Prolog

148 29 46
                                    


  

    Jendela yang masih terbuat dari kayu terbuka dengan lebar, kursi dan meja tertata rapi,tapi diatas meja berserakan buku-buku hingga sampai kertas sobek sobekan berjatuhan dilantai dibiarkan begitu saja oleh penghuninya, kasur kini jadi tempat ternyaman untuknya meninggalkan semua masalah dalam hidupnya, matanya masih tertutup meski matahari sudah muncul sempurna, sinarnya masuk kedalam kamar tapi penghuninya masih saja terlelap dengan tidurnya, berulang ulang  kali namanya disebut hingga jendela kamarnya sengaja dibuka, dia tidak merasa bersalah dengan itu ,sampai dia bangun ketika ada air yang membuat basah wajahnya.

"Astaga banjir banjir tolong aku ..."suara itu terucap ketika keadaan dirinya sudah basah .

Ibunya tidak tega melakukan itu tapi jika tidak anak perempuannya itu tidak akan bangun .

Matanya sudah terbuka lebar dia sudah sadar dari mimpinya mengelilingi dunia, dia sudah tidak sabar lagi untuk memaki memarahi orang yang sudah membuat tidurnya terganggu.

"Ibu......... tega banget nyiram air sama aku "suara kerasnya itu membuat ibunya berhenti berjalan untuk keluar dan kembali lagi ke kamar anaknya .

"Maafin ibu nak, ini sudah siang kamu baru bangun belum sholat apalagi kamu pasti sudah terlambat sekolah"suara lembut ibunya tidak membuat seorang Rasha Hashinah yang biasa dipanggil Inah  merasa bersalah dia hanya diam dan pergi meninggalkan ibunya dan masuk kedalam kamar mandi kecil yang terkesan jauh dari kata mewah,Ibu Halimah Nur Fadhilah  harus lebih sabar menghadapi anak perempuannya, dia pun kembali kedapur membuat kue untuk dia jual keliling karena bapaknya Herman firdaus pergi dari rumah meninggalkan keluarganya  dan tidak peduli lagi dengan mereka ,dan kini hanya ibu Halimah yang harus mencari nafkah untuk kedua anaknya.

Rasid Firmansyah Anak laki laki dikelurga kecilnya yang masih duduk dikelas 9 smp menjadi harapan satu satunya ibu Halimah ,dia memiliki sifat berbeda dengan Inah dia lebih bisa menerima keadaanya dengan ikhlas .

Suara merdu Inah terdengar hingga dapur yang kebetulan sampingan Dengan kamar mandi kecilnya "bangun pagi gosok gigi cuci muka tidur lagi "

Setelah itu terdengar teriakan Inah dari kamar mandi "astaga kenapa aku bisa lahir dari keluarga ini ,jelek kecil aku ngak kuat"

Mendengar itu hati Halimah sangat sedih, apa yang harus diperbuat, dia tidak bisa berbuat apa apa kini dia harus terus berusaha untuk membahagiakan kedua anaknya.

Pintu kamar mandi terbuka inah keluar   setelah selesai dari mandinya dia tetap diam tanpa memperdulikan ibunya yang berdiri didepannya sambil membawa sepiring nasi dengan tempe goreng untuk dia berikan kepada anak perempuannya itu.
"Ini nak makan dulu kamu belum sarapan kan"memberikan piring kepada anaknya dan diterima anaknya tanpa ada kata terucap dari mulut Inah dan pergi meninggalkan ibunya.

Keranjang yang berisi kue kini Halimah angkat dan dia keluar sebelum itu dia pamit kepada Inah

"Nak ibu pergi jualan dulu ya assalamualaikum"

Didepan pintu lalu pergi keluar untuk berjualan ,Inah yang kini makan di kamarnya pun menjawab pelan salam dari ibunya, dia kini duduk di kursi menghadap jendela setelah selesai makan dia pun menulis semua harapan harapan di dalam bukunya, hari ini dia tidak sekolah ,entah kenapa inah selalu bangun siang dan tidak masuk sekolah apa yang sebenarnya dia lakukan dimalam hari ? Kebingungan yang harus dicari jawaban .

Dibuku itu inah menuliskan sebuah kata Aku dan impianku

Dia selalu berpikir dengan  membayangkan semua hal yang dia inginkan yang mungkin akan jadi  kenyataan atau hanya khayalan.

"Rasha Hashinah sungguh hari ini kamu penuh kehaluan , membayangkan dulu nanti pasti ketemu"Inah bicara sendiri sambil menatap keluar jendela

Assalamualaikum kakak
Jangan lupa vote
Terimakasih yang udah vote
Follow ig_dtryana12



Sehening DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang