Don't Look Back in Anger

386 30 4
                                    

Butiran serbuk putih yang turun dari langit mulai berhenti begitu sedan Audi A6 biru malam itu meninggalkan pusat kota London. Musim dingin di Inggris memang lebih tidak bisa diprediksi dibanding negara kelahirannya. Salju di kota ini biasanya hanya akan turun selama sehari atau dua hari di setiap bulan November hingga Februari. Intensitasnya tiidak pernah deras sehingga hanya akan membuat tanah seperti tertutupi oleh taburan bedak bayi. Seperti yang sedang Doyoung pandangi saat ini dari jendela mobil yang terus melaju membelah jalan tol menuju Oxford.

Suara dehaman terdengar dari sisi pengemudi. Membuat Doyoung kembali dari lamunan. Sadar bahwa sejak masuk ke mobil sekitar lima belas menit lalu, belum ada percakapan yang terbangun diatara mereka.

"Ambil jurusan apa di Oxford?"

Duh. Sejujurnya Doyoung benci basa-basi. Perasaannya selama acara dinner tadi, topik mengenai program studinya di Oxford University sudah beberapa kali dibahas. Dan dirinya adalah tipe orang yang paling tidak suka mengulangi perkataannya.

"MBA Business School."

Hening kembali. Doyoung bahkan tidak berniat untuk sekadar bertanya balik. Toh dia ingat semua tentang pria berlesung pipi yang sedang menyetir di sebelahnya.

Jung Jaehyun. Dokter residen tahun kedua di Korea University Medical Center. Menetap sementara di London untuk membantu riset salah seorang seniornya yang sedang menyelesaikan gelar PhD di Imperial College London. Tinggi mungkin sekitar 180 cm. Dark brown hair dengan poni yang menutupi kening. Kulit seputih susu. Dimples. To sum of it all : tampan.

Benar-benar tipe pria ideal bagi Ten, sahabatnya. Yang juga menjadi penyebab utama Doyoung berada dalam situasi awkward ini.

Ini hari Minggu dan Doyoung sudah berencana untuk rebahan seharian di kasur empuknya, sebelum Ten menariknya ke acara dinner di salah satu restoran India ternama yang terletak di pusat kota London.

Turns out Ten's dinner partner adalah seorang penyanyi solo populer di Korea. Doyoung ingat bagaimana lagu duet Baekhyun dengan trio Busker Busker selalu diputar hampir di seluruh pertokoan seantero Seoul setiap musim semi. Cherry Blossom Ending seperti menjadi lagu wajib saat salju musim dingin digantikan dengan kehangatan bunga-bunga musim semi yang mulai bermekaran.

Circle pertemanan Ten yang W.O.W ini selalu membuatnya tidak habis pikir bagaimana gadis Thailand ini lebih memilih untuk stuck bersamanya di apartemen mungil di kota kecil seperti Oxford. Melihat track record-nya yang pernah menjadi stylist Baekhyun, bisnis fashion-nya yang merajai seluruh mal di Bangkok, hingga prestasi terakhirnya yang mendesain headpiece yang dikenakan Taylor Swift di cover album terbarunya. Doyoung rasanya layak untuk minder pada seluruh pencapaian sahabatnya sebelum usianya bahkan genap 30 tahun.

Sebuah dehaman kembali terdengar. "Keberatan kalau dengerin radio?"

Doyoung melirik sekilas pada Jaehyun di sebelahnya. Tangan kiri pemuda itu sudah siaga menekan tombol play. "Terserah aja," responnya singkat.

Jaehyun memutar kenop radio, mencoba mencari-cari stasiun radio yang sekiranya akan dinikmati gadis yang sedari tadi hanya terus memandangi jalanan melalui kaca jendela. Otomatis men-skip siaran radio yang mengabarkan berita maupun yang masih memiliki DJ yang bercuap-cuap dalam aksen Inggris kental. Otaknya rasanya butuh break setelah berputar keras seharian akibat membaca berpuluh-puluh jurnal medis. Putaran tangannya berhenti saat mendengar lantunan melodi kord gitar yang familiar.

~

Slip inside the eye of your mind
Don't you know you might find
A better place to play

~

Melihat Doyoung sepertinya tidak keberatan dengan saluran pilihannya, tangan kiri Jaehyun kembali fokus menyetir. Kedua jari telunjuknya sesekali mengetuk setir kemudi di genggaman, mengikuti setiap ritme dentuman drum. Mendekati bagian chorus, mulutnya secara otomatis terbuka, tak bisa lagi menahan diri untuk ikut bernyanyi bersama Liam Galagher. Memorinya kembali pada masa-masa awal kuliah kedokteran dimana ia sering menyanyikan lagu ini di tempat karaoke bersama teman-temannya untuk sekedar melepas kepenatan dari textbook-textbook tebal yang penuh dengan anatomi tubuh manusia.

Her PlaylistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang