two

15 1 0
                                    

"Selamat Pagii Hana" Sapa salah satu teman baik Hana

"Pagi Jeanna, tidak seperti biasa kau datang sepagi ini" Ia pun menyengir

"Aku tidur lebih awal tadi malam, oh iya apakah tadi suamimu yang mengantarkanmu?" Goda Jeanna.

"B-bukan, dia masih calon suami Jeanna!" Pipi Hana sedikit memerah.

"Oh benarkah? Mengapa pipimu menjadi merahh?" Hana pun diam sembari menahan kesal. Seseorang tiba-tiba datang dan menyapa mereka berdua.

"Selamat Pagi kalian" Ucap lelaki dengan senyuman manis seperti biasanya.

"Oh Pak Jimin, Pagi juga" Ucap Hana pada Lelaki itu yang tak lain adalah Teman baik sekaligus atasan kerjanya..

"Sudah aku katakan tak usah terlalu formal Hana, apakah aku terlihat sangat tua dimatamu? Selain itu restoran ini milik hyungku" Kesalnya.

"Maafkan aku P-pak-, eh maksud saya Jimin " sang pemilik nama hanya cemberut. Hana terkekeh.

"Oke baiklah semua, mari kita bekerja keras hari ini!! " Ucap Jimin pada seluruh karyawannya.

"Baik!!!"

°°°°°

"Pesanan pada meja 7, 8, 12, segera buatkan" seru pelayan saat memberikan kertas pesanan pada koki.

"Baik" ucap Hana.

Kini seluruh isi restoran ramai pengunjung, dikarenakan jam ini adalah jam makan siang orang-orang yang sedang bekerja dan beristirahat sejenak untuk mengisi perut mereka untuk diberi makan.

Keringatnya mengalir sampai Terkena mata, membuat koki handal yang satu ini mengusap keringat yang mengganggu penglihatannya. Dengan keahlian memegang penggorengan yang sedang ia gunakan, sesekali menggunakan teknik memasaknya, dengan cekatan ia menaruh masakannya, meletakkan dipiring dan menyajikannya ke piring, setelah itu ia menyerahkan pada pekerja yang bertugas memberikan pesanannya tadi.


"Kerja bagus semua, terimakasih karena sudah mau bekerja kerass!, Tetap semangat dan beristirahatlah " Ucap Jimin lalu pergi masuk ke ruangannya.

Setelah hampir dua jam mereka bekerja tiada henti-hentinya, kini waktu mereka untuk istirahat. Melepas semua rasa lelah mereka, menikmati waktu mereka untuk merasakan kelegaan dari alat-alat dapur itu. Membiarkan mereka menghembuskan nafas lega.

" Hei Hana " Sapa Jeanna saat melihat Hana sedang melamun sambil terduduk diam dikursi ruangan Jimin, seperti biasa, Jimin, Hana, dan Jeanna menjadikan ruangan Jimin sebagai tempat mereka untuk bersantai. Karena mereka bertiga sangat dekat karena itulah mereka bertiga berteman baik.

"Hana? Hei apa kau mendengarkanku??" Jeanna pun kesal dan mulai berteriak ditelinga Hana.

"LEE HANA APA KAU MENDENGARKANKU" Hana pun masih belum tersadar dari pikirannya yang kacau itu. Jeanna pun mulai bertanya

"Apa ada sesuatu yang membebanimu? Beritahu aku jika ada yang mengganggumu, aku akan menghabisi orang itu" canda Jeanna untuk sedikit menghiburnya.

"A-aku... K-kenapa a-aku d-disini??" Ucap Hana sambil memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit, seperti rasanya ingin pecah dan sesuatu ingin keluar dari kepalanya.

"Hana kau tak apa? Kau ada disini bersamaku tenanglah, oh tidak jangan bilang kejadian waktu itu akan terjadi lagi" Jeanna khawatir kejadian ini sudah lama tak terjadi lagi, namun tiba-tiba Teman baiknya itu kembali lagi menderita seperti ini.

"Apakah ada seseorang yang bertanya tentang masalalumu? Beritahu aku Hana! " Ketika seseorang bertanya tentang masalalu Hana, dirinya akan terus mencoba mengingatnya, ia memaksa ingatannya agar bisa mengingat semua, namun faktanya jika ia mencoba memaksa kan, kepalanya akan sulit menerima memori yang sudah lama terpendam untuk bisa di rangsang ke otak untuk dicerna, akibatnya Kepala akan menjadi sangat sakit sekali. Bisa kau bayangkan.

"A-aku tak ingat apapun, d-dan kau siapa?, A-aku dimana? Ayah, ibu tolong aku, kepalaku terasa sangat sakit! Akhh" Hana mengerang, seluruh karyawan yang berada diluar kini ramai menuju ruangan Jimin yang terkunci itu, takut jika seseorang mengganggu dan bertanya macam-macam Mau tak mau Jeanna mengunci pintu dan berusaha untuk menenangkan Hana kembali.

Tok.. tok.. tok..

Suara dibalik pintu terkunci itu semakin keras kala pelakunya adalah Sang pemilik ruangan itu.

"Kalian semua kembalilah beristirahat" Ucap Jimin diluar membubarkan karyawannya yang sibuk melihat ke ruangannya.

"Jeanna, buka pintunya" Jeanna pun segera membuka kan kunci dan membiarkan Jimin masuk, setelah itu menguncinya kembali.

"Apa yang terjadi??" Raut Wajah Jimin sekarang nampak semakin Cemas.

"Cepat Telepon Taehyung sekarang juga, aku akan mengambil obat penenangnya" Ucap Jimin kemudian ia berlari keluar.

Drrtt... Drrttt.. drrt..

"Ck, Angkatlah Taehyung, sialan kau tak menjawab teleponku daritadi" Sudah hampir 5 kali Jeanna menelponnya namun nihil, satupun panggilannya tak diangkat.
Ia pun segera mengirim pesan dan ini salah satunya cara agar ia bisa tau kondisi Hana sekarang,

Jeanna bersumpah akan menghabisi lelaki itu jika ia tak datang kemari.

***

Coming soon

Jngn lupa vote dan komennya yaa

See u

Enjoy Life With You-!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang