U N S P O K E N
BAGIAN SATU
2002
"Ibu, dimana tas sekolah Tae? "
Taehyung, bocah yang baru saja memasuki usia 6 tahun itu memekik dari kamarnya. Rambutnya sudah disisir dengan sangat rapi, begitupun baju seragam yang sedikit kebesaran sudah terpasang manis ditubuh gembulnya. Matanya berkali – kali ia kedip-kedipkan tatkala seseorang dihadapannya menepuk-nepukkan bedak beraroma bayi yang Taehyung sangat sukai.
"Ada dilemari sayang, Apa Ayah tidak menemukannya?"
Suara perempuan terdengar menyahut, Han Yara menghela nafas dan terburu-buru menyelesaikan apa yang sebelumnya tengah ia kerjakan, memasak sarapan.
"Hihi, tidak Ibu, Ayah tidak menemukannya. Iya kan Ayah?"
Riuh tawa malah terdengar dikamar Taehyung bersamaan dengan langkah tergesa Ibu yang turut mendekat, sosok dihadapan Taehyung pun begitu asyik menepuk-nepuk pipi gembil milik Taehyung, Putra pertamanya.
"Ya Tuhan, Ayah!" Yara berseru kuat setelah terdiam diambang pintu, menyaksikan dua lelaki kesayangannya yang kini sudah penuh dengan taburan bedak, terutama Taehyung yang wajahnya sudah penuh dengan warna putih.
"Ayah, Ibu meminta Ayah membantu Taehyung bersiap-siap untuk kesekolah kenapa malah menjadi badut seperti ini?"
"Hihi, badut? Ayah apa Tae seperti badut?"
Sang Ayah yang merupakan titik keributan pagi ini, Kim Seokjin menampilkan cengiran tak bersalah miliknya.
"Ayah sudah membantu, Ibu. Lihat baju dan rambut Taehyung sudah sangat rapi, Taehyung bahkan sudah begitu wangi. Benarkan? Wangi Hmm...sangat wangi.."
Taehyung kecil terkikik ketika Seokjin menciumi tubuh dan wajahnya dengan gemas, walaupun kesal Yara tidak bisa menahan dirinya untuk tidak ikut-ikutan merasa gemas.
"Hah!" Yara menghela nafas, berjalan mendekat dan menyingkirkan Seokjin dengan cepat dari tubuh anaknya.
"Sudah-sudah! Ayah, segera mandi sana. Jangan lupa Ayah akan mengantar Taehyung di hari pertamanya sekolah pagi ini, sarapan sudah Ibu siapkan . Lain kali, jangan menjadikan Taehyung seperti ini lagi, oke?"
Seokjin tersenyum menggoda, menciumi lembut rambut istrinya yang tampak kesal namun menggemaskan.
"Iya, Ibu. Maafkan Ayah ya?"
Matanya membulat dengan lucu, Seokjin memang selalu mampu membuatnya merasa berbunga.
"Sudah sudah, lekas mandi sana. Taehyung sini, Ibu rapikan wajahnya. Ayahmu itu ya, benar-benar. Tega sekali membuat wajah putra Ibu jadi cemong begini.."
"Kata Ayah Tae sudah tampan seperti Ayah, Ibu"
"Ayahmu itu, benar-benar."
Taehyung tersenyum polos setelah Seokjin berlalu keluar seraya mengacungkan ibu jarinya, melambai-lambai seakan mereka akan berpisah lama.
"Tapi Tae suka bau bedaknya, Ibu.."Ujarnya dengan begitu polos saat Yara sedang sibuk membenahinya.
"Iya, Tapi tetap tidak boleh banyak-banyak seperti tadi, Eum? Nah sekarang sudah rapi, sudah sangat tampan.."
Yara begitu gemas melihat putra pertamanya berdiri dengan manis dihadapannya, seragamnya yang cukup terlihat kebesaran itu terpasang menggemaskan tatkala ia menggunakan celana bermotif kotak itu diatas perut.
"Tae, Sekolah kali ini sama seperti di sekolah yang kemarin ya? Tapi bedanya tidak ada lagi banyak mainan seperti di Taman Kanan-Kanak, Tae harus belajar dan berteman dengan baik pada siapapun, mengerti ?"
Ia mengangguk lucu, "Mengerti Ibu, sekarang dimana tas Tae? Tae mau memasukkan cat warna dan buku gambar Tae."
Yara beranjak, mengambil tas sekolah dilemari yang sudah ia siapkan sejak tadi malam. "Sudah Ibu siapkan, Tapi hari ini tidak ada pelajaran mewarnai. Tae tidak boleh membawanya, Ya? Tae harus belajar dengan benar, mendengarkan apa yang disampaikan Ibu guru, Tae mengerti?"
Sebenarnya hal ini sudah sering terjadi saat Yara memberikan penolakan atas keinginan Taehyung, dan entah kenapa tetap saja ia sedikit merasa sedih ketika harus meninggalkan cat warna miliknya dirumah.
"Nanti akan ada lebih banyak teman, Tae pasti tidak akan sempat mewarnai. Jadi tinggalkan ini dirumah saja ya, Sayang?"
Kepalanya mengangguk pelan, Taehyung memang anak yang penurut hingga senyum manis itu sudah terpasang di wajah tampannya.
"Nah sekarang ayo kita sarapan dan menunggu Ayah di meja makan, Ibu sudah menyiapkannya. Tapi Tae makan bersama Ayah ya? Ibu ingin memandikan Adik Kookie sepertinya adik sudah bangun.."
"Baik Ibu, tidak apa – apa."
Yara mengusap rambut lembut dengan potongan seperti mangkok itu dengan penuh kasih.
"Dan nanti, sepertinya Ayah hanya bisa menemani Taehyung sebentar saja. Tae tahu kan Ayah harus bekerja? Jadi tetap menurut dan dengarkan apa kata Ibu Guru ya? Katakan pada Ibu Guru jika Taehyung membutuhkan bantuan dan jangan lupa habiskan bekal yang Ibu berikan nanti, ya?"
Lagi, Taehyung mengangguk dengan senyuman khas berbentuk kotak miliknya membuat Yara pun ikut tersenyum. Yara menggandeng tangan mungil milik Taehyung untuk meninggalkan kamarnya, sebelah tangan menjinjing tas sekolah bergambar Mickey Mouse milik Taehyung.
"Anak yang baik, tetap menjadi penurut seperti ini ya, Sayang? Ibu dan Ayah pasti akan selalu bangga jika Taehyung selalu seperti ini.."
Taehyung kembali menerima usapan dirambutnya ketika Yara sudah mendudukkan dirinya diatas kursi untuk menyantap sarapan, sudah ada Seokjin disana yang turut mengangguk ketika Yara mengucapkan kata-katanya tadi, kemudian berlalu.
"Ayo, habiskan sarapannya dan jangan pernah menyisakan makanan, Tae mengerti?"
"Tae mengerti, Ayah.."
Kali ini tangan besar Seokjin yang mengusap lembut puncak kepalanya.
Tae mengerti, Ayah.
TBC
Halo, sebelumnya Aku mau minta maaf untuk tidak memposting dalam waktu yang lama dan hrs menarik Piece By Piece krn jujur udah kehilangan ide dan buntu utk cerita itu. Dan sekarang insyaAllah akan focus dengan cerita ini. Apakah ada yang tertarik? I hope so=) See u in next chapter –d
22 Juni 2020