Bonus Chap

17.7K 492 125
                                    

“Xuxi,” panggil seorang anak laki-laki yang duduk di samping anak laki-laki lainnya yang sedang asik dengan permainan pasirnya.

“Ya?” Yang dipanggil pun menyahut. “Kata Mama, Xuxi akan pergi, benarkah?” Anak laki-laki itu memainkan ujung pakaiannya.

Anak laki-laki itu ─Mark Lee─ menatap Xuxi atau Yukhei dengan pandangan berharap. Berharap jika yang diucapkan oleh ibu dari sahabatnya itu tidaklah benar.

Yukhei mengangguk, “Ya, kata Mama dan Baba, kita akan kembali ke Hongkong,” jawab Yukhei membenarkan ucapan Mamanya.

“Jadi, Xuxi akan meninggalkan Mark?” Mark memandang sedih anak laki-laki bongsor yang kini telah melupakan mainan pasirnya dan memfokuskan dirinya pada Mark.

“Xuxi tidak meninggalkan Mark, aniya,” bantah Yukhei sambil menggeleng kencang.

“Tapi, Yukhei ingin kembali ke Hongkong.” Mark menyendu. Ia adalah anak yang pendiam dan Yukhei adalah teman satu-satunya dikelas.

“Xuxi hanya kembali sebentar, tidak lama. Yagso,” kata Yukhei sambil menyodorkan jari kelingkingnya. Membuat pinky promise.

Mark menerima pinky promise itu, “Xuxi janji akan kembali?” Mata Mark sudah mengeluarkan cairan bening yang sedari tadi ia tahan.

Yukhei mengangguk, “Xuxi berjanji, Mark. Uljima,” kata Yukhei sambil menghapus air mata Mark.

Mark ikut menghapus air matanya dengan telapak tangannya yang mungil itu.

“Nah, ini permen untuk Mark.” Yukhei memberikan sebungkus permen berasa coklat ke arah Mark yang langsung diterima oleh Mark.

Yukhei tertawa melihat betapa polosnya Mark. “Maafkan Xuxi, ne? Xuxi tidak sempat memberikan hadiah untuk kenang-kenangan, soalnya uang Xuxi habis untuk membeli jajanan untuk dipesawat. Permen itu saja diberikan oleh Nona kasir karena tidak ada kembaliannya.”

Mark mengangguk saja. Yukhei yang gemas langsung mengacak-acak rambut coklat milik Mark.

Yukhei pasti akan merindukan anak manis bermarga Lee itu. Yukhei juga berharap ia bisa kembali bertemu dengan lelaki manis itu.

Lima tahun kemudian.

Kini Mark dan Lucas tengah pergi ke taman, Mark menginginkan piknik ke taman karena Lucas akhir-akhir ini sering sibuk dikantor.

Ya, mereka akhirnya memutuskan untuk menikah dua tahun yang lalu, lebih tepatnya setelah Mark lulus kuliah dan Lucas diangkat sebagai CEO dikantor orang tuanya.

Mark dengan santai duduk disebelah Lucas sambil menyandarkan kepalanya pada pundak Lucas dan menatap sungai Han didepannya.

Lucas mengelus rambut Mark sesekali mengecup pucuk kepala istrinya itu.

“Mark?” panggil Lucas. Mark berdeham, “Ada apa?”

“Kau tak merasa mual?” tanya Lucas, Mark menggeleng, “Ani, wae?”

“Aa.. Gwaenchana. Oh ya, kau tak menginginkan sesuatu?”

“Sesuatu? Seperti apa?” tanya Mark sambil mendongakkan kepalanya.

Lucas terdiam, “Seperti mengidam?” kata Lucas tak yakin. “Biasanya 'kan orang hamil akan meminta ini itu. Kadang meminta yang bisa dinalar dan didapatkan, kadang pula meminta yang diluar nalar dan sulit didapatkan,” kata Lucas.

Mark menggeleng, “Baby yang ada didalam perut tidak menginginkan apapun,” kata Mark sambil mengelus perutnya yang membuncit.

Mark sedang hamil sekarang, usianya bahkan sudah menginjak tujuh bulan, tapi terlihat seperti sembilan bulan. Tentu saja, karena diperutnya ada dua makhluk kecil yang akan melihat dunia sebentar lagi.

Wanted 👹🔞 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang