[ D U A ]

1.7K 99 2
                                    

Happy Reading!

***

Pagi ini, banyak siswa-siswi tengah berkerumunan didepan dinding mading. Satu per satu siswi meninggalkan mading dengan wajah yang berseri. Hal itu membuat Aleta, yang baru saja sampai disekolah penasaran. Ketika ia mendekati mading, ternyata sebuah poster dari masing-masing organisasi sekolah tertempel, dan jawaban dari mengapa banyak siswi yang memasang wajah yang tampak bahagia adalah, di poster organisasi badminton terdapat wajah lelaki devil, Tera.

“Tertarik?” ucap lekaki tiba-tiba di sampingnya.

“Boleh juga.” jawab Aleta santai.

Lelaki itu menyandarkan badannya ke dinding mading, sembari melipat kedua tangannya didepan dada.

“Oh, karna ada gue?” ujar Tera dengan senyum miring.

Aleta melirik Tera sekilas lalu menarik nafas panjang dan ia buang.

“Lo pikir, banyak orang tertarik dengan badminton karna ada muka lo? Ternyata PD juga ya lo, respect gue.” Aleta membalas dengan nada yang sedikit datar, kemudian meninggalkan kerumunan itu.

Aleta kemudian berjalan menelusuri koridor, menuju kelasnya. Aleta memiliki kebiasaan menunduk ketika berjalan sendirian, dan kepalanya terbentur disebuah tiang.

“Aww.” ringisnya. Namun, Aleta merasa, jidatnya tak mengenai tiang itu langsung.

Ketika ia mengangkat kepalanya, ternyata sebuah tangan menahan tiang itu agar tak melukai kepalanya.

“Engga apa-apa kan?” tanyanya.

Aleta hanya mengangguk dan berterimakasih.

“Lain kali liat jalan ke depan.”

“Iyaa emak Ansel.” jawab Aleta, lalu ia berjalan beriringan dengan Ansel karena satu tujuan.

Bukk!

Lagi-lagi, Aleta menabrak. Ia menabrak seorang siswa yang tengah asik mengobrol.

“Eh sorry ya.” ucap Aleta.

Ansel yang berjalan dibelakang Aleta langsung mencubit pipi Aleta.

“Kalo nabrak-nabrak lagi gue cubit.” ancam Ansel, lalu ia merangkul Aleta.

”Ihh, tangan lo berat Sel.” ketus Aleta.

”Doamat.” jawab Ansel.

Mereka berjalan bersama, tak banyak siswi yang melihat kearah mereka dengan tatapan tajam.

“Lo ikut organisasi apa?” tanya Aleta.

“Basket sama Badminton.”

“Oh, lo kenal engga sih sama ketua badminton itu? Ngeselin banget tau.” ujar Aleta.

“Bukannya ganteng ya?” sahut Ansel sembari menatap Aleta.

“Engga.”

***

Ketika bel pulang berbunyi, Aleta tak langsung pulang kerumah. Karena, ia harus kumpulan siswa-siswi pendaftaran organisasi badminton.

Ia menuju lapangan indoor bersama dengan Ansel. Sangat hening, tak ada satupun yang ingin memulai percakapan, hanya ada suara ketukan sepatu.

Saat sampai dilapangan, Tera menyambut mereka dipinggiran pintu.

“Dateng ternyata.” ucap Tera dan Aleta tak menghiraukannya.

“Nih.” Tera menyodorkan seragam olahraga kepada Aleta.

“Cuman satu?” tanya Aleta.

“Lo mau berapa? Engga cukup satu?”

If I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang