0.

378 38 12
                                    

Hai!

Namaku, Athena Park. Ya, ya. Jangan tertawa. Aku tahu namaku memang terdengar aneh untuk seseorang yang lahir dan besar di Korea. Kalau kalian berpikir ayah atau ibu ku adalah orang Asing, kalian salah. Mereka juga sama sepertiku, lahir dan besar di Korea. Sejujurnya aku juga tidak mengerti kenapa mereka memberiku nama ini, tapi ayah pernah bilang, Namaku adalah cerminan dari diriku, dan aku akan menemukan alasannya suatu hari nanti.

Sejujurnya aku tidak terlalu ambil pusing soal nama, toh ini hanya sekedar nama.

Tahun ini aku memasuki tahun terakhir di sekolah menengah atas. Ku beri tahu kalian satu hal, aku bersekolah di SOPA!

Bukankah itu mengesankan? Setidaknya bagiku yang terlahir dari keluarga yang hidup pas-pasan.

Kalau kalian pikir semua orang yang bersekolah di SOPA itu populer, kalian salah lagi. Ada juga murid yang tidak banyak bergaul dan dikenal banyak orang seperti aku, contohnya.

Ya, aku ini introvert. Aku lebih suka berdiam diri dikelas dari pada berbaur dengan murid lain saat jam istirahat. Lebih suka menghabiskan waktu di taman belakang sekolah dari pada bergerombol di kantin. Dan lebih nyaman duduk sendirian di perpustakaan dari pada ikut bergosip dengan murid lain.

Ada kah yang sama sepertiku?

Tapi seingatku, dulu aku tidak seperti ini. Saat pertama kali semua orang-orang mengetahui bahwa aku murid beasiswa, mereka mulai memperlakukanku berbeda. Mereka mulai berbisik dibelakangku, menghindariku, menatapku sinis, tidak ada yang mau bersamaku ketika mengerjakan tugas kelompok, dan hal-hal semacam itu. Sejak saat itu aku mulai menarik diri dari lingkup sosial di sekolah ini.

Mereka memang tidak pernah mengatakannya secara langsung sih, tapi aku cukup tahu diri untuk menyadari bahwa aku memang berada di 'kelas' yang berbeda dengan mereka. Dan aku menerimanya.

Malah sekarang aku lebih nyaman begini, aku jadi bisa lebih fokus memikirkan pelajaran dibanding anak-anak lain yang sibuk memikirkan urusan pacar dan merek-merek skincare.

Eh, tapi aku tidak semenyedihkan itu kok. Aku tergolong murid yang cukup berprestasi. Selalu memegang posisi sepuluh besar sejak di sekolah menengah pertama, membuat pihak SOPA mengabulkan permintaan beasiswa ku. Aku unggul dalam mata pelajaran Fisika, Biologi, Matematika, Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, Bahasa Jepang dan yang lainnya. Kayaknya aku memang ahli dalam segala mata pelajaran deh.

Maaf, aku sombong sebentar hehe.

"Eh, ini gimana sih?"

Aku menoleh saat seseorang menoel lenganku. Mataku langsung dihadapkan dengan barisan angka-angka bercampur huruf yang ditulis dengan rapih di atas kertas.

"Ini dicari dulu asal senyawanya apa, terus tinggal kamu masukin tabel."

Yihua mengangguk paham setelah aku selesai menjelaskan. Lalu ku lihat dia kembali menarik bukunya dan lanjut mengerjakan seperti yang ku ajarkan.

Saat aku bilang aku adalah anak yang introvert, itu bukan berarti aku tidak punya teman sama sekali. Aku punya, walaupun tidak banyak. Salah satunya, Yihua.

Sungguh, aku sangat menyayangi gadis keturunan China itu. Hanya dia satu-satunya orang yang mau duduk disampingku, menemaniku ketika tidak ada satupun yang mau berada satu kelompok denganku, dan yang terpenting, hanya dia yang percaya padaku.

Ya, percaya, percaya pada hal-hal aneh yang aku katakan.

Kalau aku cerita, apa kalian juga akan percaya padaku?

Semoga iya, karena sejauh ini semua orang yang mendengar ceritaku selalu bilang bahwa aku sudah tidak waras, nglindur, mimpi, ngaco dan semacamnya.

[1] 𝐁𝐢𝐭𝐭𝐞𝐫𝐬𝐰𝐞𝐞𝐭 | Liu YangyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang