13 | Main

2.4K 313 194
                                    

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Aku tak ingin dijadikan sebagai kelinci percobaan, bisa hancur wajahku karena ulah tangan amatirnya."

Ikhlas itu akan terasa mudah jika dijalani dan dinikmati dengan sepenuh hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ikhlas itu akan terasa mudah jika dijalani dan dinikmati dengan sepenuh hati. Karena kala rasa itu sudah bersemayam dalam diri, In syaa Allah akan diridai Sang Illahi Rabbi. Tak usah terlalu merisaukan hal yang belum pasti, cukup ikuti alur yang sudah setia menanti.

"Maaf yah, Teh gara-gara aku Teteh harus resign," cetus Naresh tiba-tiba, dan hal itu cukup membuatku terkejut tak percaya.

"Apaan sih, gak usah melow gitu. Bukan gara-gara kamu tapi emang udah seharusnya aku tinggalin pekerjaan aku," jawabku setelah memasukkan sesuap puding cokelat yang sudah disirami susu putih.

Tadi sebelum pulang, Umi menghubungi dan memintaku untuk menyambangi beliau, serta mengambil puding cokelat kesukaanku. Dan kebiasaanku dalam mengonsumsi makanan berkadar manis tinggi itu harus ditambahkan dengan susu putih kental manis lagi.

"Bukan melow aku gak enak aja sama Teteh, pasti berat kan ninggalin kerjaan yang udah bertahun-tahun Teteh jalanin," ungkapnya dengan bertopang dagu.

Aku mengangguk mengiyakan. "Tapi ya udahlah gak papa, lagian kan cuma kerjaan aja. Buat apa sih kejar karir tinggi-tinggi? Perempuan itu emang udah seharusnya di rumah, bukan keluyuran di luar."

"Ah, Teteh mah buat aku baper dan makin sayang aja, beneran ini mah lope-lope dah," ujarnya dengan kerlingan mata jail.

Aku tersedak puding yang belum sempurna kutelan, mendengar kosakata alay yang Naresh gunakan membuat bulu kudukku meremang sekaligus takut. Lebay sekali anak itu.

"Jangan seneng dulu karena aku masih harus tetap ke kantor, soalnya kan perusahaan lagi rekrut orang baru dan otomatis harus aku ajarin dulu. Gak bisa langsung kaya tahu bulat, sekarang ajuin surat pengunduran diri terus besoknya langsung lepas tanggung jawab gitu aja," terangku yang langsung Naresh angguki.

"Berapa lama lagi emangnya?" tanyanya setelah melahap puding yang tadi sempat dianggurkan beberapa saat.

"Dua mingguan lagi mungkin," jawabku yang langsung membuat wajahnya mengkerut cemberut.

"Masih lama itu mah, Teteh masih sering ketemu Pak Tua dong," rajuknya yang malah kusambut dengan tawa renyah menyenangkan.

Melihat lelaki itu cemburu tidak jelas membuat perasaanku senang bukan kepalang. Dia tidak tahu saja bahwa Pak Bagas sudah benar-benar mengatakan mundur dan takkan lagi merecoki rumah tangga kami.

"Iya dong," jawabku usil. Sepertinya virus Naresh memang sangat berbahaya, buktinya aku sudah mulai tertular.

"Ish, aku kerem Teteh di kamar biar gak bisa ke kantor aja kalau gitu. Enak banget Pak Tua itu bisa lama-lama ketemu Teteh, panas nih hati!" ocehnya dengan tangan sibuk menggerak-gerakkan kaus seperti orang yang tengah kegerahan.

Penghujung Cintaku | Cinta Tapi Diam Series 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang