'Hera Tewas Setelah Jatuh dari Lantai Tiga Gedung SMA Glory dengan Luka Cakaran di Sekujur Tubuh'
'Juan Ditemukan Meninggal Penuh Cakaran di Salah Satu Toilet Pria Sekolah'
Belum ada satu minggu, kabar itu menyebar dengan sangat cepat. Satu sekolah dibuat geger karenanya. Bagaimana tidak? Ini pertama kalinya sekolah mendapati kasus seperti itu. Pembunuhan berencana? Entahlah. Yang pasti korban ditemukan dengan luka cakaran dan jantungnya menghilang. Kasus yang aneh, bahkan polisi dan detektif pun belum menemukan jawabannya.
Sekolah sudah cukup ramai. Tragedi yang menimpa kedua teman sekelas Ivory menjadi ketakutan tersendiri bagi sebagian siswa—takut mereka akan menjadi korban berikutnya. Mereka berkasak-kusuk menyebarkan rumor yang belum tentu benar. Salah satu dari mereka dengan yakin menyebutkan nama "Zavier" sebagai dalang dibalik semua ini.
"Sudah pasti dia! Dia 'kan si tuan vampir." ujarnya lantang.
Semua anak berbisik-bisik. Sebagian setuju. Namun ada pula yang tidak setuju. Ivory mengernyitkan dahinya kesal. Bagaimana bisa mereka membuat kesimpulan bodoh seperti itu? Vampir? Menurut Ivory, itu hanya mitos. Tapi bagaimana jika vampir benar-benar ada?
"Zavier bahkan tidak masuk sekolah hari ini. Sudah pasti dia pelakunya!" celetuk anak lain tak kalah lantang.
Mereka bergumam kembali. Kelas Ivory kini ramai dengan anak-anak kelas sebelah. Menyebalkan. Batin Ivory membara. Bahkan orang yang sekelas detektif pun belum menemukan jawabannya. Bagaimana bisa seorang anak ingusan membuat kesimpulan seperti itu?
"Pecundang," gumamnya pelan.
Wynne menaikkan alis dan melipat tangannya. "Menurutmu bagaimana Ivory? Bukankah kau adalah teman dekat si tuan vampir? Bisakah kau memberikan sanggahan pada pendapat kami?"
Mata Ivory berputar malas. Buat apa dia menanggapi ucapan Wynne sok tahu ini? Menyebalkan. Lihat saja senyuman miring yang dipamerkannya itu. Siapapun yang melihatnya pasti kesal dan ingin segera memukulnya.
"Oh apa kamu juga setuju dengan pendapat kami, Ivory?" ucapnya kemudian. "Yah, ternyata kau orang yang munafik juga."
"Munafik?" Ivory berdiri, bersiap bersilat lidah dengannya. "Kalau aku munafik lalu kau apa? Apa bedanya aku dengan kalian? Dasar brengsek, kalian hanya bisa berkata omong kosong!" semprotnya.
"'kalian'? Astaga, apa kamu sekarang menyalahkan kami? Aku tidak tahu rasa sukamu pada Zavier begitu dalam," cecar Lea.
Ivory mengerutkan kening. Suka? Entahlah. Perasaannya begitu kebas karena ditinggal oleh Ziver—kekasihnya—beberapa bulan yang lalu. Dia bahkan lupa dengan kata 'suka' dan 'cinta'. Saat Ivory hendak membantah ucapan Lea, tiba-tiba sebuah kabar tak mengenakkan menghampirinya.
Mata Ivory terbelalak ketika membaca perkembangan kasus. Ada berita baru. Berita yang sangat panas. Di sana terpampang sebuah gambar yang mengerikan. Secangkir teh tumpah. Potongan cake masih utuh di piring. Tubuh wanita muda berpakaian stylish menelungkup di meja. Matanya melotot dengan mulut setengah terbuka. Mungkin sudah mati. Isi tasnya berhamburan keluar, tercecer dibawah kakinya yang terbalut sepatu mahal. Terdapat luka cakaran hampir di semua bagian tubuhnya, dan yang paling penting ... jantungnya menghilang.
Tubuh Ivory terhuyung membaca berita tersebut. Jangan-jangan gosip kali ini benar? Bagaimana tidak? Lihat kondisi saat ini! Zavier tidak masuk sekolah dan kasus pembunuhan kali ini berada di luar sekolah!
"Tidak mungkin," Dengan suara bergetar Ivory meletakkan ponselnya di atas meja. Ini tidak seperti yang Ivory pikirkan 'kan?
Ternyata bukan hanya Ivory yang merasa cemas. Seseorang yang dari tadi menyebarkan rumor palsu pun sama terkejutnya. Matanya melebar dan wajahnya pucat, bahkan sampai berkeringat. "Apa kamu baik-baik saja Wynne?" tanya Lea memecah keheningan.
Wynne tergeregap dan mengelap dahinya. "Ah, ya. Aku baik-baik saja." Tangannya dengan cepat mengetik pesan kepada seseorang. Ivory mengangkat wajahnya ketika melihat Wynne yang begitu tergesa-gesa akan sesuatu. Gadis itu yakin akan menemukan jawabannya jika dia mengorek sedikit informasi dari Wynne.
* * * *
"Apa maksudmu aku tahu sesuatu? Sudah kubilang berkali-kali aku tidak tahu!" bantah Wynne keras. Mereka berdua telah terlibat dalam perdebatan selama 20 menit, dan selama itu Ivory terus memaksa Wynne untuk mengatakan yang sejujurnya. "Sudahlah aku pergi saja!" pungkas Wynne diikuti dengan langkah kaki yang menjauh.
"Perkemahan itu ...." Ivory berbicara. "Saat di perkemahan kau mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal." ujarnya membuat Wynne berhenti melangkah. "Kau bilang Zavier adalah Ziver. Mereka beda tubuh, tapi satu jiwa. Kau juga bilang Ziver belum tiada." Ivory menghentikan kata-katanya, berusaha keras menahan air matanya. "Apa itu masuk akal? Tidak, maksudku apa itu benar? Lalu Ziver yang sekarang adalah seorang vampir? Dia mengganti namanya menjadi Zavier?" tanyanya beruntun, matanya sudah memanas.
Wynne membalikkan badan, menatap Ivory yang berusaha keras menahan emosinya. Dia membuka mulut, "Aku ...." Dia menggantung kata-katanya. "Aku tidak tahu apa aku boleh mengatakan ini atau tidak." ujarnya sembari menarik napas panjang.
"KATAKAN PADAKU, WYNNE! KATAKAN SEMUA KEBENARANNYA!" teriak Ivory. Dia tidak bisa menahan lebih lama lagi perasaannya.
Wynne menatap Ivory dengan tatapan iba. Berulang kali dia menghela napas, mengalihkan pandangan, lalu kembali menatap Ivory. "Terserah jika kau percaya atau tidak, tapi itulah kebenarannya." ucap Wynne membuat Ivory tercekat. "Ziver masih hidup, itu benar. Ziver seorang vampir, itu benar. Ziver mengganti namanya menjadi Zavier, itu juga benar. Ini memang terdengar aneh, tapi itulah kenyataannya. Laki-laki yang disebut 'Tuan Vampir' di kelas adalah Ziver, kekasihmu."
Ivory kini tak bisa menahan perasaannya. Dia menangis. Menangis sejadi-jadinya. Ternyata semua itu benar. Ziver masih hidup! Laki-laki itu belum berpulang ke surga.
"Apa kau percaya padaku?" Pertanyaan Wynne membuat Ivory mengangkat wajahnya. "Maksudku adalah, kita tidak berteman. Semua orang di sekolah tahu kita bermusuhan, jadi ... kamu mungkin tidak percaya pada pembohong sepertiku walaupun aku mengatakannya seribu kali. Iya 'kan?"
Mulut Ivory terbungkam. Apa yang dikatakan Wynne ada benarnya. Bagaimana jika ternyata semua yang dikatakannya adalah kebohongan? Gadis itu menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Kali ini dia akan memberi kepercayaan pada Wynne. Ivory mengambil napas panjang, lalu menggenggam tangan Wynne. "Aku percaya padamu." ucapnya lembut. "Tapi apa yang kau katakan di kelas tadi benar? Zavier penyebab pembunuhan berantai itu? Dia mengincar jantung orang-orang?"
Pertanyaan dari Ivory membuat jantung Wynne berdetak dua kali lebih cepat. Pupil matanya mengecil saking terkejutnya. Apa yang harus dia katakan?
- FAVORITE VAMPIRE -
KAMU SEDANG MEMBACA
FAVORITE VAMPIRE
VampireKonon, vampir adalah makhluk yang setia pada pasangannya. Tapi, ketika vampir mencintai manusia, dirinya akan musnah! Hal ini terjadi pada Ziver. Ziver Arion Mahaprana, seorang laki-laki yang meninggal karena kecelakaan. Anehnya, dirinya malah hidup...