2. Again!

4 1 0
                                    

Tangan kekar guru Biologi yang mencoret rapi papan tulis itu terhenti ketika tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kelas.

"Silahkan!" Guru itu berteriak pelan kepada pelaku pengetuk pintu kelas.

Semua pasang mata merotasikan matanya sebal saat melihat siapa yang laki-laki paruh baya itu bawa memasuki kelas mereka.

Pak Aryono, selaku guru konseling sekolah itu membawa Kirana kekelas itu. Berikutnya, terlihat beberapa siswa terkejut karena kini anak laki-laki dengan tubuh tegap menyusul masuk dan berdiri disamping Kirana.

Anak laki-laki itu menatap malas sebagian penghuni kelas yang menatap Kirana.

Dia Reanata.

Tatapan nyalang penuh kebencian, yang didapat Kirana membuat anak perempuan itu kembali menunduk dalam, membuat anak laki-laki disampingnya berdecak pelan.

"Saya bawa murid pindahan, pak. Tolong dibantu," ucap pak Aryono membuka pembicaraan.

"Ooh oke. Murid baru, ya? Ay—"

"Ngga usah lama-lama! Dia Kirana Athala. Kalian, jangan ada yang berani-berani nyakitin dia!" Anak laki-laki itu mendesis pada kalimat akhirnya.

"REANATA BRAMANTAR!" Guru biologi itu menggeram. Pasalnya anak itu dengan kurang ajarnya memotong kalimat pertamanya.

Yang di teriaki hanya diam. Namun sorot angkuh kebanggaannya selalu setia dia pasang pada siapapun dia menghadap–memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.

"Maaf menyela," lerai pak Aryono yang sedari tadi diam menyimak.

"Dia tunawicara. Jadi biarkan Reanata membantunya." Pak Aryono berbisik kepada guru biologi itu setelah mendekat beberapa langkah. Setelah itu terlihat guru itu mengangguk mengerti.

"Begitu rupanya, silahkan Kirana mengambil duduk di kursi kosong sana." Nada bicara guru biologi itu sudah normal. Dia berbicara sambil menunjuk kursi yang terletak dua baris paling belakang.

Reanata berdehem lalu menarik tangan Kirana yang masih mengangguk menyetujui perintah guru biologi itu membuat anak perempuan itu lagi-lagi terkejut.

"Reanata! Kau mau apa? Kembali ke kelasmu!" Guru biologi itu menghentikan langkah anak laki-laki itu.

"Dia barusan meminta pindah kelas ini, pak." Pak Aryono yang menjelaskan itu.

"Saya permisi," lanjut pak Aryono. Berikutnya guru konseling itu melangkah berjalan meninggalkan kelas.

Guru biologi itu menghela napasnya pasrah. Pasalnya anak laki-laki itu selalu bertindak semaunya. Membangkang, sering melanggar peraturan, membuat onar, suka memerintah, dan tak mau tarbantah.

"Duduk!"
Lihat lah! Anak itu kembali memerintah.

Kirana menurut. Lalu mengambil duduk. Kemudia mendongak menatap Reanata yang masih setia melihatnya.

'Terimakasih.' Gadis itu menggerakkan tangan kanannya terbuka dengan tapak ke dalam lalu dikenakan pada bibir dan digerakkan ke depan, lalu tersenyum. Satu hal yang sejak tadi anak laki-laki itu tunggu. Benar sekali. Dia menyukai senyum Kirana.

"Apa sih! Lo ngomong apa?" Kirana menghela napasnya. Dia yakin jika Reanata pasti tidak bisa memahami bahasa isyaratnya. Padahal dia hanya sekedar berterimakasih.

Buru-buru Kirana mengeluarkan note kecil dan penanya. Menulis kata terimakasih, kemudian dia perlihatkan pada anak laki-laki itu.

Anak laki-laki itu hanya berdehem lalu tersenyum tipis. Kirana melihatnya, tapi tidak dengan penghuni kelas lain yang sejak tadi menjadi penonton. Reanata meninggalkan Kirana menuju kursi kosong yang letaknya paling belakang dan tidak sebaris dari kursi Kirana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gesture Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang