguk setuju. Sebuah tawaran yang memang aku inginkan, karena kemarin aku tak sempat kesana. Alasannya mudah, karena aku tak mau pergi sendirian.

"Dasar wanita, jika diajak ke mall saja mau." ledeknya sambil mengacak rambutku dengan lembut. Aku mempoutkan bibirku dan ia langsung mencium pipiku.

"Aish, kau selalu mencari kesempatan!" protesku.

"Lagipula, aku tak seperti wanita kebanyakan yang langsung memborong beberapa barang di mall. Aku ingin ke atapnya, Jongin-ah. Ada yang ingin aku tunjukkan padamu." jelasku panjang. Ia membulatkan matanya. Aku terkekeh.

"Kau akan tahu setelah kita sampai." Kami pun meneruskan jalan kami.

***

Rooftop of Galeries Lafayette Mall, Bulevar Haussmann, Paris, Perancis

Tak memakan waktu yang lama, kami pun sudah sampai di atap mall yang terkenal dengan banyaknya pengunjung ini. Aku menggandeng tangan Ara dan sesekali melepas tangannya, menggantinya dengan memeluk pinggangnya. Aku melihat ke sekelilingku.

Tempat ini tak begitu sepi, namun suasana disini nyaman, angin yang berhembus juga sejuk. Aku pun menyadari kenapa Ara menyukai tempat seperti ini.

"Jongin-ah." panggilnya pelan. Aku segera menoleh menatapnya, dan mengelus pipinya pelan.

"Hmm?"

"Kau bisa Waltz, 'kan?" tanyanya. Aku mengangguk. Apa ia tak ingat ketika aku kembali dari Paris dulu ia yang menjadi pasanganku untuk sebuah pertunjukkan Waltz?

KAIARA | SWEETEST NIGHT (M)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang