Part 2

92 5 0
                                    

" kamu mau yah jadi pacar aku hm.."

Caca menatap cowok itu, sebenarnya ia masih agak trauma untuk pacaran tapi ia juga kasihan melihat cowok di hadapannya ini memohon. Haruskah Caca memberinya kesempatan.

" anu...itu..."

"Pliss...sekali ajaa"

Caca menghela nafas, sepertinya ia tidak punya bakat untuk menolak seseorang karena saat ini kepalanya sedang mengangguk mengiyakan cowok itu.

" iya deh" jawabnya lesu.

Cowok yang dikenal bernama Raja itu langsung saja memeluk Caca membuat sang empu terkejut dengan perlakuan tiba-tiba itu.

____,,____

"WAHT! lo gila Ca, ngapain lo nerima si Raja kalau lo nggak suka!?"

"anu itu... kasihan Raja Ta sampai mohon² sama aku, aku kan nggak tega"

Mita menggeram frustasi, kemarin sahabatnya itu terpaksa mentraktir si Keenan karena nggak enak hati sekarang nerima cowok karena kasihan, besok apalagi. Kasih ginjal karena karena ginjal dia masih ada dua? Tanpa berkata apapun Mita pergi meninggalkan Caca, sepertinya ia yang butuh minum karena stress menghadapi sahabatnya itu.

" kamu marah ya sama aku?" Caca mengekori Mita sampai di kantin.

" nggak, gue cuman kasihan sama lo. Hidup lo itu udah susah kenapa malah di bikin tambah susah siih!!"

" itukan anu...aku nggak suka liat orang sedih jadi selagi aku bisa buat dia bahagia kenapa enggak?"

" tapi lo itu kelewatan Ca, gue tahu lo nggak mau pacaran semenjak pacar lo  sebelumnya ada main sama adek lo. Terus kenapa lo mau mau aja sih nerima si Raja, si pentolan itu hah!!"

Caca menunduk, dia kasihan melihat cowok yang biasanya sangar berubah menjadi melow tapi tetap saja ia tidak mungkin memberitahukan Mita seperti itu karena sahabatnya ini pasti bilang kalau alasan Caca nggak masuk akal. Walau memang benar.

" sekarang gimana sama kerjaan lo?" Mita baru ingat kalau Caca dapat pekerjaan baru, total semua pekerjaan Caca ada tiga.

" baik kok, apalagi bos aku"

" emang lo kerja di mana sih?"

" di club..."

Uhukk uhukk...

Mita menatap Caca horor, dia nggak salah dengerkan. Apa katanya tadi, club?

" ya ampun Ta kalau minum itu hati hati, kan jadi keselek"

"Lo yang bego! ngapain kerja di club hah!!"

" cuman jaga bar kok, nggak macem macem"

" lo cewek Ca, kok bisa sih? kemana semua cowok sampai harus cewek yang jaga bar" Mita kesal bukan main ditambah watados sahabatnya itu.

" cuman sementara kok, pekerja sebelumnya lagi ada urusan jadi nyuruh aku gantiin dia, aku nggak enak nolak..."

"Basi Ca sama nggak enak lo itu"

Caca lagi lagi menunduk.

" pekerja sebelumnya memangnya kemana Ca?"

"Ada urusan sementara katanya jadi dia nyuruh aku gantiin dia"

" kok lo bisa kenal sama orang begituan sih Ca?"

" dia kebetulan kerja di cafe yang sama kayak aku, jadi aku kenallah"

Mita angkat tangan, kalau difikir sekali lagi Caca memang tidak punya pilihan lain selain nerima kerjaan itu. Walaupun orangtua Caca meninggalkan beberapa warisan tapi Caca tidak pernah menikmatinya karena saat ini warisan itu ada di tangan tantenya, yah setidaknya sekolah Caca dan Disa masih di biayai.

" mending lo ke rumah tante Sarah deh Ca" Caca menggeleng.

"Ihh, nanti tante Sarah marah sama Caca gimana? untung kalau marah nanti kalau tante Sarah nangis gimana?kasihan tahu Ta"

" tante Sarah masih nyalahin lo sama Disa?" Caca mengangguk.

Kecelakaan yang menimpa orangtua Caca saat ingin menjemputnya dan Disa membuat tante Sarah menyalahkan mereka berdua.
Caca memahaminya tapi tidak dengan Disa,menganggap tantenya itu jahat padahal menurut Caca tantenya hanya terlalu menyayangi orangtuanya sehingga berbuat seperti itu.

" tante Sarah pasti sayang banget sama mama"

Menghela nafas Mita kini memakan bakso yang tadi ia pesan,..

" hy.."

Kedua gadis cantik itu mendongakkan kepalanya, menatap cowok yang beberapa jam itu sah menjadi kekasih Caca.

"Hy, sini duduk"

Mita memutar bola mata malas melihat Caca yang kelewatan baiknya itu, pasti gosip tentang Caca dan Raja sudah menyebar kepenjuru sekolah. Dengan judul ' Dewi dan pentolan somay ' membayangkan saja Mita rasanya mau muntah. Iyuhh...mau maunya sih Caca sama Raja. Kalau kasihan nggak gitu juga kali.

" hm... aku mau ngomong sesuatu sama kamu"Caca mulai menatap Raja menunggu agar Raja melanjutkan perkataannya.

" aku mau putus"

Jtarrrrr..

Caca mengerjapkan matanya beberapa kali.

" sebenarnya ak–gue taruhan ama anak anak buat jadiin lo pacar"

BRAKKKKKKK...

"BANGSAT TAI ANJING LO!"

semua mata kini menatap Mita yang tengah memaki sang pentolan sekolah itu, dalam hati bertanya apalagi yang telah di lakukan Raja hingga membuat gadis cantik itu mengeluarkan kata kata ajaib.

" Lo kira Caca mainan lo apa!! Salah apa Caca sama lo hah!! Gue–gue..." Mita sudah tidak bisa mengeluarkan kata kata rasanya ia tidak pantas mengatakan semuanya, betapa menyedihkannya nasib sahabatnya itu. Sudah ia duga tiba tiba saja Raja menembak Caca pasti ada sesuatu dan benar apa yang ia duga, Raja benar benar ahh...tidak dapat di utarakan.

"Jangan teriak Ta nanti suara kamu serak"

Heyy, seseorang sadarkan Caca kalau Mita melakukan itu untuk membelanya, tapi Caca malah kelihatan biasa saja.

"Maaf"

"BULSHIT ANJING!!"

"Nggak papa kok, tapi Caca mau nanya emangnya taruhan apa sama temen temen?"

" itu...uang sepuluh juta" Caca tersenyum memaklumi, bisa saja Raja sedang butuh uang kan, iya kan.

" ya udah Raja, gih pergi sama temen temen Raja aku mau nenangin Mita dulu" Caca masih saja terus tersenyum.

" lo kelewatan Ca" hanya itu lalu Mita pergi meninggalkan Caca.

" ikut gue"

____,,_____

By.As

Good GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang