[bab 1] Hujan dan Biru

52 5 0
                                    

Sore itu hujan turun, tepat saat aku selesai mengisi kelas 12 IPA 3 dalam rangkaian bimbingan belajar sebagai salah satu program sekolah untuk menyiapkan para siswa menghadapi Ujian Nasional. Ku lirik jam ditangan kiriku dan menunjukkan pukul 15:34.

Aku berjalan menuju ruang guru bersamaan dengan para siswa yang hendak ke parkiran karena ruang guru yang letaknya dekat dengan tempat parkir. Ku liat wajah-wajah remaja tingkat akhir itu dengan seulas senyum. Berkejaran dengan sesama teman karena dijahili, saling melempar tawa sumringah karena akhirnya bisa pulang ke rumah, serta mereka yang memilih menerobos hujan entah karena terpaksa atau karena senang hujan-hujanan.

"Miss, hujan lho."

Aku menoleh, tahu-tahu sudah ada seseorang yang mensejajarkan langkahnya di sisi kananku.

"Terus kenapa?" Kataku santai.

"Gpp Miss, saya cuma takut Miss Rai sakit aja nanti kalau kehujanan." Arya memang selalu menebar kegombalannya.

"Perhatian banget sih.''

''Kan Miss belum ada yang merhatiin, jadi biar saya yang merhatiin.'' Seru Arya asal sembari menunjukkan cengirannya disana. Dia memang salah satu siswa yang suka melemparkan kalimat gombal kepadaku. Tipikal cowok yang suka modusin teman-teman ceweknya juga, sih.

''Sok tau kamu. Yang merhatiin Miss padahal banyak.'' Jawabku dengan ekspresi yang dibuat-buat seperti membanggakan diri sendiri.

''Iya deh percaya. Yaudah saya duluan ya, Miss.'' Arya lantas berlalu begitu saja. Padahal aku belum sempat membalas ucapannya.

Ruang guru nampak sudah sepi. Hanya ada rekan-rekanku yang punya jadwal mengisi kelas bimbel saja yang masih terlihat di sekolah, seperti aku. Beberapa dari mereka sudah terlihat bersiap akan pulang, yang lainnya memilih untuk berbincang sejenak sembari menunggu hujan reda. Kalau aku sepertinya tim akan langsung pulang saja.

''Miss Rai pulang naik apa?'' Tanya Miss Ana, dari seberang mejaku.

''Taksi online, Miss.'' Jawabku yang menoleh sekilas ke arahnya, di tengah kesibukanku membereskan meja kemudian memasukkan ponsel dan buku ke dalam tas.

''Kirain di jemput Kakaknya Miss Rai. Hehe..'' Sahut Miss Ana yang disambut dengan sorakan dari yang lain. Aku hanya tertawa melihatnya. Miss Ana memang senang betul kalau aku dijemput sama Mas Miko, kakak semata wayangku.

"Mas Miko hari ini lembur, Miss. Jadi ngga bisa jemput."

Aku berniat menunggu taksi online di dekat gerbang saja, kebetulan disana ada pak satpam yang ramah dan biasa menemaniku kalau aku sedang menunggu di jemput oleh Mas Miko. Setelah berpamitan kepada rekan-rekanku, aku segera meluncur kesana. Tanganku sibuk mengotak-atik ponsel karena harus memesan taksi online, sampai tidak sadar kalau masih ada seseorang di dekat parkiran motor. Aku sedikit terperanjat kaget.

"Biru? Kok belum pulang?"

"Saya belum liat Miss keluar, jadi belum pulang deh." Selalu saja santai sekali kalau ngomong.

"Jadi ceritanya nungguin saya?"

"Ya siapa lagi." Ujarnya. Mendengar dia berkata seperti itu mau tidak mau membuat aku celingukan memastikan keadaan sekitar. Takut ada yang mendengar percakapan kami. Dia memang suka bikin was-was.

Biru yang menyadari gelagatku hanya terkekeh, seperti biasa. "Kenapa? Takut ada yang liat kita berduaan?"

Dia lalu tersenyum jahil. Matanya yang sipit perlahan menghilang.

"Udah sana kamu pulang. Saya juga udah mau pulang kok." Kok aku jadi terkesan mengusir ya.

"Kalau aja saya udah punya mobil sendiri, tiap hari bisa saya antar pulang ya, Miss." Biru berujar. Santai sekali, dengan kedua tangan ia masukkan ke saku celana dan pandangannya lurus ke depan, tidak lagi melihat ke arahku.

Dalam posisi seperti ini aku yang melihat sisi wajahnya dari samping memang harus mengakui, Biru itu memang ganteng. Punya pesona sendiri. Bukan tipe cowok ganteng yang sekali lihat langsung bisa dicap ganteng sih, tapi kalau diperhatikan lebih lama dia memang ganteng. Pantes banyak teman-teman ceweknya yang naksir. Mana anaknya termasuk pinter pula.

"Miss sama kakaknya kan?"

"Engga. Naik taksi online."

"Loh kirain sama Masnya."

"Dia lembur. Ngga bisa jemput. Udah sana kamu pulang." Kataku sedikit memaksa. Nanti keburu ada yang lihat kalau aku sedang ngobrol berdua sama dia, bukannya langsung pulang.

"Iya iya." Biru lantas berjalan menuju motornya. Tidak berniat sama sekali untuk memakai jas hujan, dia langsung mendudukkan bokongnya di atas jok. Lalu sembari memasang helm dia kembali berujar, ''Nanti malam kalau saya chat jangan lupa bales."

Aku hanya mengangguk. Memang kapan saya ngga balas, Ru.

Biru akhirnya perlahan menghilang dari penglihatanku. Aku mengulas senyum memperhatikan punggungnya yang kian menjauh bersama rintik gerimis yang belum juga mau berhenti.

Tidak butuh waktu lama bagiku untuk menunggu taksi online yang ku pesan datang. Kemudian membawaku kembali ke rumah setelah seharian ini sibuk dengan pekerjaan di sekolah.

Rumahku sedang sepi. Ayah dan Bunda sedang mudik karena harus mengunjungi kakek-nenek disana, yang sudah menjadi agenda rutin mereka setiap bulannya. Biasanya satu sampai dua minggu mereka disana. Meninggalkan aku dan Mas Miko berdua saja.

Belum sempat aku melepas pakaian kerjaku, ponselku sudah berbunyi memberi notifikasi bahwa ada pesan masuk. Lalu ku lihat nama Biru ada disana. Padahal dia bilang akan men-chatku malam hari. Dasar Biru.

Sabiru
sudah sampai kan?

Aku
sudah

Sabiru
oke deh

Aku tidak membalas lagi. Melempar asal ponselku ke ranjang dan membiarkan ruang chat antara aku dan dia terbuka begitu saja lalu memilih untuk segera mandi karena badanku sudah lengket sekali.











***
Pemanasan dulu hehe Sorry kalau masih ada typo.

J A R A KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang