Yara menjalani hidupnya sehari-hari di toko boneka miliknya. Tempat yang membawa tawa dan kebahagiaan baik bagi pengunjungnya maupun dirinya. Meski kecil, ia memiliki beberapa pelanggan tetap. Yara memang sudah menyukai segala hal mengenai boneka sejak muda.
Sampai suatu hari, sebuah undangan reuni datang.
Teman-temannya yang hadir menceritakan segala pencapaian mereka dengan bangga, memamerkan restoran yang kini sudah memiliki banyak cabang dan menunjukkan barang berharga kepunyaan mereka. Mereka terlihat... bersinar.
Yara juga menceritakan toko boneka kebanggannya yang sudah tujuh tahun ia jalankan.
"Kamu masih sama ya sampai sekarang. Udah tujuh tahun kan?" tanya temannya.
"Memangnya zaman sekarang masih ada orang yang suka boneka?" celetuk yang lain.Semacam api kecil mulai membara. Yara merasakan wajahnya memanas. Diam juga termasuk jawaban ketika kita tidak ada kata untuk berucap.
Siapa yang akan menyangka acara reuni itu dapat merubah total cara pandang Yara akan hidupnya. Ucapan teman-temannya terus terputar dalam benaknya, hingga mempengaruhinya.
Esok harinya, Yara menaikkan harga bonekanya dua kali lipat. Tidak lagi ia memberikan acara telling story gratis kepada anak-anak dari sisa-sisa kain yang ia olah menjadi puppet.
Beberapa anak kecil yang datang berkunjung, dengan berat hati keluar tanpa membawa apa-apa.
Dari pagi, siang, sore, hingga malam, Yara terus menggambar dan menggunting pola, menjahit dan mengisi boneka dengan serat polyester. Fokusnya untuk menciptakan boneka terbaik untuk dijual dengan harga tinggi. Yara akan membuktikan ke temannya bahwa tokonya juga dapat berkembang, memberinya kemewahan dan hal menakjubkan lainnya. Secepatnya.
Yang benar saja! Jumlah pelanggan yang berkunjung menurun drastis! Bahkan
hari ini, belum ada satu orang pun yang datang berkunjung.Toko yang semula sumber harapannya, kini tak lagi. Justru menjadi suatu hal yang ia benci dan sesalkan. Proses membuat boneka yang ia senangi, berubah menjadi hal yang memuakkan.
Semua orang berkembang, kecuali Yara. Lebih baik, lebih terampil. Semua orang berubah dan bergerak maju. Sedangkan Yara, masih sama dengan posisi diam di tempat, di toko kecilnya. Tidak peduli seberapa cepat ia berlari, ia selalu di belakang mereka.
Yara merasakan sesak di dadanya. Segalanya berjalan tidak sesuai yang ia inginkan.
Dirinya sedang menjahit boneka, tapi pikirannya berkelana. Tiba-tiba, jarinya berdarah, tak sengaja tertusuk jarum.
Sebulir air mata melesat jatuh. Yara menutup wajahnya. Selanjutnya, tangisan Yara semakin menjadi-jadi. Bukan karena sakit oleh tusukkan jarum, melainkan fakta bahwa semakin hari berlalu, semakin jauh dirinya dari tujuannya.
Boneka beruang kecil di meja bergerak dan mengetuk siku Yara dengan tangan mungilnya. "Jahitan di bagian sini tidak rapi," protes boneka itu sambil mengangkat, menunjukkan bokongnya yang seperti tertarik.
Yara mengusap matanya, mungkin kali ini ia sedang berkhayal. Yara menyandarkan wajahnya di meja, membiarkan imajinasinya berjalan.
"Kenapa dengan kemampuan menjahitmu sekarang? Lihat, bokongku sangat tidak nyaman sekarang karena ketergesa-gesaanmu. Mengapa tergesa-gesa? Kamu hanya melewatkan kesempatan untuk menikmati setiap momen," ucap boneka berwarna cokelat itu. "Memangnya ada yang salah dengan toko ini? Bukankah kebahagiaan seharusnya menjadi tujuan akhir setiap orang?" Yara membiarkan beruang itu mengomel panjang lebar. Boneka itu seakan dapat membaca pikirannya sejak tadi. Yara hanya diam mendengar, sampai ia tertidur.
Ketika Yara terbangun, ia melihat boneka beruang di hadapannya. Boneka itu sedang terlungkup menunjukkan bokongnya.
Gadis itu melihat sekeliling toko kecilnya, memandangi seluruh boneka yang ia jahit satu per satu. Boneka-boneka yang ia buat dengan senang hati dulunya. Boneka yang seharusnya juga memberi kebahagiaan kepada orang lain.
Benar, tidak ada yang salah dengan sekililingnya. Pikirannya sendirilah yang menghadirkan dan menciptakan masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly
FantasySetiap orang memiliki hal kecil dan sederhana, yang remeh bagi orang lain, tapi anehnya terasa cukup dan mampu memberi kebahagiaan yang tidak dapat dimengerti orang lain. Sialnya, Yara tidak menyadari keberadaan hal itu.