Permulaan

53 7 0
                                    

Jakarta, 2 juni 2015.

"Sudah kamu periksa lagi barang-barang nya? Jangan sampai ada yang tertinggal, periksa yang benar" Perintah seorang Popo kepada sang cucu tersayang.

"Iya Poh, sudah Pola periksa kembali" Balas Pola kepada sang Popo.

Karena sang Popo masih ragu dan tak percaya pada perkataan cucu nya, akhirnya sang Popo langsung menghampiri koper milik Pola untuk memeriksanya sendiri.

"Ini udah segini aja? Gak ada yang kurang apa La? Baju kamu kok sedikit? " Tanya Popo sembari melihat-lihat barang yang ada didalam koper milik Pola.

"Iya Poh, udah lengkap itu semua. Baju Pola memang sedikit Poh dari dulu" Jelas Pola dengan nada halus kepada sang Popo.

"Oke oke,,,kamu sudah makan? Handphone? Dompet? Tiket? Sudah kamu periksa semua kan La?" Tanya Popo kesekian kali nya.

"Iya Po sudah" Balas Pola untuk kesekian kali nya juga.

"Kalau begitu Pola berangkat dulu ya Poh" Ucap Pola dengan cemas karena khawatir terlambat sampai stasiun. Wajar saja ia merasa seperti itu, karena jarak dari rumah Popo menuju stasiun memakan waktu kurang lebih satu jam lamanya ditambah lagi seruan Popo yang selalu menahannya untuk pergi.

"Kalau kamu pergi La, yang mau makan masakan Popo siapa lagi ya La?" Ujar Popo sembari tersenyum memandangi wajah Pola sebelum pergi.

Melihat sang Popo yang merasa sedih, Pola segera mendatangi sang Popo untuk memeluk dan menenangkannya.

"Popo tenang saja, Pola akan menelpon Popo setiap hari, dan nanti saat liburan semester Pola pasti akan pulang ke rumah Popo kok." Balas Pola sambil memeluk sang Popo dengan nada halus dan tatapan sendu.

"Harus pokoknya ya La, Popo tunggu. Nanti kalau sudah sampai tempatnya segera telpon Popo ya" Seru Popo sambil membalas pelukan Pola.

"Iya Poh, kalau begitu Pola berangkat dulu ya Poh, Assalamualaikum." Pamit Pola kepada Popo sembari mencium tangan sang Popo.

"Iya La, Wa'alaikumsalam. Hati-hati dijalan ya, be careful okay." Ujar Popo di depan pintu rumah kepada Pola.

"Okay" Jawab Pola sembari jalan menuju pintu luar yang perlahan meninggalkan pekarangan rumah sang Popo.

Popo, baik-baik disini ya. Maaf sudah meninggalkan Popo sendirian.

Pola sayang Popo.

~~~~

Untuk kisaran stasiun besar antar pulau, keadaan stasiun sekarang tak terlalu ramai dan itu membuat Pola merasa lega karena ia tak perlu berdesak-desakan untuk check-in.

Kereta yang akan Pola naiki kali ini ialah kereta ekonomi kelas reguler, jangan salah loh kawan-kawan sekarang ada kereta ekonomi kelas premium. Alasan Pola menaiki kelas reguler karena ia merasa sangat rugi sekali jika ia memilih kelas premium wajar saja pemikiran mahasiswa baru akan seperti itu.

Dan menurutnya akan ada suasana mata yang akan hilang jika kita menaiki transportasi kelas atas,yaitu suasana penumpang akan perjalanan didalam kereta,entah dari suara bayi menangis,hilir-balik penumpang karena banyaknya penumpang yang berpindah gerbong karena suatu alasan tertentu,kebisingan penumpang baru yang berasal dari stasiun pemberhentian,keributan antar penumpang satu sama lain yang saling mempertahankan ego masing-masing,bahkan ada yang diam-diam berpindah tempat duduk sembari membawa dagangannya untuk ditawarkan kepada penumpang lain yang siapa tau menginginkannya.

Tak terasa sudah sekitar 9 jam perjalanan tetapi mata Pola masih tetap terjaga sembari melihat pemandangan ke luar jendela.

"Permisi Mba, saya boleh duduk disini?" Tanya seorang perempuan berumur sekitar 3/4 abad kepada Pola yang sedang melihat pemandangan ke luar jendela kereta.

"Oh, iya Bu tentu. Silahkan." Jawab Pola dengan sopan dan kembali melanjutkan aktivitasnya yaitu melihat pemandangan keluar jendela sembari mendengarkan musik klasik kesukaannya.

Melihat pemandangan di luar jendela adalah salah satu pemandangan favorit bagi Pola, melihat suatu pemandangan yang terbentuk akibat adanya gerak semu matahari adalah suatu seni yang menarik menurutnya.

"Adek mahasiswa ya?" Tanya seorang perempuan di sebelah Pola yang tadi meminta izin untuk duduk bersamanya.

"Iya Bu" Ucap Pola sambil menunggu sang Ibu melanjutkan perkataannya.

"Mbah, panggil saja saya Mbah. Kalau memanggil dengan sebutan 'Ibu' membuat saya terlihat sangat muda" Ujar sang ibu memberi penjelasan.

"Iya Mbah" Ujar Pola sesuai dengan permintaan sang empunya.

"Mbah hanya mau pesan, ditempat baru nanti kamu harus lebih mengedepankan sikap sopan santun apalagi terhadap para Tetua disana ya Ndok"

"Mbah tahu kamu seorang mahasiswa yang pintar, cerdas pula. Tapi para Tetua disana pasti tidak akan memperdulikan itu semua terlebih kamu adalah seorang perempuan dan juga seorang pendatang baru"

"Jadi kamu harus mempersiapkan mental dan fisik kamu,terutama mental ya Ndok. Takutnya nanti kamu kaget saja" Jelas sang Mbah kepada Pola dengan panjang lebar beserta logat jawa nya yang khas.

"Sikap sopan santun yang bagaimana ya Mbah maksudnya? Lalu kenapa membawa kodrat saya sebagai perempuan? Serta seorang mahasiswa pendatang?" Tanya Pola kepada sang Mbah meminta berbagai penjelasan.

"Mbah hanya ingin memberi pesan kepada kamu yang semestinya kamu dapatkan Ndok, untuk pertanyaan kamu nanti kamu akan menemukannya sendiri" Jelas sang Mbah dengan tenang kepada Pola.

Pasti ada sesuatu yang salah disana.

~~~~

Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang akhirnya Pola pun sampai di sebuah hotel bintang 4 yang sudah ia pesan untuk beberapa hari sebelum ia datang ke asrama kampusnya.

"Apa maksud dari perkataan Mbah tadi coba? Apa ada hubungannya sama logam yang dikasih sama Opung ini?" Tanya Pola kepada diri sendiri.

Kenapa Opung kasih logam ini ke Pola?

Logam inti yang terlepas dari tempatnya?

Lalu, kalo inti nya ada di Pola. Tempat seharusnya ada dimana?

Apa maksud dari semua ini?

Di tempat lain.

"Dimana sebenarnya inti logam dari perangkat ini?"

Untuk istilah panggilan diatas,bagi yang masih awam atau belum tahu yaa:
-Popo ( panggilan nenek dalam bahasa jawa )
-Opung ( panggilan kakek dalam bahasa batak )
-Mbah ( panggilan untuk kakek/nenek atau bisa juga panggilan kepada seseorang yang sudah tua misal, uyut atau para Tetua)
-Tetua ( panggilan untuk orang yang lebih tua atau para orang tua,pada definisi lain arti Tetua bisa berarti suatu objek seperti benda dan nama tempat juga. Tetapi disini digunakan untuk panggilan nama seseorang/tokoh)
-Ndok ( panggilan akrab kepada seorang anak perempuan dalam bahasa jawa, Ndok berasal dari kata Gendhuk)


Selamat membaca,
teman-teman semua.

Te amo,
Desutoria.

HorizontalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang