Berbulan-bulan dia terombamg ambing di kapalnya, menerjang badai samudera.
Sedari tadi dia berdiri diam, meratap dataran tanah nusantara yang sudah ada di depan matanya. "Pangeran Belanda, tiba di negara jajahannya." sebut seseorang, dia merangkul bahu Tony.
"I'm not." bantah Tony. Walaupun dia tidak menyukai nusantara, namun dia tidak pernah sedikitpun membenarkan penjajahan.
"Sebentar lagi kita sampai, siapkan dirimu." kata James yang di jawab anggukan kepala oleh Tony.
"James?" panggil Tony. James-pun menoleh, "Iya?"
"Entah sampai kapan aku dipenjara di negeri tanpa musim dingin." keluh Tony yang di jawab senyuman di wajah James.
Tony sudah merasakan kepanasan akan suhu di nusantara, dia memutuskan untuk melepaskan jasnya. Tangga kapal-pun terbuka, ketika dia berjalan menuruni tangga banyak sekali pribumi dengan kulit dan pakaian yang lusuh.
"Ayo cepat!"
Sret!!!
Mata Tony terbelalak tidak percaya, ketika seorang gadis di cambuk di depan matanya.
"HEI!" teriak Tony marah, dia berjalan dengan penuh kemarahan ke prajurit yang mencambuk seorang gadis.
"Wie ben jij?" (Siapa kamu?) tanya prajurit itu meremehkan.
Tony menyipitkan matanya, "Mannen mogen geen vrouwen slaan!" (Tidak seharusnya pria memukul wanita)
James yang sedang menaruh barangnya, mendengar keributan. Keadaan sangat padat dan sesat, "Anthony!" teriak James.
"Anthony?" prajurit itu mencoba mengingat suatu nama.
James mengeluarkan kartu dari kantung jasnya, kemudian menunjukan ke depan mata prajurit itu. Saat itu juga, prajurit beserta pasukannya yang lain berlutut.
"All hail to the Prince Anthony Edward Stark."
Tony memutar bola matanya, tidak peduli. Dia menghampiri gadis yang tadi di cambuk oleh prajuritnya, dia jongkok lalu menyelimuti tubuh gadis itu menggunakan jas yang sedari tadi dia jinjing.
"Vergeef me." (Maafkan aku) kata Tony meminta maaf.
Gadis lain pun merasa cemburu ketika melihat perlakuan gentle Tony, kepada gadis itu.
"Ayo Tony, kita harus melanjutkan perjalanan." kata James.
Tony memberikan senyuman manisnya kepada gadis itu, "Het spijt me schat, ik kan je niet meer geven dan dit."(Maafkan aku gadis, aku tidak bisa memberimu lebih dari ini)
"Dank u.(Terimakasih) lirih gadis itu. Tony mengangguk kemudian berdiri.
Dia tidak sadar bahwa sedari tadi aksinya dipotret, Tony melangkahkan kakinya untuk pergi berangkat ke suatu kota.
Setelah menempuh perjalanan berjam-jam, akhirnya dia menapakan kakinya di Bandung.
Tony menyukai suasananya, suhu di Bandung sangatlah sejuk dan dingin. "Ayo kita ke rumah bupati dulu." Tony hanya mengangguk saja.
"Halo, Tuan Stark." sapa bupati Bandung yang melihat kehadiran pangeran Belanda di ikuti para pengawalnya memasuki rumahnya.
"Halo." Keduanya berjabat tangan.
"Bagaimana perjalanannya?" tanya bupati basa-basi.
"Melelahkan." jawab Tony seramah mungkin.
"Silahkan duduk." kata bupati itu ramah.
Tony dan James pun meluruskan kaki mereka, sementara para pengawalnya menunggu di luar.
Mereka bercerita dan saling mengenal satu sama lain. Seorang gadis berjalan dengan membawa nampan yang berisi teh di atasnya.
Gadis itu berlutut, kemudian menata cangkir tehnya serapih mungkin. Dari tadi Tony memperhatikan wajah cantik nan ayu milik gadis itu.
"Drink alstublieft meneer." (Silahkan diminum tuan) kata gadis itu dengan senyuman di bibirnya, astaga senyumannya sangatlah manis, demi tuhan Tony tidak pernah melihat senyuman semanis itu di negerinya.
"introduceren, zij is mijn dochter genaamd Kirana" (Perkenalkan, dia anak gadisku. Namanya Kirana) kata bupati itu memperkenalkan anak semata wayangnya.
Tony beranjak dari duduknya kemudian menatap netra hitam milik Kirana. Tony mengulurkan tangannya dengan maksud berjabat tangan, Kirana meraih uluran itu kemudian keduanya berjabat tangan.
"Kirana." katanya singkat.
"Anthony." balas Tony tanpa kedip sekalipun.
Tony menikmati wajah ayu milik Kirana, tiba-tiba terdengar suara kerusuhan di luar. Ternyata ada seorang pria yang nekat masuk demi menemui Kirana.
"Kirana?" sapanya.Semuanya menoleh ke arah pintu, Kirana langsung melepaskan jabatan tangannya.
"Pak." sapanya ramah.
"Adrian!" bupati Bandung itu beranjak lalu berjalan ke arah Adrian.
Adrian terpaku melihat pangeran Belanda yang sedang berdiri di hadapannya, dia kemudian menundukan kepala sebagai tanda hormat.
"Ajak Kirana jalan-jalan ya." ujar ayah Kirana.
Kirana kemudian tersenyum berjalan ke arah Adrian, meninggalkan James dan Tony.
"Sepertinya Pangeran Belanda itu jatuh cinta padamu." ujar Adrian.
Kirana yang sedang berjalan kemudian terkekeh kemudian menggelengkan kepalanya, "Adrian, dia itu seorang penjajah, tidak mungkin jatuh cinta padaku."
"Tidak semua orang Belanda jahat, Kirana."
Kirana menghela nafas, "Anthony Edward Stark adalah anak Ratu Wilhemnia, Ratu Belanda yang menjajah tanah kita!" debat Kirana.
Adrian mengerutkan alisnya, dia tidak mengerti kenapa Kirana menyambut pangeran itu dengan senyuman manis. "Tapi aku melihat kamu menjabat tangannya dengan senyuman manis."
Kirana terkekeh menggelengkan kepalanya, "Hanya ingin memberikan kesan pertama yang bagus saja."
Akhirnya keduanya sampai di klinik kecil milik Kirana, ternyata sudah banyak penduduk yang sudah rela sabar mengantri.
"Bedankt voor de maaltijd." (Terimakasih atas jamuannya) ucap James.
Bupati-pun tersenyum ramah, kemudian mengantarkan James dan Tony ke kereta kudanya.
"James?" panggil Tony.
"Apa?"
"Kau bisa bahasa pribumi kan?" tanya Tony memastikan.
"Tentu saja." jawab James cepat.
"Aku ingin kau terjemahkan apa yang dikatakan bupati tadi kepada pria yang tiba-tiba menghampiri Kirana." perintah Tony.
James terkekeh, dia menoleh ke sahabat kecilnya. "Jangan bilang kau jatuh cinta padanya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling In Love with An Inlander
Historical Fiction[ROBERT DOWNEY JR] [BAHASA INDONESIA] . . 1900 Prince Anthony Edward Stark menginjakkan kakinya di pelabuhan tanah nusantara. Sementara itu Kirana Van Agatha, gadis cantik nan cerdas berdarah Hindia-Belanda yang gigih ingin meraih cita-citanya. Pr...