Pagi ini aku sangat senang, karena kebetulan hari ini aku di bolehkan libur. Mungkin Bos ku sedang baik. Tapi entahlah, aku juga tidak tahu. Aku berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan gosok gigi. Setelah itu aku menggunakan kaos berwarna Hitam dan celana training bergaris di setiap sisinya. Hari ini aku akan lari pagi.
Rasanya sudah lama sekali aku tidak lari pagi. Sebelum aku menuju taman untuk lari pagi. Di depan rumah aku memulai pemanasan dulu. Setelah itu baru aku berlari menuju taman. Jarak antara rumah ku dengan Taman tidak begitu jauh. Setelah sampai, aku mulai memutari area taman.
Disini juga banyak sekali anak-anak maupun Orang dewasa yang hanya sekadar bermain atau berlari seperti diriku. Oh, dan ternyata ada juga yang sedang, ehmmm.. berpacaran maybe. Entahlah, aku tidak terlalu memperhatikan.
Baru dua kali putaran, aku sekarang sudah lelah dan duduk di kursi yang berada di dekatku. Aku memijit kaki ku yang rasanya sedikit sakit. Apa ini karena aku sudah lama tidak berlari? Mengingat ke tika hari libur aku memilih bergelung dengan selimut sampai hari menjelang siang.
"Minumlah, kau pasti haus." Aku mendongak, lalu tersenyum dan mengambil minuman yang di berikan oleh Dimas.
"Terimakasih."
"Hmm, sama-sama. Ngomong-ngomong kau juga sering kesini?"
"Tidak! Aku sebenarnya sudah lama tidak lari pagi. Dan entah kenapa hari ini aku sangat ingin berlari. Tapi baru dua kali putaran aku sudah capek."
"Benarkah? Dulu kau sangat jago dalam hal Olahraga. Apa karena kau sekarang tambah gemuk?" Candanya.
"Ck, jangan mengataiku! Dulu memang banyak yang bilang aku sangat jago Olahraga. Tapi aku rasa biasa saja. Kau tau yang bernama Angga?" Dia mengangguk. "Dulu dia partner ku berlari, dan asal kau tau. Aku dan dia juga sering bolos di pelajaran matematika." Aku tertawa kecil mengingat betapa nakalnya aku dulu.
"Benarkah? Tapi kenapa aku tidak pernah melihat kau masuk Bk? Sedangkan aku yang bolos di kantin saja langsung di seret ke Bk sama Pak Kumis."
"Itu mudah saja. Sepertinya dulu kau harus berguru kepadaku." Canda ku dan diakhiri kekehan.
"Kau tadi menyebut Angga kan, Dimana dia sekarang?"
"Aku sendiri juga tidak tau. Tapi waktu kelulusan dia sempat bilang kepadaku kalau dia ingin merantau. Dulu aku kira dia hanya bercanda. Tapi ternyata memang benar." Ucapku lalu tersenyum.
"Kenapa kau tidak ikut merantau saja?"
"kau ini seperti wartawan saja. Dimas yang aku kenal dulu tidak seperti ini."
"Ini sudah tahun berapa? Dulu dan sekarang sangat lah beda. Jangan samakan aku dengan yang dulu. Lagian lihatlah penampilanku sekarang, bukan kah mirip seperti bintang Sinetron?"
"Kau benar! Kau memang seperti bintang sinetron." Ucapku, dia menyisir rambutnya kebelakang dan menampilkan gaya Cool nya.
"Jangan seperti itu. Lagian aku belum selesai bicara. Kau memang seperti pemain sinetron. Kau tau pemain sinetron apa? Kau sangat bagus memerankan seorang suami di sinetron azab." Ledekku, dia memanyunkan bibirnya.
"Aku tidak mau bermain di sinetron Azab. Bisa hancur reputasiku. Apa kau betah disini? Aku harus pulang. Aku ada acara jam sepuluh nanti."
"Hmm. Aku memang betah disini. Disini sangat Indah.tapi tidak mungkin aku tidur disini bukan? Dim, kau anak baik kan?"
"Iya aku tau itu, aku memang baik. Saking baiknya aku tahu, kau akan meminra tolong kepadaku kan? Baiklah akan aku antarkan."
"Kau memang baik." Ucapku lalu mencubit kedua pipinya.
"Stop Sya."
"Baiklah! Ayo kira pulang." Dimas mengangguk dan berjalan menuju parkiran, apa ini, Dia membawa mobil? Aku kira dia membawa sepeda motor. Tapi tidakpapa lah. Lagian difalam kan ada AC nya.
🐾🐾🐾
"Makasih sudah mengantarkanku.""Iya sama-sama. Oh ya, apakah kau besok bekerja?"
"Tentu saja. Apa kau mau menanggung biaya kehidupanku? Ayolah aku tinggal sendiri sekarang."
"Itu mudah saja. Jika kau menjadi istriku maka aku akan memberikan harta yang aku punya kepadamu. Jadi, mau kah kau menikah denganku?"
"Apa kau sedang berniat melamarku? Aish, aku tadi hanya bercanda. Dan kau menganggapnya serius?"
"Entah lah, aku bingung dengan perasaanku. Dulu aku sempat suka kepadamu. Tapi setelah lulus kita baru berjumpa kemarin."
"Pulang lah, tadi kau bilang ada acara bukan? Ceapt pergi sebelum reputasimu hancur Tuan Dimas." Ejekku.
"Jadi kau mengusirku?"
"Tentu. Lagian aku sekarang sudah lelah. Aku mau bermanja dulu kepada kasurku." Ucapku lalu terkekeh.
"Aish, kau tak mandi? Kenapa kau jorok sekali?"
"Ck, apa aku harus mengatakannya? Haruskah aku berbicara sedetail-detailnya kepadamu? Sekarang pergilah."
"Oke aku akan pergi."
Dimas menstater mobilnya lalu melenggang pergi meninggalkan Rumahku. Aku memasuki Rumah dan berjalan menuju dapur. Rasanya haus sekali. Pafahal aku sudah minum di taman tadi. Apa ini karena aku sering mengoceh tidak jelas kepada Dimas tadi? Seseorang tolong beritahu aku."
Aku mandi, karena dua hari aku sudah tidak keramas, sekarang aku harus keramas. Apalagi tadi aku habis berlari. Tentu saja rambutku lepek.
Setelah selesai aku menuju dapur dan memasak. Bodohnya aku ini, seharusnya aku masak dulu baru mandi. Kenapa sekarang terbalik? Aku yakin aku akan gerah pas selesai memasak nanti.
Karena aku tergolong dalam orang malas. Aku hanya membuat nasi goreng. Tak apalah, dari pada aku memasak mie.
🐾🐾🐾
Malam ini udara sangat dingin, di luar sedang hujan. Ditambah lagi anginnya sangat kencang. Apakah tuhan sedang marah kepada hambanya? Ibuku sering bilang seperti itu. Jika ada angin kencang atau petir itu pertanda Tuhan sedang marah. Tapi entahlah, dulu waktu kecil aku percaya saja dengan apa yang dikatakan ibuku. Tapi sekarang? Aku merasa ragu, haruskah aku percaya atau tidak.
🐾🐾🐾
Makasih yang udah baca,
Jangan jadi silent reader's yaaa..
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Mommy (Hiatus)
Short Story{Follow dulu sebelum di baca} "Permisi pak, Saya harus bekerja." Delvan tetap menahan Tasya agar tidak pergi. "Kasihan Cia, dia sedang demam." Tasya yang mendengar kata Cia langsung menatap Delvan, "Cia, demam? Bagaimana bisa?" Tasya yang tadinya be...