VI

1 0 0
                                    

[Chapter 6]

Bulan dan bintang berkelipan diatas sana, kedua matanya terasa begitu panas namun hingga kini kantuk tak kunjung datang. Pikirannya terasa berat, ia terus memikirkan siapa dalang dibalik kejadian Livy yang sebenarnya. Akan kah pelaku sebenarnya orang yang sering membuly Livy? Tapi siapa, bukan hanya satu dua orang yang sering membuly Livy.

Drtt.. drtt.. drtt..

Deringan handpone yang berada diatas laci mengalihkan perhatiannya. Falla mengangkat telefon dengan kerutan di dahinya. Mengapa malam-malam begini ia menelfon nya?

"Halo,"

"Falla, kau tahu? Saat aku memblokir video milik Livy, entah mengapa aku menemukan kenjangalan tentang sekolahmu."

"Memang, sekolahku itu penuh rahasia. Sebenarnya aku tak ada minat untuk mencari tahu tentang latar belakang sekolahku, jika kau memaksa kau saja yang mencarinya, aku ingin fokus mencari tahu siapa dalang dibalik kejadian Livy."

"No you have to participate! Kita harus sama-sama menyelidiki khasus ini sampai tuntas."

"Baiklah, I'll follow what you say."

"Besok aku akan mencari tahu lebih dalam, tapi aku butuh bantuanmu juga, kau harus mencari informasi yang menurutmu jangal di sekolah itu."

"Okay." sambungan telfon terputus, kini Falla kembali membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur, ia mencoba mengatur napas dan mulai menjernihkan pikirannya. Tak lama setelah itu akhirnya kedua kelopak mata itu menutup sempurna.

Pagi pun tiba, matahari mulai menapakan cahayanya. Gadis bernama Falla itu sedang membersihkan diri didalam kamar mandi, jika semalam ia tak tidur mungkin saja pagi ini ia akan demam. Setelah selesai berbenah memakai seragam sekolah juga sepatu dengan lengkap, lalu ia membersihkan tempat tidur, memasukan buku kedalam tasnya, dan yang terakhir mengunci kamar melangkahkan kaki menuju gedung sebelah, dimana disana tempatnya ia menimba ilmu.

Saat ini Falla mulai perduli dengan tingkah semua teman-teman sekelasnya. Bukan dalam artian ia menjadi seperti sosok Felix yang menurutnya terlalu sok kenal juga sok akrab. Ia akan menjadi dirinya sendiri, tapi kini tatapan matanya mulai jeli dan memperhatikan setiap pergerakan semua teman sekelasnya.

-----

Felix menatap kedatangan Falla, seperti ada yang berbeda walaupun terlihat datar seperti biasanya tapi enatah kenapa kini Felix merasakan aura yang berbeda dari biasanya.

"Falla, aku ingin bertanya." Felix menepuk bahu kiri Falla dari belakang. Membuat Falla yang baru saja mendaratkan bokongnya keatas kursi harua menghela napas dengan kasar.

"Ada apa?" tanya Falla dengan tatapan datar seperti biasanya.

"Kau pasti tahukan alasan yang sebenarnya mengenai gadis yang tidak masuk itu, kalau tidak salah pada saat itu aku mendengar nama gadis itu adalah Livy?"

"Oh." lalu Falla membalik badanya kedepan, ia mempertimbangkankan apa yang nanti akan ia ucapkan kepada Felix, akankah Felix dapat menutup mulutnya dan tidak membocorkan kepada siapapun?

Falla langsung membalik badan kebelakang menatap Felix untuk beberapa saat, sampai pada akhirnya ia memantapkan pertimbangannya tadi. "Apakah kau benar-benar ingin mengetahui alasannya?" pertanyaan Falla membuat kerutan pada dahi Felix.

"Ya tentu saja. Bukankah kita sebagai teman sekelas harus saling perduli?" Falla menggelengkan kepalanya tanda ia tak setuju dengan perkataan Felix.

"Kalau seperti itu, aku tak jadi memberitahumu, sudahlah lupakan saja."

"Okay I'm promise. Cepat beritahukan info yang sebenarnya."

"Tidak disini, mari ikuti aku." Falla mengajak Felix keluar padahal ini masih pagi, sebentar lagi waktunya jam pelajaran pertama di mulai. Sepertinya Falla dan Felix akan membolos pada jam pelajaran untuk yang pertama kalinya. Sedikit membuat Felix ragu karena ia takut terkena hukuman dan berakhir menjadi pusat perhatian semua teman sekolahnya dan yah kalian pasti tahu kelanjutan dari itu--pembulyyan.

SERENITY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang