Prologue

37 5 4
                                    

Widya pov

Menulis adalah hobiku sejak SMA. Aku sering berkhayal mengenai sebuah kisah percintaan dan pada akhirnya aku memilih mengambil sastra di banding kedokteran seperti para sahabatku. Para orang tua yang menginginkan anaknya sukses di masa depan dengan memasuki anaknya ke fakultas atau universitas ternama. Termasuk orang tuaku yang sebelumnya menginginkan aku menjadi seorang dokter dengan masa depan yang sudah di jamin, hingga aku harus bekerja keras di sekolah untuk mendapatkan nilai dan peringkat teratas. Dan beruntungnya aku berada di peringkat kedua di kelas ku semenjak kelas sepuluh. Bersyukur, itu yang harus di ucapkan.

Semuanya telah terencana sejak awal, hingga pada akhirnya aku harus melawan semua keinginan orang tuaku yang ingin memasukkan ku ke fakultas ilmu kedokteran. Aku harus mengejar impianku untuk menjadi penulis terkenal atau bahkan aku bisa membuat novel karyaku sendiri, maka dari itu aku mempelajari sastra bahasa Indonesia. Awalnya mamah papah menolak mentah-mentah dan mulai memarahi aku, tapi pada akhirnya aku bisa masuk sastra dengan cara aku memohon-mohon pada mereka. Universitas Indonesia,, ya dengan sbmptn yang memuaskan aku bisa masuk ke kampus impianku sejak kecil. Jika nilai sbmptn ku untuk masuk ke fakultas kedokteran sudah pasti tidak akan berhasil karena rata-rata nilai yang besar.

Setelah lulus kuliah aku mulai membuat karyaku yang akhirnya diterbitkan dalam bentuk novel. Kemudian aku juga mulai menunjukkan tulisan ku pada para sutradara apa bisa di tampilkan di layar kaca, awalnya selalu di tolak. Tetapi setelah berusaha lebih keras akhirnya aku menemukan sebuah production house yang menerimaku untuk menjadi asisten penulis. Kerja keras ku pun berhasil, yang kemudian aku mulai menjadi penulis utama. Karya tulisku sering di puji oleh produser apalagi sang sutradara, dan pada akhirnya pula aku turut andil dalam project film. Semua skenario yang di bangun adalah hasil karyaku, tentu saja dengan khayalanku yang menarik ini dan logis jika terjadi dalam kenyataan.

Latar yang diambil pun tidak main-main, karena untuk pertama kalinya aku menjadi penulis utama dalam project ini kami syuting di Amerika. Cerita yang mempunyai alur kesedihan nan haru, juga konflik yang menegangkan jika di tonton. Emosi pun juga di permainkan, film kami akhirnya mendapatkan apresiasi dari para penonton dan kami juga mendapatkan anugerah. Sungguh kesuksesan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya olehku, film pertamaku mendapatkan awards juga di sukai oleh banyak orang. Baik orang tuaku pun tak kelewatan memberi selamat dan apresiasinya kepadaku, mereka bangga aku pun senang.

Para sahabatku Loly dan Lavina juga memberi selamat atas kesuksesan pertamaku. Mereka ikut senang dan bangga, tapi di sisi lain aku juga merasa sedih karena kesibukan kami yang berbeda ini jadi jarang adanya pertemuan. Dulu yang sering belajar dan hampir menginap di rumah Lavina karena tugas, bahkan kuliah pun kami masih sering melakukannya kini tidak lagi. Nongkrong di kafe saja tidak bisa, karena tempat kerja kami yang berbeda dan juga jarak yang cukup jauh, waktu yang jarang di temukan bahkan jika di hari Minggu pun mereka yang notabenenya seorang dokter harus bekerja melayani pasien gawat darurat.

Loly dan Lavina beruntung selalu dekat, karena profesi mereka yang sama dan juga di tempatkan di rumah sakit yang sama. Rumah sakit itu milik ayahnya Lavina, Loly bisa bekerja disana karena awalnya paksaan Lavina dan usaha dia pula. Tetapi lama kelamaan Loly juga senang bisa bekerja di rumah sakit bersama Lavina karena mereka yang juga tak pernah absen menggosip. Pacar mereka saja sering di gosipkan, bukan sering tapi hampir setiap hari.

Aku selalu merasa heran pada pacar mereka yang bisa tahan dengan kepribadian para sahabatku ini yang abstrak. Tapi aku juga merasa bersyukur karena mereka adalah lelaki setia, para sahabatku saja yang sering suudzon bahwa cowoknya itu selingkuh padahal memang karena mereka berteman. Hal lain lah yang mungkin menjadi alasan untuk mereka berdekatan, karena tugas, atau sebuah proyek yang menjadi sebuah keharusan.

Kadang kisah percintaan mereka yang di rangkai semenarik itu membuatku iri. Aku pernah menjalani sebuah hubungan, tetapi tidak berjalan mulus. Di sakiti, di kecewakan, itu yang terjadi ini bukanlah sebuah skenario seperti dalam film tapi ini nyata. Orang itu memang brengsek, sehingga aku mulai tidak mempercayai lagi seorang laki-laki. Aku juga sering menjauhi laki-laki yang sering mendekatiku, trauma? Tidak. Hanya saja tidak bisa percaya.

Rangkaian cerita indah itu pernah ada di benak ku, seandainya rangkaian yang aku buat bisa kenyataan.. tapi apalah daya,

Bayang-bayang masa lalu sering menghantui. Aku benci jika masa lalu ku datang, yang menginginkan semuanya mulai dari awal benar-benar muna!. Aku tak pernah menggubrisnya, dia merasakan bagaimana rasanya tersakiti dan tidak di pedulikan sama sepertiku dulu.

Tapi bagaimana masa depan tiba-tiba datang? Apakah aku bisa merangkai sebuah kisah cinta baru yang indah, dan bisakah aku mulai membuat kebahagiaanku sendiri bersama orang itu?.

Kuharap impianku yang satu ini bisa terwujud, dan tak perlu mengurusi kehidupan masa lalu ku yang penuh dengan kekecewaan. Semoga,,,,

Bagaimana cerita baruku?
Semoga menarik ya kawan-kawan

Sweet Dinner Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang