Setelah beberapa menit perjalanan, mereka sampai di sebuah toko buku yang cukup besar—atau lebih tepatnya memanglah toko buku terbesar di kota ini."Ayo," ajak Aditya sambil mengunci semua pintu mobil.
Suara langkah kaki mereka mulai terdengar, mengisi keheningan di lahan parkiran yang luas dan sepi itu. Peminat buku hanya semakin menipis tiap harinya, begitu juga pengunjung toko buku.
Bahkan saat memasuki gedung tersebut, pendingin ruangan langsung menerpa tubuh mereka, tanda kalau hanya ada sedikit orang di ruangan gedung itu.
Aditya terus berjalan dengan sedikit cepat, membuat Arise kewalahan mengikutinya dari belakang. Hingga saat lelaki itu menaiki lantai kedua, Arise masih mengikutinya—malah lebih seperti mengejarnya dari belakang. Padahal, langkah Aditya juga tidak menentu.
"Kak, lu mau beli buku apaan emang ?" tanya Arise kebingungan, karena Aditya sedari tadi hanya berjalan kesana kemari.
"Buku tulis biasa. Tapi gak ada," jawabnya sambil mengecek setiap buku yang berderet rapih di atas rak.
Arise menepuk jidatnya, "Mana ada buku tulis dilantai dua, Kak Ditya..... Tadi aja ada tulisannya kalo buku tulis dilantai satu ! Bahkan gue aja udah ngeliat kumpulan buku tulis..."
Dia terkekeh pelan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Hehe... Maaf, gue keder."
Namun bukannya menanggapi permohonan maaf itu, Arise malah salah fokus dengan senyuman manis Aditya. Tidak Angga, tidak Aditya, sama saja ! Atau memangkah seluruh keluarga mereka memiliki senyum yang manis ?
Arise mengerjapkan mata beberapa kali, berusaha kembali sadar dari kegiatan 'mengangumi senyuman' pria di hadapannya itu.
"Ya udah, ayo ke lantai satu lagi," ajak arise sambil berjalan lebih dulu, diikuti dengan Aditya di belakangnya yang sedang mengangguk.
Akhirnya mereka berdua kembali menuruni tangga menuju lantai satu, hanya untuk mencari buku yang Aditya maksud.
"Eh kak, gue ke sana sebentar ya. Mau beli buku juga nih," ujar Arise sambil menunjuk suatu lorong yang penuh dengan buku komik.
Aditya yang sedang memilih milih buku pun langsung menoleh dan mengangguk. "Ya udah sana. Jangan ngilang atau gue tinggalin," sahutnya, lalu lanjut mencari buku.
"Elah, kak. Iye dah," balas Arise dengan bola matanya yang berputar malas.
Arise mulai melangkah, menjangkau rak rak buku yang berada di paling ujung ruangan. Ia bukan penggemar berat buku, namun setidaknya ia masih bisa membaca komik. Bahkan ia sudah membaca lusinan komik yang kini entah ada di mana keberadaannya.
"Huh ? Komik komik ini--"
Arise berjalan menuju salah satu lorong. Yang paling mengejutkannya adalah lorong itu berisi komik komik produksi lama yang mungkin sudah tidak bisa ditemukan lagi di toko toko buku biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Serendipity • Na Yuta
FanfictionYou're My Serendipity • a fanfiction of Nakamoto Yuta By : najaemsyjcg ••• Serendipity (n) keberuntungan yang didapat saat seseorang tidak bermaksud untuk mencari. --- Serendipity (n) finding something good without looking for it. ••• Warn ! - fanf...