Draft 1

15 0 0
                                    

"Hanya orang gila, yang tidak akan kesepian ketika tidak mengenal tuhan," kata seorang pemuka agama ketika membuka ceramahnya yang terdengar dari pengeras suara yang terletak di atas genteng mushola. Penjelasannya kala itu mengenai kehidupan tanpa kepercayaan yang sangat tabu untuk dibahas namun sangat menarik untuk diceritakan.

____

Jujun duduk dilamunan jendela sore hari ketika sang surya sedang bersedia pamit. Ia terus memandangi satu bingkai foto tua hitam putih tahun 90-an. Terdapat lima orang yang jelas ada di frame foto itu. Dua orang tua mungkin suami istri, dan tiga anak kecil polos yang belum paham akan kerasnya kehidupan.

Dia mengarahkan pandanganya kepada lelaki tua yang tersenyum dengan kumis lebatnya. Dialah ayahnya, Roman.

Semakin tajam arah pandangannya semakin membulat kepalan tangannya, yang siap diluncurkan kepada siapa saja dan kearah manapun dia inginkan. Tidak lama air menetes dari bawah matanya. Tidak ada yang tahu apa yang dia rasakan, semesta pun berpaling darinya kala itu.

____

Setelah beberapa saat, ia masuk ke kamar mandi, mencoba menutupi semuanya dengan rintikan air shower yang turun diatas kepalanya. Dalam seketika semua menyatu antara air mata ataupun air shower yang perlahan membasahi seluruh permukaan tubuhnya. Lututnya bergetar melemas, ia bahkan tidak kuat untuk berdiri. Perlahan tubuhnya jatuh di ubin basah, terkena air yang sudah tidak tau apa yang akan terjadi selanjutnya.

Ia menarik lutunya masuk kedalam dekapan kecil didada yang berdetak hebat. Punggunya bersender ke dinding dibelakang.

Aku kuat, gumamnya.

Pandangan semakim memburam, menuju gelap yang tidak dapat terelak kemudian. Tubuhnya jatuh diatas genangan air dari shower yang masih menyala.

Ternyata, aku lemah.

Baru dua jam kemudian, Rian memergokinya terkapar didalam kamar mandi. Bangun, bisiknya. Sialan matanya tidak mau membuka juga. Badannya sudah terasa sedingin es. Bangun, bisiknya sekali lagi. Seketika ia keluar mencari bantuan dari yang lain.

____

Suara sirine ambulan terdengar dijalan raya, semua orang keluar penasaran meihat apa yang terjadi di suatu Indekost di ujung jalan.

Bangun, sialan.

Terdengar suara bisikan, disampingnya terlihat petugas medis sedang melakukan CPR. Bangun goblok, kau mau mati, sialan. kau harus bangun, bukankah ada tujuanmu yang belum tercapai. Seperti awal aku tau dirimu. Aku ingin kau bangun. Sekarang.

Baru 3 hari kemudian ia terbangun, lengkap dengan piyama rumah sakit dan jarum infus ditangan.

"Hey!" Teriak lemah untuk membangunkan Rian yang tertidur lelap di sofa.

"Kenapa? Kau sudah gila sialan. Apa yang coba kau lakukan?" Serbuan pertanyaan keluar dari mulut Rian ketika melihat temannya terbangun dari mimpi indah nan panjangnya.

Semua itu hanya dibalas tawa kecil Jujun yang tau temannya sangat peduli akan keadaannya saat itu.

____

Setelah 4 hari dan semua keadaan membaik, rumah sakit membolehkan dia pulang dengan syarat istirahat yang banyak. Rian tahu dia bukan tipe orang yang dapat dengan mudah menuruti apa yang orang katakan. Rian menuju mobilnya yang terparkir di-basement sementara Jujun menunggunya di lobi depan.

"Tidak ada kretek di dashboard? Kenapa? Aku butuh sesuatu untuk menghangatkan badan,"

"Aku tau kau akan bertanya itu, kau baru sembuh sialan, diagnosa dokter pun mengatakan ada masalah dengan paru-paru mu,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku dan Agnostik (Kehidupan tanpa Kepercayaan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang