SURAT WASIAT

16 2 0
                                    


Hello readers!!!

sorry for typo ya.

happy readingg!

:)

Suasana di ruangan 6 x 8 meter itu terasa sangat panas, para pengacara dan pemegang saham Sampoerna Bank turut hadir pada saat rapat luar biasa yang di adaan di gedung 45 lantai tersebut.

Suasana sengit sangat terasa antara pengacara setia keluarga Hasan Lie dengan pendapat sekretaris Hasan Lie yang berusaha memprovoasi para pemegang saham.

" Apa mungkin pak Hasan memberi surat wasiat itu pada seorang sekretaris yang baru bekerja sekitar 5 tahun padanya?" kata salah seorang pengacara setia keluarga Lie

" bukankah anda putus dengan pacar anda 5 tahun lalu setelah berpacaran 12 tahun dan menikah dengan isteri anda yang baru anda kenal 3 bulan?" sekretaris Hasan Lie mencoba memperetahanan posisinya.

" apa hubungannya pada kehidupan saya? Saya menikah karena naluri berkata demikian"

"Begitu juga dengan pak Hasan memilih menyerahkan wasiat pada saya daripada menyerahkan wasiat pada pengacara licik seperti anda. INGAT pak, NALURI!!!" Jawab sekretaris pak Hasan Lie

" saya semakin curiga atas kejanggalan kematian pak Hasan dan kenapa wasiat sampai kepada anda?" pengacara itu berkata sambil memandang curiga sekretris Hasan Lie.

"justru saya yang harus curiga pada aanda, enapa dia mempercayakan wasiat itu pada saya, apa anda berencana membunuhnya dan pak Hasan menyadarinya sampai dia menyerahkan wasiatnya pada saya ,bukan pada pengacara terhormat seperti anda?" sekretaris pak Hasan menjawab dengan sigap.

" Bagaimana ? siapa yang setuju dengan saya silahkan angkat tangan" kata sekretaris Hasan Lie sambil memandang semua pemegang saham .

Para pemegang saham terdiam cukup lama dan saling melempar pandang. Lebih dari setengah dari pemegang saham setuju bahwa sekretris Hasan Lie menjadi presdir baru.

" saya berjanji akan membayar kematian pak Hasan Lie" kata sekretaris Hasan Lie terharu.

Setelah tiga hari kematian Hasan Lie beserta isterinya pak polisi mulai menyadari kejanggalan.

Investigasi itu dipimpin oleh Rudy, ahli psikologi yang direkrut oleh kepolisian langsung.

"sebelum pak Hasan Lie, siapa saja yang berada di rumah wahai gadis kecil?" Rudy bertanya pada Angele

" tidak banyak, hanya ada aku,daddy,mom,dan 3 orang pembantu kami" jawab Angele

"apa pak Hasan Lie memiliki anak selain kamu?"

" ya, tetapi dia sudah berangkat tepatpada hari ayah saya kecelakaan. Dia berangkat setelah dia mendapat surat dia diterima di NTU"

"anak pintar! Apa ada yang datang kerumah ini pada hari kecelakaan itu?"

Ya, sekretaris ayah saya dan satu orang lagi yang tidak kukenali sebelumnya."

"apa pria ini datang kerumah anda?" kata Rudy sambil menyodorkan foto Kwe Anderson, sang pengacara setia Hasan Lie

"tidak" jawab Angele sopan

" baiklah gadis kecil, terimakasih" kata rudy sambil berjalan keluar rumah

" tapi aku mendengar daddy berbicara dengannya, au bisa mengenal suaranya !" kata Angele Lie

"apa kamu mendengar isi pembicaraannya?"

"sayangnya tidak, mereka berbicara sangat pelan. Tapi au mendengar tentang obligasi saham dan Pemberontak di perusahaan itu" jawab Angele

"apa ada lagi"

"tidak"

Rudy meninggalkan ruangan itu dan pergi menemui Kwe Anderson. Di depan gedung firma hukum milik Kwe Anderson Rudy langsung bergegas menuju lobi sambil menunjukkan identitas polisinya pada resepsionis Firna hukum itu.

"siapkan saya waktu dengan pak Anderson" kata Rudy tanpa basa-basi

Resepsionis itu langsung bergegas dan berbicara di telepon.

"silahkan menuju lantai 3 dan pak Anderson berada di 3 ruangan setelah lift" kata wanita itu

Rudy langsung bergegas menuju lift dan mencari ruangan itu. Tiba dipintu ruangan itu dia langsung masuk keruangan 6 x 7 meter dengan nuansa monokrom.

"Apa da yang bisa saya bantu pak? " sapa Kwe Anderson pada rudy.

"apa anda berbicara melaui telepon dengan pak Hasan tepat dihari kematiannya?"

"ya"

"apa yang anda bicarakan"

"yang kami bicrakan? Banyak dan semua tentang pekerjaan" jawab Kwe Anderson santai

"detail!"

"saya berbicara tentang obligasi saham perusahaannya dan kemungkinan adanya pemberontak di perusahaan itu. Apa ada yang aneh? Saya selaku pengacarannya sekaligus pemegang saham perusahaan itu wajar menanyakan hal itu bukan? " jawab Kwe Anderson

Rudy terdiam, apa yang barusaja Kwe Anderson katakana sama persis dengan cerita Angele Lie.

"Baiklah, permisi" Rudy langsung bergegas menuju parkiran. Dia langsung menuju kantor polisi.

Ditengah jalan dia teringat dengan pembicaraannya dengan Angele Lie. Ya,sekretaris pak Hasan Lie. Dia langsung belok dipersimpangan menuju kantik pusat Bank Sampoerna.

"saya polisi,tunjukan ruangan sekretaris hasan Lie" sambil menunjukan identitasnnya pada resepsionis itu.

"silahkan lewat sini pak" jawab resepsionis tersebut.

Resepsionis itu membawa rudy ke ruangan berdinding pualam mewah berukuran sekitar 10 x 10 meter dengan akuarium berukuran raksasa berisi ikan arwana.

"apa anda datang kerumah pak hasan?" kata Rudy dengan tatapan tajam

"ya, untuk memberi jadwal seperti biasa." Jawab sekretaris Hasan Lie.

"bukankah itu akhir pekan" kata Rudy sambil menatap curiga.

"ya saya memberi jadwal padanya setiap ahir pekan" jawab sekretaris itu dengan santai

" apa tidak ada lagi yang kamu kerjakan hari itu?"

"tida,itu akhir pekan aku hanya mengantar jadwal minggu depannya pada pak Hasan Lie, jika tidak ada lagi silahkan keluar" ,kata sekretaris itu pada rudy

Rudy keluar dengan penuh pertanyaan. Di parkiran dia langsung menuju mobilnya dan tiba-tiba!!!

DUARRRRR!!!!!

Bom meledak tepat dibawah mobil itu. Bom itu menewaskan Rudy dalam waktu seprsekian detik.

**





Sampai sini dulu ya reader!!!

Jangan lupa vote dan follow ya

Share ke teman-temanmu yang lain juga readerss!

CHEERIO!!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Girls UndercoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang