5. Semenjijikan inikah wajahku?

575 140 49
                                    

HELLO READERS

SELAMAT MEMBACA

^_^

GRIZ POV

"Emang salah ya kalo aku ikut campur urusan dia? Padahal kan aku cuma mau belain Cyra, kasian dia," gumam ku ditengah perjalanan pulang.

Setelah melihat kepergian mobil itu, ku putuskan untuk kembali kerumah, sembari mengayuh sepeda, aku berbincang dengan diriku sendiri tentang kejadian tadi yang masih terus memutari otakku.

Aku benar-benar tidak paham atas perlakuan kakak Cyra, apa sebenarnya salah Cyra? Hingga kakaknya setega itu? Menurutku sih Cyra gadis kecil yang baik, pintar, lucu lagi. Mana mungkin ia melakukan kesalahan hingga membuat sikap kakak nya seperti itu? Ah sungguh tidak mungkin.

Setelah menempuh perjalanan, akhirnya sampailah aku di rumah, terlebih dahulu ku masukkan sepeda kesayangan ku itu karena hari sudah mulai gelap, aku takut sepeda ini hilang jika di biarkan tergeletak di luar rumah, ya meskipun tidak ada yang berminat mencurinya, tapi tetap saja aku harus waspada.

Tiba-tiba saja tenggorokan ku terasa kering, ku langkahkan kakiku menuju dapur "Ya ampun, aku lupa mau jualan cendol, yah udah bau lagi," aku sungguh terkejut saat melihat cendol-cendol yang tertata rapi di keranjang sudah bau, dan itu tandanya sudah tak layak jual.

"Yah uang tabungan tinggal lima ribu, terus gimana caranya aku beli bahan cendol?" pikirku saat tiba di kamar dan melihat tabungan yang berasal dari kaleng bekas biskuit hanya berisi selebar uang lima ribu.

"Andai saja ibu sama ayah masih ada, mungkin mereka tidak akan membiarkan aku kesusahan begini," ucapku saat aku melihat foto ayah dan ibu yang berada di atas nakas.

Flashback on.

"Ibu, kata Bu guru kalau belum bayar uang ujian, ngga boleh ikut ujian," tutur ku pada ibu yang sedang membantu ayah menyiapkan gerobak untuk berjualan cendol

Saat itu aku masih menginjak sekolah dasar, semua teman-teman ku sudah membayar uang ujian, berbeda sekali denganku.

Sebenarnya aku tidak ingin meminta uang pada ibu, aku tak ingin menyusahkan ayah dan ibu, tapi aku terpaksa mengucapkan itu, karena jika tidak, aku tidak akan bisa mengikuti ujian dan tidak akan naik kelas, ayah dan ibu pasti bersedih.

"Iya nak, kamu yang sabar ya, kita berdoa semoga ayah bisa dapet rezeki yang banyak hari ini," ucap ibu.

"Ya Allah, semoga ayah bisa dapet uang yang banyak dan aku bisa ikut ujian, aminnnn," ku usapkan kedua tanganku pada wajahku yang masih mulus kala itu.

"Kalau begitu ayo kita berangkat," ucap ayah.

"AYO!!" aku dan ibu serempak.

Ayah berangkat jualan cendol, aku berangkat untuk menimba ilmu, serta ibu yang berangkat bekerja sebagai asisten rumah tangga.

Bagitu bahagia rasanya memiliki keluarga yang masih lengkap, meskipun aku keluargaku miskin harta, tapi aku sangat kaya dengan kasih sayang.

Saat itu hari telah mulai gelap, yang tadinya matahari bersinar terang di langit kini berubah menjadi ribuan bintang yang menghiasi indahnya malam, aku dan ibu khawatir karena ayah belum pulang.

"Assalamualaikum, ayah datang," rasa khawatir ku sirna seketia kala mendengar suara ayah dari ambang pintu.

"AYAH!!!" ucapku berlari dari arah dapur dan langsung memeluk erat ayah.

DIARY MY ACNETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang