"Ahaha... Itu ummm aku sebenarnya bukan asli sini sih." Akhirnya Kyu mengaku.
Aya manggut-manggut, "Oh jadi pindah ke sini? Sejak kapan?"
"Baru kemarin lusa."
"Kemarin lusa...." Aya mencoba mengingat-ingat.
"Iya kemarin lusa yang naik mobil lewat ladang-ladang itu juga, jadi rumahmu deket ladang itu?"
Aya tersentak mendengar pertanyaan Kyu, "Loh? Kok tahu? Padahal aku belum ngomong."
.
.
Kyu menggaruk tengkuknya tak gatal, "I-Iya gitu." Kyu tersenyum pada Aya, yang mungkin Aya justru melihatnya aneh.
"Ayo duduk agak depan, biar nanti kedengeran!" Kyu mengalihkan perhatian dengan mengajak Aya duduk di depan dengan semangatnya dan Aya hanya menurut saja.
"Agak sini ya... Jangan jauh-jauh, tahu kan aku belum kenal siapa-siapa." Aya menuruti apa kata Kyu.
.....
.....
.....
Kyu mendekat ke Aya dan berbicara lebih dekat supaya suaranya tidak bercampur dengan suara anak-anak lain yang ada di ruangan itu.
"Aya! Kamu kenapa nggak gabung sama mereka? Bukannya mereka temen-temenmu SMP?" tanya Kyu selagi Aya melihati gerombolan anak perempuan yang gayanya tak jauh berbeda dari Aya.
Aya reflek berhenti melihati gerombolan itu dan menoleh pada Kyu, "Kamu ini ngomongnya kayak tahu semua aja." Aya menyamankan duduknya.
"Iya mereka temen SMPku, bisa dikatakan satu geng. Lihat aja, mereka juga kayak geng kan. Gaya mereka juga mirip-mirip meski ada yang beda satu, aku pun sama... Tapi udah sampai SMP aja," lanjut Aya.
"Kenapa?" tanya Kyu semakin penasaran.
Aya tak menjawab pertanyaan Kyu, dan balik menatap gerombolan itu dan memalingkan kepalanya kea rah lain.
"Ini! Aku masih temenan biasa kok!" Aya menunjukkan gelang karet berwarna hitam yang ia pakai.
"Gelang ini pemberian salah satu dari mereka, kita masih temenan cuman nggak kayak dulu, aku milih jadi temen biasa yang nggak musti kemana-mana bareng. Perlahan aku mulai nggak ikut kumpul-kumpul sama mereka, karena jujur itu membuatku tidak leluasa dalam berteman." Aya menjelaskannya hingga mudah dimengerti.
"Aku tahu kok, nggak papa, yang penting nggak jadi musuh aja hehehe..." Kyu merangkul Aya layaknya teman yang sudah dekat, padahal Aya masih terlihat sangat canggung. Rangkulan Kyu saja sampai tidak sempat dibalasnya.
Sejak pertemuan itu, Kyu dan Aya jadi akrab. Selama kegiatan perkenalan sekolah hari itupun mereka saling bertukar pendapat. Kyu juga banyak bertanya tentang sekolah mereka dan lingkungannya.
Dari penjelasan Aya, sekolah ini sebagian besar muridnya adalah dari kalangan berprestasi. Jadi bisa sebenarnya mimpi Kyu tentang sekolah favoritnya itu sudah terwujud. Hanya saja karena bangunannya yang lawas menjadikan kualitas muridnya tak terlalu mencolok jika hanya dilihat oleh orang awam.
Mungkin dua alasan itulah yang jadi penyebab kenapa sekolah ini tak terlalu memiliki banyak murid. Berbeda dengan sekolah yang berjarak lima kilometer lebih jauh, di sana muridnya jauh lebih banyak. Gedungnya lebih besar dan catnya tampak masih baru. Tapi sepertinya sekolah itu hanya dipenuhi oleh anak kalangan atas saja. Tak jauh berbeda dengan sekolah-sekolah di kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Clairvoyant
FantasyKyu, anak yang menyandang status pelajar di sekolah menengah ini memiliki kemampuan khusus yang tak dimiliki orang lain. Ia juga sesosok periang bagai tanpa masalah. "Bahagia tidak untuk dipaksakan" Kyu percaya, jika kebahagiaan bukan hanya untuk di...