"Ketemu!! Ini dia yang gue cari-cari ini bisa jadi bukti buat kita nyadarin si Radit itu!"
Echa menoleh melihat bukti macam apa yang telah Daisy temukan ternyata itu adalah sebuah kalung yang selama ini telah disimpan dan Radit sembunyikan darinya. Echa benar-benar tidak menyangkanya.
"Sekarang gue tahu apa yang harus gue lakuin!"
Daisy dan Echa berlari menuju Radit dan Ariel yang masih tatap-tatapan di lapangan dekat rumah Radit. Ini menyeramkan.
Akhirnya Daisy mengambil langkah tanpa diikuti Echa karena ia masih gugup dan takut melihat Radit.
"Stop! Kalo kalian gak berhenti, gue ancurin benda ini sekarang!" ujar Daisy sambil memegang kalung portal waktu Radit.
"Sial!"
***
"Jauhkan kalung itu, dasar bodoh!" teriak Radit pada Daisy yang mulai mengamankan kalung biru tersebut.
Daisy tidak peduli dengan apa yang dikatakan Radit. Dia tetap mengamankan karung tersebut dan wajahnya menghadap ke arah Ariel yang kini sedang menatapnya khawatir.
"Hei bajingan cepat lepaskan kalungku itu atau kau akan mendapatkan balasan yang tepat!"
"Heh? Bajingan bilang bajingan? Gak salah?" ujar Daisy.
"Lihatkan? Dengan adanya kalung yang gue temuin ini, bukti kalau lo itu bukan manusia di zaman ini udah jelas. Lo nggak perlu nutup-nutupin dengan cara lo yang busuk itu!"
Ariel masih diam ditempat, sebenarnya ia ingin pergi menemui Daisy, tapi badannya kaku begitu saja. Apalagi melihat penampilan Daisy yang saat mengancam Radit sangat terampil dan tegas, tidak seperti Daisy yang kekanak-kanakan dulu.
"Berhenti jadi orang jahat lo nggak pantes berbuat Sesuka lu di dunia yang bukan milikku dan bukan tempat hidup lu ini," jelas Daisy.
Rahang Radit mengeras tiba-tiba muncul beberapa kenangan di pikirannya membuatnya jadi tak fokus dengan tujuan yang sebenarnya.
Kenangan itu muncul satu persatu dalam pikiran Radit. Seakan tidak membiarkan hati Radit kembali jahat kenangan tersebut memaksa masuk ke dalam hatinya bahkan hatinya yang paling dalam.
"Kau tahu kan sebenarnya semua yang kau lakukan itu hanya demi tujuanmu meneliti manusia pada zaman canggih seperti ini bahkan telah memanfaatkan seorang gadis yang diam-diam telah menanamkan rasa padamu."
Ucapan Daisy itu saya akan menyuruh Radit berhenti menjadi penjahat. Tetapi ada satu bagian atau organ dalam tubuh Radit yang tetap menjadi jahat organ tersebut memberontak. Itulah yang dinamakan otak.
Tidak, kau pikir aku akan menuruti semua yang kau katakan itu? Yang kau katakan adalah hal bodoh yang pernah kudengar. Mana mungkin aku menuruti kata-kata orang bodoh."
Daisy tidak ragu sedikitpun, walau dia sudah mendengarkan kata-kata yang membuatnya sakit hati dari mulut Radit.
Daisy agak maju kemudian menyodorkan sebuah kalung dengan permata biru yang tidak lain adalah kalung Radit. "Kalau kau mau ambil aja, tapi dengan satu syarat."
Kemudian Daisy menoleh ke arah Echa, Echa yang melihat itu tertegun, kemudian terpaku karena tempat persembunyiannya telah diketahui. Sekarang ia malu, dia tidak tahu harus membuang mukanya ke mana di hadapan Radit.
"A-aku?" ucapannya terbata-bata.
"Aku mau mengembalikannya tetapi kau harus membalas perasaannya dulu kau harus merasakan apa yang dirasakan Echa selama setahun telah memihakmu," ucap Daisy sambil menoleh ke arah Echa lagi.
"Kau tahu kan selama ini dia selalu memihak mu, selama ini dia selalu mendukungmu, menasehatimu, dan dia melakukan semua yang menurutmu baik, semua demi kepentinganmu. Semua demi perasaanmu, tapi dia mengabaikan perasaannya sendiri. Ia bahkan tidak tahu kalau hal itu bisa berdampak pada nyawanya!"
Ucapan Daisy yang ngegas di akhir kalimat membuat Ariel dan Radit sama-sama tertegun melihatnya terutama Ariel yang tidak biasa melihat Daisy tegas kepada orang semacam Radit.
"Gue nggak nyuruh dia memihak gue. Gue nggak nyuruh dia dukung gue. Gue nggak nyuruh dia ngelakuin hal yang gue suruh, tapi gue cuman minta dia ngelakuin sebagai teman gue, teman!" ucap Radit sambil menundukkan kepalanya.
"Apa lu bilang? Teman? Dia yang sudah nekat mengorbankan nyawanya untukmu hanya pantas kau sebut teman begitu? Kurang apalagi dia, apa dia punya salah atau dendam kepadamu? Kenapa kau hanya menganggapnya teman? Apa dia tidak cocok kau anggap lebih dari teman?"
Daisy melangkah mundur kemudian menarik lengan Echa. Echa yang sedang diam saja saat itu hanya diam saja dan pasrah dengan apa yang akan dilakukan oleh Daisy.
"Kau tahu raut wajah sedih ini telah mencurahkan segala perasaannya kepadaku. Aku disini untuk menyelamatkan perasaannya biar lah mau kau apakan diriku asal perasaan dia kembali. Jangan jadi pecundang Radit!
"Kami semua ingin mendengarkan penjelasan darimu, Echa," ujar Ariel yang dibarengi oleh anggukan Daisy.
"Maafin gue Radit, tapi gue udah mendam perasaan untuk lo sejak kita ketemu. Gue tetep nurutin semua keinginan lo karena gue ingin kita selalu bersama, dan gue nggak mau kesempatan kita bersama direnggut gitu aja. Hanya karena perbedaan pendapat diantara kita," ucap Echa. Meskipun tidak terlalu jelas tapi gambarannya sudah terbayang. Sedangkan Ariel masih menatap ke arah Daisy yang sibuk berpikir ,dan Radit masih dengan menundukkan kepalanya yang tak henti-hentinya mencurahkan air mata walau air mata itu bisa dibilang palsu.
"Gue paham," tutur Daisy
"Lalu lu bisa ambil kesimpulannya kan Radit?"
Maafin gue Echa gue bener-bener nggak paham sama perasaan lo. Gue selama ini cuma mau manfaatin lo, manfaatin dunia ini. Karena pada dasarnya gue bukan makhluk sesungguhnya maka gue bisa buat penelitian yang menguntungkan gue di dunia gue dan gue cuman bisa berteman sama lo Apalagi lo paket komplit, pinter, cakep, baik juga. Jadi gue mudah manfaatin lo."
"Gue tahu maafin itu nggak mudah. Tapi gue bakal sebisa mungkin buat hari-hari lu—sebelum kita berdua pisah, lebih indah dari awal kita ketemu."
Echa tertawa bahagia, terharu, lalu ia juga meneteskan air mata.
Ia benar-benar tak sanggup menahan air matanya lagi. Saat ini dia sedang membayangkan, bagaimana jika mereka berdua adalah sesama manusia dunia ini. Mereka pasti akan hidup bahagia lebih dari ini.
Dengan kepribadian Radit yang sudah membaik dan tidak ada lagi sisi jahat yang Radit tinggalkan. Maka Berakhir Pula perselisihan diantara Ariel, Daisy, Radit dan Echa itu.
Ariel dan Daisy saling menatap. Mereka lalu tertawa begitu saja ketika melihat wajah mereka saling bertatapan lagi.
Ariel langsung menghampiri Daisy, lalu mengacak gemas rambut Daisy. "Kau itu benar-benar Daisy yang paling kufavoritkan!"
Desi tersipu malu mereka sudah mengabaikan bahwa hubungan mereka saat ini adalah mantan pacar. Dan mereka memutuskan untuk melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh Radit dan Echa. Yaitu membuat hari-hari sebelum mereka berpisah itu lebih indah dari awal mereka bertemu.
"Gue sayang lo Daisy!"
"gue juga sayang lo Ariel!"
Teenfiction 3
WPWT 1
By. ArandellaaTBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Future Daisy [END]
Подростковая литератураPernahkah kamu tinggal di masa di mana kamu tak akan mungkin hidup disana? Bingung kan? Portal kecil ini rusak, membuatku harus menjelajah dunia masa depan. Tepat 10 Abad setelah aku lahir, tepatnya lagi di tahun ke 30nya. Ya, 3030. bagaimana bisa a...