#part 15

184 14 0
                                    


_____

Mutya pov

"Kak Akbar," ucapku saat melihat kak Akbar membuka pintu dan tersenyum kepadaku.

"Lagi apa?" tanyanya sembari berjalan mendekatiku.

"Bersih-bersih, kak. Tapi dari tadi bersin mulu," keluhku pada abang kesayanganku.

'Hatsyi'

Kak Akbar tertawa saat aku terus bersin. Dia bilang aku lucu.

'Huh'

"Kak Akbar, selalu aja ngeledek Mutya," lirihku sambil memutar bola mataku memalingkannya dari kak Akbar.

"Iih, ngambek mulu," ucap kak Akbar sambil mencubit pipiku.

"Sakit, kakak!" Aku berjalan keluar dari kamarku. Tapi, kak Akbar menarik tanganku hingga aku berbalik ke arahnya.

'Jleb'

Aku merasakan perut kananku ditusuk sesuatu. Rasanya sakit. Aku melihat kak Akbar tersenyum padaku. Aku ingin menjerit, tapi bibirku rasanya kaku. Aku merasa aku sedang meraung kesakitan tapi suaraku tertahan. Air mataku menetes seiring dengan jatuhnya tubuhku.

Aku bisa merasakan baju dan celanaku basah. Pandanganku mulai gelap, tapi sayup-sayup aku melihat kak Akbar meneteskan air matanya. Aku berusaha menjerit, tapi entahlah. Pandanganku gelap, mataku menutup secara paksa. Aku sudah tidak bisa menahannya.

Author pov

"Tolong!"

"Tolong! Mutya! Bangun!" Akbar meminta tolong sembari mencoba menyadarkan Mutya.

Arum, Moora dan kedua adiknya berlari ke kamar Mutya saat mendengar teriakan Akbar.

"Siapin mobil!" pinta Akbar.

Akbar kemudian menggendong Mutya dengan pisau yang masih tertancap di perutnya.

Moora yang khawatir, merasakan nyeri di perutnya. Dia terduduk di depan pintu rumah, melihat Akbar dan Mamanya mengantar Mutya ke rumah sakit.

Mendengar kebisingan di depan rumahnya, Kun dan Ibunya berlari keluar dan mendapati Moora sedang duduk sambil menangis di depan pintu rumahnya. Ditemani Mei dan Al yang juga menangis melihat kedua kakaknya kesakitan.

Kun berlari menghampiri Moora, diikuti ibunya di belakang.

"Kenapa, kak?" tanya Kun khawatir.

"Mutya! Mutya bunuh diri!"

'Deg'

Jantung Kun berhenti berdegup. Kemudian berdegup sangat cepat.

Moora masih belum bisa mengendalikan perasaannya. Dia terus menangis hingga ibu Kun datang menenangkannya.

Kun mengambil kunci motor yang ada di dekat Moora, kemudian bergegas mengikuti mobil Akbar.

Tiba di rumah sakit, Akbar menggendong Mutya dengan wajah yang sangat khawatir, diikuti Ibunya kemudian Kun yang baru memarkirkan motornya di samping mobil Akbar.

Mutya sudah masuk ke UGD. Sedangkan Akbar dan ibunya menunggu di luar.

Kun datang sesaat setelah Mutya masuk ke ruangan. Akbar yang melihat Kun datang, malah melayangkan pukulannya tepat di rahang Kun.

"INI SEMUA GARA-GARA LO! KALO SAMPAI MUTYA KENAPA-NAPA, GW GA AKAN MAAFIN LO!" bentak Akbar sambil terus menunjuk Kun meskipun ibunya sudah berusaha menenangkannya.

Kun bersandar ke dinding di sebelahnya. Dia sama sekali tidak membalas pukulan Akbar. Dia duduk sambil terus menundukkan kepalanya.

Matanya berkaca-kaca.

"Apakah benar, Mutya mencoba bunuh diri karnaku?"

"Kenapa?"

"Karna aku menolaknya?"

"Atau karna dia menolakku?"

Kun terus terhanyut dalam pertanyaanya. Air matanya menetes. Dia merasa kalau kejadian ini memang karna kesalahannya.

"Maaf!" gumam Kun sambil terus menunduk dan meneteskan air matanya.

Beberapa jam kemudian, Dokter keluar dari ruangan Mutya.

Kun sontak berdiri dan menghampiri Dokter tersebut, tapi Akbar sudah lebih dulu bertanya, diikuti mamanya yang terus menangis. Jadi, Kun hanya bisa menyimak ucapan dari Dokter itu.

"Bagaimana keadaan Mutya, Dok?" tanya Akbar masih dengan wajahnya yang tak berhenti khawatir.

"Mutya masih belum sadarkan diri, tapi lukanya sudah kami atasi. Keluarga masih belum bisa menjenguk pasien, karna membutuhkan banyak istirahat!" jelas Dokter yang menangani Mutya. Panggil saja Dr. Justin. Dokter muda dan tampan. *author paling ga tahan ama yang ganteng2 wkwk.

Akbar dan mamanya hanya mengangguk sambil mengusap air matanya, sedikit lega dengan kondisi Mutya saat ini. Begitu juga Kun, dia menarik nafasnya lega meskipun perasaannya masih tidak tenang.

"Kak Akbar ...."

Bersambung ...

_____

Vote!!!

✔Idolaku Jadi Imamku [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang