2

781 107 7
                                    

Jumat

“Jin.... Kau cari siapa sih?” Lea penasaran karena daritadi Jinny melihat ke arah sekeliling kantin seperti mencari seseorang tapi jinny hanya menggelengkan kepala

Pulang sekolah
“ayo... Kita jalan-jalan, uda lama kan kita gak jalan bareng? Ada Cafe baru dekat rumahku” Soodam bersemangat
“ayo aku ikut”Lea ikut


Jinny POV

“aku tidak ikut, kalian berdua saja”

“eh, kenapa?” Soodam terlihat agak sedih

“aku lagi gak enak badan, lain kali aku ikut”

“Kau kenapa sih?” Lea penasaran

“aku benar-benar lagi gak enak badan Lea, jangan khawatir”

Maaf ya soodam Lea, aku masih penasaran dengan dita dan seharian ini aku tidak melihatnya. Agak sedikit khawatir juga melihat dia kemarin basah kuyup dan penasaran kenapa dita benci padaku
Aku menunggu di dalam mobil tapi mataku mengawasi pintu gerbang

Ah itu Dita... Bajunya kotor entah bully apalagi yang dia terima hari ini, aku membuntutinya dengan berjalan kaki.

5 menit berjalan kaki, Dita tiba-tiba berhenti dan berbalik badan menghadapku

“berhenti mengikutiku” ah sial

“aku gak ngikutin kamu kok” jujur aku panik tapi berusaha terlihat santai

Dita lanjut berjalan kaki tapi tiba-tiba dia berlari kencang dan berbelok, akupun akhirnya ikut berlari agak tidak kehilangan jejak tapi sialnya Dita menghilang

“Mau apa kau? Kenapa mengikutiku?” Dita tiba-tiba muncul dari belakang sebuah mobil

“Kau membenciku? ” aku masih kesal dengan perlakuan ya kemarin

“sudah jelas kan? Aku gak sudi dapat bantuan darimu”

“Tapi kenapa? Kita gak pernah kenal, justru kemarin aku membantumu harusnya kau berterimakasih”

“Dih, gak akan ya aku berterimakasih ke kamu. Pikir aja sendiri dan jangan ngikutin aku lagi” Dita mengancam lalu pergi begitu saja

“Hey kita belom selesai ngomong”

Sebenarnya apa salahku ke dia sih??? Sebegitu benci ya tapi kenapa??


Next week

Senin

“kamu cari Dita?” Soodam yang baru datang tiba-tiba ngomong

“aah enggak”

“Jangan bohong. Sejak Dita masuk dan kamu ditolak waktu nolongin dia, kamu jadi aneh Jin... Makan siang tapi mata keliling cari seseorang, kamu jadi sering liat ke arah jendela” Soodam memperhatikanku selama seminggu kemarin

“aku bingung mau cerita darimana, aku masih penasaran kenapa dia gak mau kutolong. Sorry Dam, kemarin waktu kau ajak ke Cafe baru, aku sengaja ngikutin Dita pulang” akhirnya aku jujur ke soodam

“yauda terus gimana?”

“ya dia cuma bilang benci aku tapi gak tau alasanya”

“payah, harusnya cari tau dong. Terus mau gimana sekarang?”

“entah, jujur mau bantuin dia males tapi aku ngerasa harus bantu dia tapi kesel juga dia gak menghargai bantuanku tapi masih penasaran kenapa dia sebenci itu sama aku” perasaanku campu aduk waktu liat Dita.

Tiba-tiba Soodam tepuk tangan dan bikin aku bingung

“Gila... Dita bisa bikin bingung Jinny Park”

“aish makanya bantuin dong Damii, eh Lea mana? Dia gak masuk?” ku baru sadar Lea gak ada tapi jam kelas bentar lagi mulai

“Ijin gak masuk katanya, entah dia kemana” tanpa sadar aku melihat ke arah jendela lagi

“Jin.. Jin.. Dita uda masuk ke kelasnya kok”

“beneran? Kok aku gak liat?” Soodam ngangguk

“Tadi kamu fokus cerita waktu dia lewat”


Pulang sekolah

“Ayo pulang” Soodam sudah menjinjing tasnya

“Kau pulang duluan saja”

“Oke fine... Goodluck buat deketin Dita” Soodam mengacak rambutku lalu kabur pulang

“Yaaaah.... Bukan gitu...”

Kulihat Dita keluar digandeng 2 orang tapi mencurigakan karena setauku Dita tidak punya teman

“Jin....” saat akan mengejar Dita ada orang memegang tanganku

“soodam sudah pulang? Nitip dong, ini buku Soodam kemarin aku pinjam. Terima kasih ya” aku hanya mengangguk

Aish Dita dibawa kemana ini, gara-gara teman soodam aku kehilangan jejak Dita. Aku berkeliling sampai akhirnya menemukan Dita sudah dipegangi oleh 2 orang tadi dan berlutut didepan Denise?? Jadi selama ini Denise yang membully Dita
Dari jauh kulihat Denise menumpahkan tepung di kepala Dita sambil tertawa bahagia, Denise mengeluarkan telur dari tasnya dan akan melempakannya ke kepala Dita. Untungnya aku bisa menahan tangan Denise

“Yaaah, Denise stop”

“woow, Jinny datang membela anak beasiswa” Denise tepuk tangan mengejekku

“Lepasin Dita atau kubuat kalian keluar dari sekolah ini” Aku mengancam 2 orang tadi, dan mereka ketakutan dan pergi tapi tidak dengan Denise

“Kenapa kau mengangguku ha? Selama ini juga kau gak pernah peduli kan? Ada sesuatu kah diantara kalian? Menarik.... tapi tetap saja kau mengganggu kesenangan Jinny” Denise berdiri tepat di depanku dengan tatapan marah

“Aku juga tidak pernah peduli dengan urusanmu Denise, tapi kalau sekarang Dita jadi urusanku juga. Jangan pernah bully Dita lagi” Aku merebut telur yang ada di tangan Denise dan melemparkan ke kepala Denise

“Yah!!! Berani ya kau!!!” Denise mencengkeram kerah bajuku

“Aku tidak pernah takut siapapun, apalagi denganmu Denise. Harusnya kau yang takut padaku!!! ” Kudorong badan Denise sekuat tenaga

“Kalian kulepaskan saat ini, tapi lihat saja nanti”Denise akhirnya pergi


“ayo kubantu bersihkan badanmu, kau bisa pakai bajuku dan nanti kuantar pulang” Tanganku ditepis lagi oleh Dita

“Yah!! Apa maumu?” emosi ku sudah tidak terbendung

“Kan sudah kubilang aku gak butuh bantuanmu, kau juga uda tau kan aku benci sekali padamu”

“ada masalah apasih? Jujur aku gak pernah mau ikut campur urusan orang ya, disaat aku uda mau bersikap baik tapi ini balasanmu? Bukannya makasih malah begini. Kau pikir aku mau turun tangan kalau ada masalah seperti ini hah?” aku mencengkeram tangan Dita dan dia berusaha melepaskannya

PLAK!! Dita menamparku

“Berani ya kau” tanganku hampir saja menampar balik Dita tapi kutahan saat melihat Dita benar-benar ketakutan sekarang. Kulepaskan cengkraman tanganku, kujambak rambutku sendiri bingung apa yang harus kulakukan

“Oke fine... Kau sangat benci padaku, kasih satu alasan kenapa kau begitu benci padaku?” kuredam amarahku dan berusaha bertanya baik-baik

“Tanyakan itu pada ayahmu, apa yang sudah dia lakukan pada ayahku” Dita hanya berkata seperti itu lalu pergi meninggalkanmu begitu saja


Our Previous LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang