Kini para peserta MOS sudah dibubarkan dan dipersilahkan untuk pulang. Sekarang waktu menunjukan pukul 11: 15 siang, Viona berjalan di samping Jasmin yang juga membawa tas yang ia gendong.
"Vi, lo pulang naik apa? "
"Gak tau, naik angkot mungkin. Kamu naik apa? "
"Bentar lagi gue dijemput, mau bareng apa gimana? "
"Ah gak usah repot-repot, aku bisa sendiri kok. "
"Emang lo udah hafal jalan di jakarta?"
"Belum sih, tapi tenang aku inget kok angkot mana yang mau kearah kos aku. "
"Okedeh, oh ya Vi, gue duluan udah dijemput. "
"Mana? "
"Itu, " Ucap Jasmin sambil menunjuk mobil berwarna hitam yang terparkir di samping gerbang.
"Yaudah hati-hati ya. "
"Iya, lo juga. Gue duluan. "
"Iya dadah. " Ucap Viona sambil melambaikan tangan.
Kini ia tersenyum sebentar dan berjalan kearah halte yang disediakan sekolah. Memang halte ini untuk bisa, tapi tak jarang pula ada angkot yang berhenti didepannya.
Kini di halte sudah ramai oleh orang, sperti sebelumnya hanya ada para peserta MOS yang besok sudah resmi menjadi siswa-siswi. Viona berdiri sambil menanti angkot yang akan menuju kejurusanya.
Satu persatu para peserta sudah memasuki baik bis atau angkot yang akan membawa pulang, masih tersisa beberapa orang yang masih menetap mungkin karna belum ada yang kearah jurusanya.
Ini yang namanya pucuk dicinta ulam pun tiba, kini angkot yang ditunggu Viona akhirnya sampai didepan halte tempat pemberhentian. Ada sekitar lima peserta yang juga memasuki angkot ini. Viona duduk dibagian kiri tas yang sedari tadi ia gendong kini ia taruh dipangkuan ya.
Dia menatap sekeliling, wajah lelah juga tergambar diwajah para peserta mos lainya. Kini Viona diam sambil menatap kearah luar melalui jendela yang ada didepanya.
Rindu rasanya bisa berkumpul dengan keluarga. Kini Viona merasakan menjadi anak rantau sungguhan. Bagaimana rasanya jauh dari orang tua, bagaimana caranya supaya makanan ada didepan kita, bagaimana rasanya berada di antara orang yang sama sekali tidak dikenal, dan bagaimana rasanya rindu itu sudah Viona rasakan.
Tidak terasa angkot yang Viona tempati sudah berada digang menuju kekosan. Memang jarak antara kos dan sekolah lumayan memakan waktu jika tidak macet dan menggunakan motor bisa ditempat dengan waktu 10 menit, tapi jika sudah naik angkutan dan macet bisa-bisa 30 menit berada didalamnya.
Kini Viona turun, tapi ia tidak turun sendiri melainkan ada satu gadis dan juga satu cowok yang ikut turun bersamanya, ia tidak kenal keduanya berjumpa pun baru kali ini. Kini ketiganya hanya saling diam tanpa ada yang memulai pembicaraan, jalan mereka pun sudah menunjukan bahwa mereka tidak saling kenal. Bagaimana tidak jalan mereka seperti naik kereta api saja. Yang paling depan ada sicowok, lalu si cewek baru Viona.
Kini Viona memelankan langkah saat gadis didepan ya pun juga memelankan langkah. Dilihat dari gestur tubuhnya gadis tersebut memutar bola mata malas saat kepalanya gerak, dan juga menghentak kaki. Sekarang gadis tersebut membalikan badan dan menatap kearah Viona yang notabene ada dibelakangnya.
"Ish, lo tuh ya gue tungguin sampe-sampe gue pelanin jalan lo masih belum juga di samping gue. " Sapanya, ah bukan lebih tepat teriaknya karna saat ia bicara nadanya seperti orang yang marah.
"Kamu ngomong sama aku? " Tanya Viona memastikan.
"Chai, " Ujar gadis didepan ya sambil mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIONA 'SBH'
Teen FictionIni bukan cerita gadis kota apalagi gadis kaya raya. Ini cerita sederhana dari gadis yang takkalah sederhana. *** Tanah jakarta. Terkenal keras dengan roda kehidupanya tapi seorang gadis dari Jawa tak menyia-nyiakan kesempatan untuk menginjakan kaki...