Menghindar

3.5K 166 41
                                    

Aku tidak pernah sekesal ini pada laki-laki hanya karena melihat dia bersama wanita lain. Maksudku aku tidak cemburu, tapi aku merasa dipermainkan oleh Kaivan padahal di luar sana dia memiliki begitu banyak wanita yang akan siap siaga apabila dia menginginkan seseorang untuk menjadi pelampiasan nafsu.

Huh, membayangkannya saja emosiku mulai naik.

Sejak awal aku juga harusnya sudah tau. Dia tampan, mapan, kaya dan mempesona. Tidak mungkin seseorang dengan kriteria seperti itu tidak memiliki seorang kekasih dalam hidupnya.

Mustahil!

Aku memukul setir hingga tanganku sakit. Refleks yang memalukan sekali.

"Kenapa?" Tanya Naya. Dia duduk disampingku sedangkan Olive duduk dibangku belakang. Kami sedang dalam perjalanan pulang dari mall menuju kantor untuk mengantar Naya dan Olive mengambil mobil mereka yang masih terparkir dikantor.

Aku hanya diam menatap jalanan didepanku dengan wajah mengeras. Aku sungguh kesal pada si iblis, dia seperti mempermainkan aku dan keluargaku. Kalau dia bisa mendapatkan yang lebih cantik, kenapa dia juga menginginkan aku?

Kalau saja kondisi keluargaku masih sebaik dulu. Aku tidak akan segan-segan bersaing dengan para wanita itu untuk benar-benar mendapatkan hati Kaivan.

Wanita mana yang cuma mau jadi selingan? Aku rasa tidak ada.

"Lo kenapa sih Re? Sejak pulang dari mall diem aja kaya kesel gitu. Ada apa?" Tanya Naya lagi.

Aku masih diam. Kalau aku bicara sekarang, maka hanya makian yang keluar dari mulutku. Selama ini aku tidak pernah mengharapkan apapun darinya sampai ketika aku melihat dia bersama wanita lain secara langsung.

Aku tidak senaif itu. Wanita mana yang mau disentuh oleh lelaki yang mungkin diluar sana menyentuh banyak wanita lainnya? Membayangkannya saja menjijikan. Kenapa laki-laki itu tidak pernah cukup dengan satu orang wanita saja?

Ponselku berdering. Aku mengabaikannya dan terus fokus membawa mobilku dengan laju normal. Membaca mantra penenang agar emosiku cepat menurun atau kalau tidak siapa saja yang ada didekatku akan menjadi sasaran.

"Si iblis." Gumam Naya. Dia melirik ponselku yang aku letakkan diatas paha. "Lo kasih nama pacar lo si iblis? Kejam banget. Tapi itu unik sih, daripada kasih nama sayang atau my dear atau lebih parahnya Papi." Naya dan Olive tertawa. Sedangkan aku hanya diam.

Kenapa si iblis menelpon gue? Apa urusannya dengan wanita itu sudah selesai sehingga dia kembali membutuhkan gundiknya?

"Halo." Aku memutuskan untuk mengangkat teleponnya karena setelah aku sampai dikantor. Ponselku masih saja berdering.

"Kamu dimana? Kenapa telepon ku diangkat setelah 12 percobaan panggilan?" Dia memberondongi ku dengan pertanyaan.

Aku hanya tersenyum sinis. Naya dan Olive telah keluar dari mobil menuju parkiran untuk pulang kerumah masing-masing.

"Dikantor." Jawabku untuk pertanyaan pertamanya. "Tadi lagi dijalan." Tambahku untuk melengkapi jawaban.

"Kenapa jam segini masih dikantor? Aku tidak pernah minta kamu lembur. Tubuh kamu harus selalu fit kalau-kalau aku membutuhkan."

Cih! Aku tertawa sinis.

"Kenapa mendengus? Kamu gak suka?" Geramnya.

"Iya aku capek banget." Ucapku pura-pura terdengar lesu. "Mau pulang dan tidur."

Dia menghembuskan nafas dengan kuat sampai terdengar di telingaku. "Tapi aku mau ketemu malam ini."

"Maaf, aku bener-bener capek. Mau istirahat." Tolakku. Aku sedang dalam mood buruk untuk bertemu dengan dia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Trapped With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang