06

1.1K 71 7
                                    

Cia dan Tasya spontan menengok, "Papah." Cia berlari dan digendong Oleh Delvan. Tasya yang merasa canggung hanya senyum sebagai sapaannya.

"Papah, itu Mamah." Cia menunjuk ke arah Tasya.

"Mamah?"

"Eh," Tasya antara malu dan deg-degan. Delvan seperti memancarkan aura Permusuhan. Wajahnya yang datar, bisa buat dia merasa takut.

"Oh, jadi kamu yang sering di ceritain Cia? Perkenalkan saya Delvan Papah Cia."

"Saya Tasya. Hmm, kalau begitu saya pergi dulu. Saya masih ada kerjaan. Permisi. Kakak Pulang dulu ya."

"Mamah mau kemana? Kan kita baru ketemu lagi Mah. Mamah ikut pulang ya Mah."

"Sayang, Kakak harus kembali kerja. Lagian kan sudah ada Papahnya Cia."

"Nggak mau pokoknya mau sama Mamah!" Cia memaksa turun dari gendongan Delvan dan berlari lalu memeluk Tasya.

"Cia biarin kakaknya pergi!" Delvan mencoba membujuk Cia.

"Enggak! Mah, Ikut pulang ya Mah!"

"Sayang, Kakak harus Kerja. Kapan-kapan kita main lagi ya."

"Nggak mau Mah. Pokoknya Mamah ikut pulang kerumah aku sama Papah!"

"Hem, lebih baik kamu turuti dulu saja kemauan anak saya."

Tasya mendongak lalu protes, "Maaf Pak, tapi saya harus kerja."

"Saya akan mengijinkan mu. kamu kerja di Restoran Jepang di dekat Rumah sakit Itukan? Kebetulan pemiliknya teman saya."

"Tapi Pak..."

"Please, kasihan Cia. Saya tidak bisa menolak permintaan anak saya."

"Hmm, Baiklah."

Mereka bertiga berjalan menuju Mobil dan mulai meninggalkan Sekolah. Cia yang berada dipangkuan Tasya tidak henti-hentinya bercerita tentang hari-harinya disekolah.

Setelah sampai Di Rumah Delvan, lebih tepatnya Mansion. Cia segera menarik Tasya menuju kamarnya. Mewah, satu kata yang ada di benak Tasya. Kasur king Size bergambar unicorn, dan nakas disampingnya yang bergambar Barbie.

Cia mengeluarkan satu Box besar yang berisi mainannya. Dia mendorong ke arah Tasya yang sedang duduk di kasur. "Mah, Lihat! Ini mainan Cia."

"Wow, banyak banget. Cia mau Kakak main sama Cia?"

"Kenapa sih, Mamah nggak mau dipanggil Mamah sama Cia. Kan Cia anak Mamah!" Rajuknya.

Tasya menghela napas lalu berkata "Cia, kakak ini tu Orang asing. Kan kita kenal baru beberapa hari aja."

"Pokoknya Mamah itu Mamahnya Cia!" Ucapnya sambil berkaca-kaca.

"Yaudah kalau gitu. Tapi Cia jangan nangis Oke?"

Cia langsung mengangguk dan memeluk Tasya. "Sekarang kita tidur, Cia mau Mamah temenin tidur?"

"Mau Mah! Tapi nanti Mamah jangan Pergi ya." Tasya hanya tersenyum lalu berjalan mengembalikan Box yang diambil Cia tadi.

"Ayo sini, katanya mau tidur sama Mamah." Cia berjalan ke arah kasur lalu merebahkan tubuhnya disamping Tasya.

Sudah sekitar setengah jam Tasya memeluk Cia agar dia tidur  tapi Cia masih saja belum menutup matanya dengan alasan takut Mamahnya pergi.

"Mamah nggak akan pergi kok, sekarang Cia tidur ya." Cia menuruti  apa yang dikatakan oleh Tasya. Setelah beberapa menit, dengkuran halus mulai terdengar. Tasya segera melepaskan tangannya dari tubuh Cia. Dia berjalan hati-hati menuju lantai bawah. Di Ruang keluarga ada Delvan yang sedang mengurusi berkas-berkas kantor.

You're My Mommy (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang