JiBom

673 41 12
                                    

Malam itu, Jibeom terbangun karena seseorang yang biasa ia peluk menghilang dari tempatnya. Ia beranjak dari kamarnya sembari memanggil nama kekasihnya, Bomin. Dengan tangisan, ia mengelilingi setiap sudut rumah. Sesekali ia terduduk karena kelelahan mencari nya.

"Bomin... Kamu dimana..." ujar Jibeom dengan suara lirihnya. Dia mengingat tempat yang belum ia periksa. Ada satu ruangan di bawah tanah yang langsung terhubung dengan garasi rumahnya. Ia segera memeriksa tempat itu, tapi Jibeom hanya menemukan ponsel dari Bomin yang menyala. Penasaran, Jibeom melihat isi dari ponsel Bomin, yang ditemukannya hanyalah foto foto berdua mereka. Jibeom kembali menangis, dia segera menelepon kakak dari Bomin, Choi Sungyoon, lalu menanyakan keberadaan Bomin.

"Jibeom, baru aja kakak mau telepon kamu," ujar Sungyoon dari seberang telepon.

"B-bomin kemana kak... hiks..." isak Jibeom.

"Ssst, tenang ya. Kakak kesono deh, ntar kakak ceritain. Tenang yaa," ucap Sungyoon.

"iya kak..." Jibeom mengakhiri panggilannya dengan Sungyoon.

Beberapa menit kemudian, Sungyoon datang dan segera menghampiri Jibeom. Sungyoon dengan mudahnya menekan angka sandi yang menjadi kunci pintu rumah itu.

"Jibeom! Kamu dimana!" teriak Sungyoon.

"Ruang bawah tanah!!!" Sungyoon segera menghampiri tempat yang Jibeom maksud.

"Kak..." kata Jibeom dengan suara lirihnya.

"Ssst, tenang ya, kakak disini. Mau ketemu Bomin?" Tanya Sungyoon dengan nada lembut yang hanya dibalas anggukan oleh Jibeom. Sungyoon yang menerima jawaban itu langsung mengajak Jibeom untuk keluar dari rumah itu dan segera menyuruh nya masuk ke dalam mobil nya.

Sepanjang jalan, Jibeom hanya diam membisu. 'Tumben dia diem' batin Sungyoon.

"Udahh, mikirnya udahan dulu. Apa ga capek? Minum dulu nih," tawar Sungyoon, sesekali ia melirik Jibeom yang sedari tadi hanya diam.

"Ga biasanya Bomin ninggalin Beom sendiri, makanya tadi Beom panik pas dia gaada," Sungyoon yang mendengar nya turut sedih. Ia tidak menyangka kalau Jibeom se-sayang ini terhadap adiknya.

"Mmm, Jibeom sayang Bomin kan?" Tanya Sungyoon yang dibalas anggukan semangat oleh Jibeom.

"Sayang banget, yaa... walaupun dia anaknya penakut dan sebagainya, dia bakal Beom sayang terus," Sungyoon nyaris menangis mendengar pernyataan Jibeom. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana terpuruk nya dia ketika mengetahui hal yang sebenarnya nanti.

"Kak... Kenapa kita kerumah sakit? Siapa yang sakit kak?" Tanya Jibeom dengan nada panik. Sungyoon menangis, ia tak kuasa menahan air matanya lagi.

"Kakak kenapa nangis? Ada apa kak?" Sungyoon tidak menjawab, ia segera menarik tangan Jibeom untuk masuk ke dalam rumah sakit tersebut. Jibeom dengan pasrah mengikuti Sungyoon dari belakang. Dia mulai kebingungan saat Sungyoon mengucapkan kata kata penyemangat untuknya. 'Kenapa harus disemangati? Perasaan aku kok ga enak' batin Jibeom.

Sungyoon dan Jibeom masuk ke dalam lift. Beruntungnya, isi lift itu hanya ada mereka berdua. Jibeom bertambah bingung saat Sungyoon menekan tombol ke lantai tiga, dan seperti yang diketahui lantai tiga di rumah sakit tersebut adalah lantai khusus untuk orang yang sudah tidak bernyawa.

Pintu lift pun terbuka, Sungyoon segera meminta izin masuk kepada perawat yang kebetulan sedang berjaga disitu. Perawat mengizinkan nya dengan syarat tidak boleh berbicara terlalu keras. Sungyoon segera menarik Jibeom kedalam ruangan yang bernomor 89.

"Kak... kenapa kakak bawa Beom kesini...? Hiks... B-bomin ga kenapa napa kan kak...? Kak jawab Beom kak... hiks..." isak Jibeom.

"Hiks... Maaf ya Beom, kakak belom bisa jadi kakak yang terbaik buat Bomin," jawab Sungyoon.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

oneshoot : bot! joochan jibeomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang