Keluarga Persusuan Rasulullah saw

12 2 2
                                    

Menurut adat masyarakat Arab setempat, bayi yang baru lahir akan disusukan oleh perempuan yang berada di luar dari masyarakat setempat, supaya bebas dari dijangkiti penyakit masyarakat setempat, menguatkan fizikal kanak-kanak, mengukuhkan urat saraf serta memahirkan anak terebut dengan bahasa Arab sejati sejak kecil lagi.Kemudian,Ibunya mencari wanita pedesaan untuk menyusui putranya.


Aminah masih menunggu akan menyerahkan anaknya itu kepada salah seorang Keluarga Sa'd yang akan menyusukan anaknya, sebagaimana sudah menjadi kebiasaan bangsawan-bangsawan Arab di Mekah. Adat demikian ini masih berlaku pada bangsawan-bangsawan Mekah. Pada hari kedelapan sesudah dilahirkan Rasulullah saw,iapun dikirimkan ke pedesaan dan baru kembali pulang ke kota sesudah ia berumur delapan atau sepuluh tahun. Di kalangan kabilah-kabilah pedesaan yang terkenal dalam menyusukan ini di antaranya ialah kabilah Bani Sa'd.

Sementara masih menunggu orang yang akan menyusukan itu Aminah menyerahkan anaknya kepada Thuwaiba, budak perempuan pamannya, Abu Lahab. Selama beberapa waktu ia disusukan, seperti Hamzah yang juga kemudian disusukannya. Jadi mereka adalah saudara susuan.Sekalipun Thuwaiba hanya beberapa hari saja menyusukan, namun ia tetap memelihara hubungan yang baik sekali selama hidupnya dengan Rasulullah saw. Setelah wanita itu meninggal pada tahun ketujuh sesudah ia hijrah ke Medinah, untuk meneruskan hubungan baik itu ia menanyakan tentang anaknya yang juga menjadi saudara susuan. Tetapi kemudian ia mengetahui bahwa anaknya juga sudah meninggal sebelum ia.

Akhirnya datang juga wanita-wanita Keluarga Sa'd yang akan menyusukan itu ke Mekah. Mereka memang mencari bayi yang akan mereka susukan. Akan tetapi mereka menghindari anak-anak yatim. Sebenarnya mereka masih mengharapkan sesuatu jasa dari sang ayah. Sedang dari anak-anak yatim sedikit sekali yang dapat mereka harapkan. Oleh karena itu di antara mereka itu tak ada yang mau mendatangi Muhammad. Mereka akan mendapat hasil yang lumayan bila mendatangi keluarga yang dapat mereka harapkan.

Akan tetapi Halimah bint Abi-Dhua'ib yang pada mulanya menolak Muhammad, seperti yang lain-lain juga, ternyata tidak mendapat bayi lain sebagai gantinya. Di samping itu karena dia memang seorang wanita yang kurang mampu, ibu-ibu lainpun tidak menghiraukannya.

Setelah sepakat mereka akan meninggalkan Mekah. Halimah berkata kepada Harith bin Abd'l-'Uzza suaminya "Tidak senang aku pulang bersama dengan teman-temanku tanpa membawa seorang bayi. Biarlah aku pergi kepada anak yatim itu dan akan kubawa juga."
"Baiklah " jawab suaminya. "Mudah-mudahan karena itu Tuhan akan memberi berkah kepada kita." sambungnya.

Maka terpilihlah seorang wanita yang bernama Halimah binti Abi Dzu’aib dari suku Sa’ad bin Bakar, yang kemudian lebih di kenal dengan panggilan Halimah as-Sa’diyah.

Sesungguhya atas kehendak Allah SWT, hingga Halimah as-Sa’diyah menyusui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika kecilnya. Sebab ketika pertama kali ditawarkan untuk menyusuinya, dia terasa enggan menerimanya, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam anak yatim yang tidak dapat diharapkan imbalan materi yang layak darinya. Tetapi, ketika tidak didapatkan lagi bayi lain untuk disusui, maka diapun menerima bayi Muhammad untuk disusui di perkampungan Bani Sa’ad.

Halimah kemudian mengambil Muhammad saw dan dibawanya pergi bersama-sama dengan teman-temannya ke perkampungan Bani Sa'ad. Dia bercerita, bahwa sejak diambilnya bayi Muhammad saw ia merasa mendapat berkah. Ternak kambingnya gemuk-gemuk dan susunyapun bertambah. Tuhan telah memberkati semua yang ada padanya.
Ternyata dia tidak salah pilih, karena yang dia susui telah Allah persiapkan menjadi manusia paling agung di muka bumi ini yang akan membawa jalan terang bagi umatnya yang beriman. Maka wajar, setelah itu kehidupan Halimah as-Sa’diyah penuh dengan keberkahan.

Selama dua tahun Muhammad saw tinggal di Sahara, disusukan oleh Halimah dan diasuh oleh Syaima', putrinya. Udara Sahara dan kehidupan pedesaan yang kasar menyebabkannya Rasulullah saw cepat sekali menjadi besar, dan menambah indah bentuk dan pertumbuhan fisiknya.

Setelah cukup dua tahun dan tiba masanya disapih, Halimah membawa Rasulullah saw kepada ibunya dan sesudah itu membawanya kembali ke pedesaan. Hal ini dilakukan karena kehendak ibunya, ada pendapat lain yg berkata bahwa ini karena kehendak Halimah sendiri. Ia dibawa kembali supaya lebih matang, juga memang dikhawatirkan dari adanya serangan wabah di Mekah.

Dua tahun lagi Rasulullah saw tinggal di Sahara, menikmati udara pedesaan yang jernih dan bebas, tidak terikat oleh sesuatu ikatan jiwa, juga tidak oleh ikatan materi.

Demikianlah, 5 tahun pertama kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia lalui di daerah pedesaan dengan kehidupan yang masih asri dan udara segar di lembah Bani Sa’ad. Hal tersebut tentu saja banyak berpengaruh bagi pertumbbuhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik secara fisik maupun kejiwaan.

____________________________________

Alhamdulillah selesai juga part ini heheh,tau nggak readers author nulisnya pagi-pagi loh... (Lah napa jadi curhat ana hehehe,,maaf deh😁)

Jangan lupa sholawatnya yah readers...

ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SYAIDINAH MUHAMMAD WA 'ALA ALI SYAIDINAH MUHAMMAD.

Semoga bermanfaat...
Salam hangat dari ana untuk pembaca🤗

Kamis
25 Juni 2020 M
4  Zulkaidah 1441 H
@

cia_n28


Sang Kekasih AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang