Rencana

14 3 1
                                    

Waktu telah menunjukkan pukul 06.30 dan Braga telah bersiap mengeluarkan motornya dari garasi rumahnya, ia mengendarai motornya dengan kecepatan penuh. Braga sedang tidak memboncengkan adiknya

Setelah kejadian tiga hari yang lalu, Braga selalu dicuekin adik perempuannya. Agatha selalu marah-marah jika melihat Braga, bahkan saat keluarganya sedang makan bersama

Jalanan kota Bandung memang sedang ramai-ramainya, banyak manusia berlalu lalang berangkat kerja, terutama pegawai kantor dan pegawai pabrik

Lampu lalu lintas menunjukkan warna merah, semua pengendara berhenti tepat di belakang zebra cross, Braga sudah berhenti dan ia melihat kearah kanannya, awalnya ia hanya ingin melihat-lihat pengendara lain tapi pandangannya jatuh pada lelaki dengan motor sport berwarna merah dan memboncengkan seorang wanita

"Woi bro, udah ganti cewek aja Lo. Oh iya udah nggak sama adik gue lagi? Bagus deh kalo gitu, adik gue terlepas dari cowok brengsek kayak Lo," sindir Braga kepada Fatih, laki-laki yang memiliki hubungan dengan Agatha

"Oh iya gue juga mau ngomong, jangan pernah ganggu adik gue lagi kalau sampai gue tau Lo ganggu adik gue, habis Lo ditangan gue," ucap Braga sarkas

Setelah itu, Braga melajukan motornya karena lampu lalulintas telah berwarna hijau

📍📍📍

Jam telah menunjukkan pukul 06.55 yang artinya lima menit lagi kegiatan belajar mengajar akan dimulai. Kini Braga telah berada di kelasnya tepatnya duduk di bangku paling belakang dan paling pojok pula

Braga menelungkup kan kepalanya di atas meja dengan tangannya sendiri ia jadikan tumpuan, jujur ia bosan sekali berada di kelas

Braga telah terlelap dalam tidurnya, bel telah berbunyi, Rama telah duduk di bangku yang berada di samping Braga, setelah itu guru antropologi datang dengan menenteng tas dan membawa beberapa buku ditangannya

"Selamat pagi anak-anak," sapa guru antropologi yang bernama pak Alif

"Pagi pak," jawab hampir semua murid

"Langsung saja, kita berdoa dulu. Berdoa menurut kepercayaan masing-masing dipersilahkan"

Semua siswa telah menundukkan kepala, "berdoa selesai. Langsung saja kalian buka buku halaman 38. Kalian baca itu halaman 38 sampai halaman 45 pahami nanti saja beri pertanyaan harus dapat menjawabnya," jelas nya panjang lebar

Rama telah mengeluarkan bukunya, ia tersadar temannya yang satu ini sedang tidur, "Ga, bangun. Pak kumis udah dateng nih"

Tidak ada jawaban, Rama pun menggoyangkan lengan Braga berharap Braga akan bangun, "sat, bangun woy anjing," ujar Rama dengan melontarkan kata-kata yang kasar

Tetap tidak ada jawaban, Rama kembali mencoba membangunkan temannya yang tidak memiliki tujuan datang ke sekolah, "njing, hudang woy budak hiji ieu, Aya guru tah," ujar Rama dengan logat Sunda nya

Rama memang anak sudah asli, dan Liam adalah orang asli Surabaya yang pindah ke Bandung karena pekerjaan ayahnya yang mengharuskan ia ikut pindah pula ke Bandung. Sebenarnya sebelum di Bandung, Liam sempat menetap di Jakarta karena ayahnya harus mengurusi berkas-berkas yang berada di Jakarta dan tidak boleh ditinggalkan

Dan Braga, ia saat bayi hingga usia tiga tahun ia hidup di Jerman, negara asal ayahnya. Saat usia empat tahun ia sudah hidup di Indonesia, dan akan selalu menetap di Indonesia. Ia sudah malas jika akan pindah ke Jerman lagi, sudah PW dengan ke-dua sahabatnya ini

"Woy Braga anjing, bangun woy," bisik Rama

"Apaan sih Ram, gue capek bego. Lagian si kumis lama datengnya," jawab Braga dengan suara yang berat dan sedikit keras dengan keadaan semua siswa yang hening

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

B R A G ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang