Retak

3 0 0
                                    

Aku menaikki jok motor kak Billy, perlahan tapi pasti dih! apaan si gak jelas! Skip pokoknya si vio udah duduk di jok motor.

“vio pegangan deh, nanti jatuh” kak Billy menyentuh tangan ku meletakkannya di pinggangnya, segera ku tepis tangan nya dan aku langsung memegang jok motor belakang.

“lebih nyaman gini kak, hehe” ucap ku nyengir.

Tanpa berlama-lama lagi kak Billy langsung menyalakan mesin motor dan melesat pergi dengan laju membuatku terpaksa akhirnya memeluknya dari belakang, aku bisa melihat senyuman nya merekah di wajahnya walau tidak terlalu jelas karena aku di belakangnya. Kali ini harus aku akui dia menang. Rambutku yang terurai bebas menari-nari ke belakang mengikuti arah angin. Kami berdua tidak memakai helm karena kak Billy emang hampir tidak pernah menyiapkan helm, tipe-tipe cowok yang enggak taat peraturan.

“makan yuk” ucap kak Billy di perjalanan saat lampu merah.

“boleh”

“mau makan apa?” sekarang kepalanya menengok ke arahku.

“apa ajalah TERSERAH”

“mau makan bakso?”

“enggak ah bosan”
“ikan goreng deh atau ikan bakar” ujarnya lagi

“enggak nafsu”

Kak Billy menghela napas nya, mungkin tadinya mau marah, beberapa detik kemudian dia kembali tenang dan menawarkan ku menu makan siang lagi. “steak deh gimana?”

“iyaaa” balasku. Udah capek-capek kan ya ditawarin segitu banyaknya menu dan Cuma kujawab singkat, asli nasib cowok pedekate emang begitu wkwkkwk.
Kak Billy berhenti di restoran willie brothers, aku pun turun dari jok motor dan masuk sekalian mencari bangku yang kosong. Nuansa restoran terlihat sangat mewah, di mejanya udah terdapat vas bunga yang sangat indah sebagai pajangan di meja, tercium juga bau bunga mawar yang segar seperti habis dipetik dikebun nya langsung, sendok an garpu juga sudah disiapkan di sisi meja.

Sambil menunggu kak Billy memakirkan motor, aku hanya bisa melihat hiasan-hiasan indah yang disediakan oleh restoran ini, kelihatan banget deh aura restoran mehongnya. Kak Billy mendatangiku setelah aku melambaikan tanganku ke arahnya. Kami melihat menu yang sudah dicantumkan di buku menu yang bewarna hitam legam dan dihiasi dengan tulisan wille brothers.

Selesai kami memesan makanan yang bisa dibilang cukup banyak, kak Billy memulai pembicaraan. Aku hanya mengangguk dan membalasnya dengan nada malas, yang kupedulikan saat ini adalah game yang kumainkan agar bisa menghilangkan kebosanan ku.

Makanan pun akhirnya disajikan oleh pelayan. Burger, kentang goreng, sup, dan juga steak yang masih mengepul panas, aroma minyak goreng panas dan rempah-rempah menyeruak di meja dan ke segala ruangan. Makanan manis yang berupa dessert juga tersaji di meja makan, berupa kue-kue manis yang berbentuk cupcake, dihiasi dengan sangat cantik. Sehingga ada rasa sayang untuk memakannya.

Aku memasukkan steak yang adalah daging sapi dengan keju meleleh di atasnya ke mulutku, sekalian juga aku menyeruput sup brokoli dengan keju sebalok di dalamnya, tidak lupa meminum minuman yang segar dan manis untuk pelepas dahaga ku.

Kami memakan dengan gaya kelas atas mengikuti suasananya yang elit. Setelah kami makan dengan kenyang , walau masih banyak makanan yang tersisa tetapi perutku tidak mampu melahap semua makanan di meja makan begitu juga dengan kak Billy. Kak Billy pun pergi ke kasir untuk membayar tagihan makan kami, sedangkan aku menunngunya di luar.

“makasih ya kak” aku turun dari jok motor.

Tanpa menunggu lebih lama lagi aku langsung membuka pagar tetapi kak Billy memanggilku aku yang tadinya mau masuk ke dalam rumah harus terpaksa membalikan badan, kulihat kak Billy masih duduk di motornya dan masih menyalakan mesin motornya. Tanpa babibu aku mendekatinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SasaengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang