#6 Saran Desi

21 9 0
                                    

Arsa merenung, bingung dengan apa yang terjadi padanya. Arsa sudah berniat memberitahukannya pada orang tuanya, tapi urung, ia takut menambah beban pikiran orang tuanya. Entah bagaimana sekarang.

Pada siapa Arsa harus bercerita dan siapa orang yang akan percaya pada ceritanya? Keluarga Agra dan keluarganya tidak ada yang percaya hal mistis, hanya Arsa seorang. Terasing sendiri dari yang lain.

Sebenarnya sih, tidak semua harus diceritakan. Ada kalanya kita harus menyelesaikannya sendiri, kadang kita harus curhat pada diri sendiri. Terlalu sering menumpahkan segala sesuatu kepada orang lain malah membuat lemah, karena hanya bertumpu pada solusi orang lain yang belum tentu benar. Jadi, sebaiknya percayalah pada kemampuan diri sendiri.

Arsa masih asyik melamun, dan tanpa sadar ia sudah merasa sendirian dikelasnya. Dimatanya satu-persatu temannya menghilang, dunia rasanya milik sendiri ditelan lamunannya.

Tanpa sadar lagi, seorang temannya sedang berusaha menjahilinya.

"Arsa!!" teriak Desi tepat ditelinga Arsa.

"Woi kampret lo!" pekik Arsa terkejut setengah mati. Sampai-sampai suara mereka berdua membuat teman-teman mereka yang asyik menulis pr menoleh. Iya, namanya aja yang pr, dikerjainnya disekolah.

"Lo sih Sa, bengong mulu, apa sih masalah lo?" tanya Desi kepo.

"Gue ceritain pun lo gak bakal ngerti," jawab Arsa putus asa. Arsa sedikit heran melihat Desi menanyakan apa masalahnya, biasanya gadis itu tidak suka mendengar curhatan orang lain, menurutnya orang yang sering curhat itu adalah orang yang lemah, tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.

"Masa sih? Gue gak percaya,"

"Tumben lo mau nanya-nanya urusan orang?" ucap Arsa balik nanya.

"Enggak, mana tahu gue punya solusi,"

"Jadi ceritanya...," Dan bla bla bla, Arsa menceritakan semuanya. Berharap Desi mau percaya. Bukannya malah bilang itu semua halusinasinya.

"Gue cuma mau ngasi saran ya. Terserah lo mau dengerin apa enggak, menurut gue lo harus ngejalanin, niat lo dari awal pengen ngebuktiin ritual, dan sekarang lo bilang ritual lo berhasil. Apa lagi? Mimpi lo tercapai, resikonya yah harus lo tanggung sama selesaiin sendiri," ucap Desi panjang lebar. Dalam hati Arsa tidak habis pikir dengan saran Desi. Jalanin? Emang lagi bahas cinta-cintaan?

"Jalanin Des? Gila! Lo pikir ngapain gue cemas kayak gini? Sekarang lo nyuruh gue ngejalanin?" protes Arsa.

"Emang harus gitu lah Sa, dari lo mulai lakuin ritual itu, harusnya lo udah mikirin dan siap apapun konsekuensinya!" jawab Desi keras.

"Sebenarnya iya, tapi karena lama-lama gak ada satupun ritual itu yang berhasil, gue jadi anggap enteng," jelas Arsa. Desi menghela nafasnya, antara iba dan gusar melihat keadaan Arsa.

"Bodoh! Lo udah nganggap remeh kan? Ya udah, balikin lagi, anggap remeh lagi semuanya," tandas Desi dan pergi tanpa permisi. Datangnya dia juga gak permisi kok, kek jalangkung. Datang...

Arsa memandangi kepergian Desi dengan sendu, pasrah dengan saran yang baru ia dengar. Entahlah, semuanya berubah menjadi rumit. Arsa pasrah, ya, ragu akan berbuat apa disela-sela hari-harinya yang makin menakutkan. Dimana-mana Arsa selalu melihat hal yang menakutkan. Entah benar halusinasi atau memang benar Arsa diteror arwah, masih menjadi pertanyaan yang belum terjawab bagi Arsa.

Saat ini Arsa hanya ingin merenung. Sendiri.

***

Kali ini aku pulang sekolah sendiri, Agra bilang ia masih punya urusan di sekolah, terpaksa aku pulang sendiri. Tak apa, aku tahu jalan pulang kok.

Gerah, andai ada Agra, dia pasti sudah menutupiku dari panas matahari.

Oh! Apa itu?

Gerobak es krim! Kebetulan sekali, aku membutuhkannya di cuaca panas begini.

Tapi tunggu! Sosok apa di sisi jalan itu?

Arsa mengamati sosok itu, songak Arsa terkejut melihatnya. Sekali lagi Arsa memastikan penglihatannya dan mengucek matanya, dan tetap saja, sosok badut itu berdiri disana dengan balon merah ditangannya. Di mata Arsa itu sangat menyeramkan, apalagi melihat seringaian badut itu, Araa benar-benar takut. Membuat Arsa puyar arah, berlari ke belakang.

Arsa berlari dengan jantuk berdetak kencang, tapi tiba-tiba Arsa berhenti berlari, terkejut melihat ke depannya.

Badut itu sudah berjarak tiga meter darinya. Sontak! Tanpa pikir panjang Arsa menyebarangi jalan tanpa melihat kiri-kanan. Tidak peduli, baginya yang terpenting adalah ia menjauh dari sosok badut itu.

Tapi keputusan Arsa salah.

Karena kini sebuah mobil melaju ke arahnya.

Pandangan Arsa memudar. Gelap.

***

Ini cerita udah end, cuma tinggal pindahin dari buku catatan aku. Soalnya ini cerita postingnya di facebook. Awalnya iseng nulis horor dibuku, gak tahunya malah diterusin.

Oke. Jangan lupa vote, komen, and share!😘



Killer Clown [TERBIT✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang