Holy Siblings

I'm dead but I'm alive (2)

Hutan yang masih sangat asri, dipadukan dengan hembusan angin yang sejuk dan pemandangan yang luar biasa, sungguh hal yang tidak pernah kubayangkan bahwa aku bisa terbangun di tempat seperti ini.

"Tuan Putri, apakah Anda lapar?" Griffin yang masih ada di samping ku bertanya.

"Emm. Tidak. Aku belum lapar." Jawabku yang kemudian terdiam. Aku masih berusaha mengolah berbagai informasi yang kudapatkan dari penjelasan para hewan ini. Tapi, aku sedikit ragu menyebut mereka sebagai hewan. Mereka sangat cerdas, tenang, dan bahkan lebih sopan daripada beberapa manusia di bumi. Beberapa dari mereka seperti griffin, fenrir, unicorn dan pegassus memiliki aura yang berwibawa dan bijaksana. Aku kira hewan seperti ini hanya ada dalam cerita dongeng dan mitologi, tapi sekarang, mereka ada di hadapan ku dan berbicara layaknya manusia. Mau sebaik apapun tingkat adaptasi ku dengan lingkungan baru, hal yang seperti tetap mengejutkan. Apalagi dengan kenyataan bahwa sekarang aku masih hidup. Banyak sekali pertanyaan yang ada di kepala ku sekarang. Untuk apa aku dikirim ke sini? Kenapa aku masih hidup? Atau aku memang sudah mati dan ini adalah dunia para jiwa yang sudah meninggal? Pastinya bukan. Semuanya masih belum terjawab.

Hewan-hewan yang tadinya berkerumun sudah pergi entah kemana, dan yang masih menemaniku hanya griffin. Sepertinya mereka kembali ke wilayah kekuasaan mereka masing-masing. "Griffin, apa aku bisa mendapatkan informasi lain tentang dunia ini? Um, ini bukan planet Bumi kan?" tanya ku sambil menatap griffin yang sekarang sudah duduk di sampingku.

"Tentu saja, Putri. Saya akan menjelaskan sedikit tentang apa yang harus Putri ketahui. Planet ini disebut sebagai Phelian. Saya pernah mendengar bahwa planet Bumi yang Putri Aurora sebutkan sebelumnya sebenarnya adalah planet kedua. Planet tiruan Phelian."

"Planet tiruan?" aku mengernyitkan dahi. Kenapa? Bumi yang tiruan? Bukan sebaliknya?

"Hal tersebut belum pasti, Putri. Memang ada beberapa buku di kerajaan manusia yang menyebutkan tentang planet Bumi, tapi semuanya sekarang sudah musnah." griffin terdiam sejenak. Ia seperti menahan amarah, "Tepatnya, dimusnahkan. Semua catatan tentang planet Bumi sudah tidak ada." sambungnya. Aku terkejut mendengar ini, kenapa mereka memusnahkan buku yang berisi sejarah? Walaupun buku itu diragukan kebenarannya, setidaknya tidak ada orang yang dengan sengaja memusnahkan mitologi dan cerita-cerita rakyat yang beredar di masyarakat. Apa ada konflik tertentu yang terjadi di kerajaan manusia?

Tapi tunggu dulu, dia bilang semua buku dan catatan sejarah sudah musnah, lalu kenapa dia bisa tau tentang hal ini? "Kalau semua bukunya sudah musnah, dari mana kamu mengetahui tentang Bumi, griffin?" Tanya ku dengan tatapan ingin tahu.

Griffin menatapku dan tersenyum, "Kami, para griffin bertugas sebagai penjaga sekaligus perekam sejarah. Walaupun usia saya belum mencapai dua ratus tahun, saya mewarisi ingatan dan semua memori yang dimiliki oleh kaum griffin, Putri. Tapi sebelumnya, um, sebenarnya saya mempunyai nama, Putri. Yah, kalau tidak keberatan, ahahaha." Ia tertawa canggung. Jadi mereks punya nama, ahhhhhh. Kenapa aku bodoh sekali?!

"Ah, maafkan aku. Kukira kalian tidak punya nama, jadi aku hanya memanggil kalian berdasarkan jenis." Aku tersenyum dengan rasa bersalah, menyadari kebodohan ku. "Jadi, siapa namamu?"

"Nama saya Elnar, Putri." Saat ia mengatakan namanya, ia membetulkan posisi duduknya dan menunjukkan kewibawaan yang selalu ia miliki.

"Elnar, nama yang sangat bagus. Baiklah, El. Apakah ada cara supaya bisa kembali ke Bumi?" Pertama-tama, ayo coba tanyakan hal paling klise dulu. Aku harus tau apakah ada kemungkinan untuk aku kembali ke Bumi.

"Putri ingin kembali ke Bumi? Kenapa?" El terlihat kecewa.

"Aku tidak tau harus berbuat apa di tempat ini. Walaupun kehidupanku di bumi tidak begitu menyenangkan, setidaknya disana aku memiliki keluarga." Jawabku dengan tersenyum, berusaha menahan diriku untuk tidak menangis.