Sabiru
Pusing saya, habis ulangan Bahasa Inggris.
Sebuah pop-up notifikasi tiba-tiba muncul. Adalah pesan dari Biru. Aku yang tengah men-scroll laman instagramku mau tak mau membuka pesannya. Mengulum senyum karena membaca kalimat yang tertera pada pesannya seraya jemariku mengetik untuk membalas. Biru itu memang paling ngga bisa Bahasa Inggris.
Aku
Makanya kalau ngga bisa tuh belajar
Dan untuk sekian menit berbalas pesan dengannya membuatku tak kunjung berhenti mengulum senyum. Satu lagi fakta tentang Biru, dia sungguh paling bisa menjungkirbalikan mood-ku.
"Dasar anak SMA." batinku.
"Cie Miss Rai, dari tadi senyum-senyum aja nih sambil chattan." Seru Bu Dini, salah satu guru senior di tempatku mengajar. Orangnya hobi sekali menggoda guru-guru yang masih lajang sepertiku.
"Biarin aja dong Bu, namanya juga anak muda. Kaya ngga pernah muda aja nih Bu Dini. Ya ngga, Miss Rai." Kini giliran Pak Hasan, guru senior yang suka melucu, ikut nimbrung menanggapi ucapan Bu Dini. Menoleh ke arahku sambil melempar senyum. Di jam istirahat seperti ini semua guru sudah bisa dipastikan berkumpul di ruang guru.
"Pak Hasan memang juara deh." Sahutku sengaja dibuat antusias dan memberikan kedua jempolku kepadanya.
Aduh Pak, Bu. Kalian ngga tahu aja kalau yang bikin saya senyum-senyum adalah salah satu siswa disini. Ngga mungkin kan kalau aku jawab begitu? Bisa langsung jadi berita utama nanti satu sekolah.
Setelah istirahat pertama jamku kosong sampai pulang sekolah. Pun karena hari ini adalah hari Sabtu, jadi tidak ada jadwal bimbel dan aku bisa pulang lebih cepat.
Tepat pukul dua belas bel sekolah berbunyi, menandakan segala aktivitas di sekolah hari ini telah usai. Anak-anak berhamburan keluar kelas saling berebut menuju parkiran. Tujuan mereka hanya satu, pulang ke rumah secepat mungkin.
Dari pengamatanku, kalau pulang sekolah di hari Sabtu begini anak-anak terlihat sepuluh kali lipat lebih antusias. Apa mungkin karena akhir pekan dan nanti malam adalah malam minggu. Jadi mungkin mau persiapan apel. Atau hanya sekedar hangout bersama teman-teman. Karena dulu aku juga begitu.
Ngomong-ngomong soal anak-anak, aku baru ingat chat terakhirku dengan Biru tadi pagi. Dia bilang kalau sepulang sekolah mau belajar dan mengerjakan tugas dulu bersama Chaka dan Daren, dua sahabatnya. Tapi sejak tadi aku belum melihat batang hidungnya. Padahal biasanya kalau pulang sekolah anaknya selalu nangkring di parkiran motor sambil menungguku.
"Nyari Biru, Miss?" Suara berat itu mengagetkanku. Aku yang tengah celingukan mencari sosok Biru di parkiran motor sontak terkejut.
"Astaghfirullah, Chaka. Saya kaget nih." Sambarku segera saat melihat dua makhluk yang sudah tak asing lagi , sama tak asingnya seperti Biru.
Chaka, si anak paling tampan satu angkatan, yang katanya playboy kelas kakap padahal kalau aku tanya dia bukan playboy. Tapi cewek-cewek aja yang suka baper sama dia. Katanya sih begitu.
Yang satu lagi Daren, anak paling heboh paling ramai, tipe anak dengan slogan "ngga ada lo ngga rame" cocok banget buat dia. Ngga heran leluconnya suka bikin aku ketawa sampai sakit perut.
KAMU SEDANG MEMBACA
J A R A K
RomansaTentang jarak. Bukan berkilometer jauhnya, namun tentang usia yang terpaut diantaranya.