05: Perasaan

217 47 10
                                    

"D-dunia apa?"

"Dunia mimpi." Jawab Renjun dengan senyuman lebar. Selanjutnya, ketika Nakyung berhasil dibuat melongo karena perkataannya, Renjun langsung tertawa kencang. Seoyeon mendengus malas dan Nakyung mengernyit heran. Nakyung bertanya, "Lo kenapa?"

Renjun menetralkan diri, kemudian terkekeh pelan. "Enggak, enggak papa. By the way, omongan gue tadi emang kenapa sih? Gue cuma bilang di dunia mimpi, Lo malah melongo gak jelas."

Seoyeon menyahut, "Dia kaget mungkin. Dikirain Lo mimpiin dia, hahaha."

Nakyung diam-diam merutuk di dalam hati. Asumsi nya tentang Renjun juga memimpikannya ternyata salah, justru lelaki itu bahkan berbeda dengan yang di dalam mimpi. Renjun yang di dalam mimpi tidak suka bercanda dan sangat lembut, mengapa disini dia malah suka melawak dan membercandai orang?

Shit. Umpat Nakyung di dalam hati. Gadis itu hampir saja meluapkan amarah, ketika dia tiba-tiba mengingat sesuatu. Tunggu dulu… Renjun yang disini sama dimimpi beda? Maksudnya gimana??

"KYUNG! NAKYUNG! OIT!"

Mata Nakyung membulat. Dia menengok ke arah Seoyeon di sampingnya yang sedang memutar mata kesal. Dengan polosnya, dia bertanya, "Ada apa?"

Seoyeon melotot. "Masih nanya lagi! Tadi si Renjun nanya Lo mau makan apa, eh Lo nya malah ngelamun!"

"Eh? Hehehe, maap." Balas Nakyung sambil cengengesan. Selanjutnya, dia menengok ke arah Renjun dan berkata, "Mie ayam aja, sama es teh dua."

Renjun mengangkat jempol. "Oke," Jawabnya, kemudian beranjak pergi memesan makanan.

Tetapi… ada yang aneh. Nakyung dapat melihat—sesaat setelah Renjun sampai di antrian bakso, lelaki itu sempat menoleh ke arahnya. Dia melempar senyum, dan menggerakkan bibir seakan berkata, "Hello, my bunny."

Nakyung membatin, 'Bunny? Itu 'kan panggilan Renjun buat gue yang ada di dunia mimpi?'

***

Malam ini Nakyung memutuskan untuk begadang. Gadis itu hanya sedikit lelah dengan mimpi nya bersama Renjun, dia sekarang merasa putus asa. Dia kebingungan… apa dirinya sungguhan menginginkan Renjun? Nakyung yakin dia memang memiliki perasaan untuk Renjun yang ada di dunia mimpi, namun—jika yang ada di dunia nyata? Apakah Nakyung juga mencintai Renjun yang ada disini?

Sore tadi, saat gadis itu selesai menonton film bersama Renjun dan sedang keluar dari gedung bioskop, tiba-tiba Renjun mengajaknya ke suatu tempat. Tempat itu adalah tempat yang pernah Nakyung datangi untuk mencari Renjun, sebuah rumah sakit jiwa. Di dalam mimpi rumah sakit jiwa tersebut adalah tempat nenek Renjun dirawat, namun di dunia nyata tempat itu justru milik kakak ipar Renjun yang seorang dokter kejiwaan dan melakukan praktek disana. Sangat berbeda dengan yang di dunia mimpi bukan?

Namun kemudian, Nakyung pun hanya membiarkan pemikiran anehnya itu lewat. Jelas saja, tidak mungkin semuanya harus sama persis, 'kan? Renjun benar-benar ada di dunia nyata saja sudah sangat keren. Tetapi, akhirnya pemikiran tersebut kembali menghinggapi kepalanya saat dia bertanya kepada Renjun—

"Jun," Panggil Nakyung. Renjun pun menoleh dan Nakyung segera melanjutkan, "Kakak Lo itu 'kan cewek, kira-kira Lo setuju gak dia jadi dokter spesialis kejiwaan?"

"Kenapa harus gak setuju?"

"Ya pekerjaannya dia ini kan agak aneh dan… gak cocok? Rada bahaya juga, kan isi rumah sakit ini orang gila semua."

Renjun terkekeh. "Gue yang cuma adek ipar disini gak bisa ngelarang kali, kyung. Cuma ya, bener juga kata Lo. Harusnya dia gak kerja disini, dia juga dulu sampe sempet berantem sama abang gue gara-gara tetep mau kerja disini."

"T-terus, pendapat Lo gimana?"

"Kalo gue sih gak papa, selama gak ngerugiin gue yah biarin aja."

Nakyung mengalihkan pandangan ke arah bawah. "Lo… gak khawatir?"

Renjun menaikkan alis dan tertawa kencang. Lelaki itu menjawab, "Buat apa gue khawatir, dia cuma sebatas kakak ipar gue doang. Dia bukan kakak kandung gue dan kayaknya gak guna banget gue sebegitu peduli nya sama dia."

Ketika mendengar perkataan nya waktu itu, Nakyung langsung merasa sangat-sangat tidak suka. Di dalam mimpi, Renjun adalah sosok yang sangat peduli pada kaum hawa—terlepas siapapun status mereka atau bahkan orang tidak dikenal sekalipun. Namun, yang ada disini? Cih, Nakyung benar-benar merasa sangat kecewa. Bagaimana bisa dia berkata jika dia peduli dengan kakak iparnya itu merupakan sebuah ketidak bergunaan untuknya? Sebenarnya dimana hati lelaki itu?

To Be Continued.

Plis lah, Nakyung kenapa bisa cantik banget sih? Bagi-bagi napa:(

Dreamlight [Renjun Nakyung] | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang