9.50%

1.6K 252 58
                                    

Jongin duduk dalam kekhawatiran yang terus membesar menyelimuti nya. Jongin tidak akan bisa tenang jika Sehun belum kembali.

Jongin menoleh kala suara derap langkah kaki terdengar dari ujung lorong. Jongin berada jauh di dalam ruangan untuk mengantisipasi kehadiran orang lain yang mengetahui tempat persembunyian ini. Apakah itu Sehun? Bahkan ini terlalu cepat dari yang dikatakan Sehun.

Suara kaki yang melangkah dengan lambat itu sedikit menakutkan. Jongin bersembunyi di belakang tumpukan kardus besar.

"Nak, hamba Rora. Keluarlah dari sana. Bukan kah Sehun sudah berbicara tentang hamba?"

Jongin mendengar suara lembut itu dengan perasaan campur aduk. Benarkah? Jongin tidak pernah bertemu dengan Rora sekalipun, untuk melihat ke arah objek saja saat ini tidak bisa dilakukan Jongin.

"Hamba mencari tuanku. Hamba dan anak-anak kecil lain nya berada di tempat persembunyian yang lain, bergabunglah dengan kami."

Jongin percaya dan keluar. Seorang wanita paruh baya dengan tongkat unik tersenyum saat melihat Jongin. Jongin merasa lega saat ia tidak sendiri lagi.

"Tuanku terlihat khawatir sekali, percayalah Sehun akan baik-baik saja."

"Semoga saja." Ucap Jongin pelan.

"Tidak baik sendirian saat rasa khawatir menggerogoti tuanku, bergabunglah dengan yang lain."

Jongin ikut berjalan mengikuti Rora. Yang baru saja diketahui Jongin bahwa ada jalan lain dari pintu batu. Mungkin keluarga besar klan kerajaan serigala ini memiliki banyak siasat perlindungan diri saat peperangan yang tidak bisa di elakkan terjadi.

"Tuanku takut?" Rora berjalan di depan Jongin.

"Aku hanya tidak tahu harus bersikap apa."

"Ya, kita baru pertama bertemu. Panggil saja hamba Rora."

"Baiklah. Dan panggil aku Jongin."

Mereka keluar dari bangunan dan kini berada di tengah hutan.
"Kita akan menunggu kedatangan Yang Mulia dan yang lain nya di sini."

"Ya." Jongin tidak tahu harus merespon bagaimana, nyatanya Jongin masihlah anak pemalu terhadap oranglain dikehidupan dulu dan sekarang. Tata bahasa yang kaku dari Rora  semakin membuat Jongin laku.

Jongin mengamati sekelilingnya. Biasan cahaya dari matahari menerangi beberapa celah-celah dari ranting pohon.
"Dimana anak-anak itu Rora?"

"Mereka berada di rumah pohon beristirahat. Anak-anak itu terlalu dini mengalami ini hingga mereka shock dan lelah."

Keheningan terjadi.

"Jika Yang Mulia tidak bisa kembali lagi, bagaimana?"

Jongin menoleh dengan rasa takut. Dirinya tidak sampai memikirkan hal tersebut. Jikapun hal terburuk terjadi, Sehun terluka namun masih bisa kembali padanya.

"Bukankah Sehun akan baik-baik saja?"

Rora tersenyum kecil. Duduk disisi Jongin dengan lembut, mengetuk tongkatnya dengan halus.
"Kita tidak tahu apapun."

Jongin mulai cemas. Kembali menatap Rora dengan serius. "Rora, bagaimana caraku bisa berubah ke bentuk wolf?"

Rora menoleh pada Jongin dengan raut wajah tidak terbaca, "Tuanku tidak bisa berubah? Feromon mengatakan Tuanku adalah omega."

Jongin lupa. Hanya Sehun yang tahu. Tidak seorangpun dari werewolf disini tahu bahwa Jongin tidak tahu bagaimana merubah dirinya.

Jongin menunduk, "Aku belum pernah melihat serigala pada diriku. Sehun mengatakan kalau aku bisa melihat nya saat aku sudah ditandai seorang alpha." Jongin berkata dengan sedih. Itu bukan hanya untuk menutupi kecurigaan dari Rora, Jongin juga merasa sedih tidak bisa membantu Sehun.

Rora tersenyum kecil, "Itulah sisi lemah seorang omega. Tuanku tidak bisa mengeluh pada siapapun."

Tanggapan Rora yang peduli padanya kembali membuat Jongin bersemangat, "Bisakah Rora membantuku? Adakah cara nya?"

"Itu terlalu berisiko. Serigala dalam diri Tuanku dipaksa keluar dan itu tentu saja bukan risiko yang kecil."

"Aku hanya ingin membantu Sehun."

"Sungguh beruntung Yang Mulia memiliki pasangan seperti Tuanku."

"Aku akan menanggung risiko nya." Jongin bertekad.

"Hamba hanya orangtua di klan ini. Pemimpin hamba adalah Yang Mulia Sehun walaupun kursi masih ada pada ayah Yang Mulia. Bagaimana tanggapan raja hamba jika hamba membuat pasangan nya terluka?"

"Rora, ini adalah keinginanku. Tidak ada yang memaksa maka itu bukan salahmu."

Rora terdiam. Jongin semakin yakin melakukan cara apapun untuk membuatnya berubah. Tidak terlambat untuk membantu Sehun, Jongin hanya ingin menjadi berguna. Dia hanya sampah dikehidupan sebelumnya, yang hanya diam di lakukan semena-mena. Apa dia akan begini sampai dikehidupan selanjutnya juga? Hanya pecundang.

"Bantu aku, Rora."

"Hamba akan memberi tahu satu hal. Ini akan terasa menyakitkan."

"Lakukan saja Rora."

"Tuanku harus bertahan saat rasa sakit ini keluar." Rora berdiri. "Tuanku bisa duduk dan hamba akan melakukan ritualnya."

Jongin duduk dengan mata terpejam, menanti dalam keheningan yang mencekam. Suara perlahan menghilang, bahkan helaan nafas Rora tidak terdengar sedikitpun.

Jongin masih mencari-cari sumber kehidupan sebelum rasa sakit yang teramat sangat menusuk punggung nya. Merambat perlahan menyeluruh pada tubuhnya.

Jongin tidak bisa membuka mata saat ia ingin. Perlahan Jongin bisa merasakan bulu lembut yang merambat di sekujur tubuh.
Saat rasa sakit itu hilang, Jongin merasa ringan.

"Tuanku bisa membuka mata."

Jongin memicing saat melihat kilauan cahaya menusuk retina nya. Hingga saat Jongin melihat Rora yang berada di bawahnya.
Jongin melihat tangan nya yang menapak di tanah.

"Tuanku sungguh luar biasa."

Jongin kembali menatap Rora.
'Terimakasih banyak, Rora.'

Rora tersenyum. Jongin perlahan mulai berjalan. Disini tidak ada cermin jadi dia tidak bisa melihat dirinya.

'aku akan pergi menyusul Sehun, Rora.'

Rora tersenyum.

Jongin berjalan menjauh hingga saat akan memasuki bangunan, Jongin jatuh sambil menutup matanya.



.
.

Like drama.
Ini memang drama watty 2020

Chap akan berakhir pada 10.0%

0%

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang