Meet

23 1 0
                                    

Happy Reading!

Baru beberapa langkah, tiba-tiba aku melihat sosok pria tampan yang keluar dari pack house dengan seorang wanita yang bergelayut mesra di lengannya. Aku tertegun di tempatku. Mendadak Lucy terus meneriakkan kata
mate.. mate.. mate..

Perasaan apa ini? Batinku.

Aku baru pertama kali merasakan perasaan ini. Antara senang bercampur sakit..

Kulihat dia sama terkejutnya denganku. Dia terus menatapku dan melepaskan tautan wanita itu dari lengannya.

Aku langsung berbalik dan berlari ke mobilku. Kurasakan dia mengejarku tapi aku bergegas meninggalkan pack ini. Aku sempat mendengar teriakan Vana tapi aku tidak mempedulikannya.

Aku melajukan mobilku dengan kecepatan penuh. Yang ada di pikiranku sekarang hanya pergi sejauh mungkin dari pack ini. Aku bahkan mengabaikan Lucy yang terus menyuruhku untuk tinggal tadi dan sekarang dia tidak mau berbicara padaku.

Aku lega saat melewati perbatasan pack ini. Tapi tak lama kemudian tampak dari kaca spion, sebuah mobil yang melaju kencang mengejarku. Aku panik, dia terus membunyikan klakson menyuruhku berhenti tapi aku memilih tidak menghiraukannya. Alhasil dia terus mengejarku hingga aku sampai di apartemen.

Aku cepat-cepat turun dari mobil dan berlari menuju lift. Aku menekan tombol ke lantai yang kutuju. Belum sempat pintu lift tertutup sepenuhnya tiba-tiba ada tangan yang langsung mengcekalnya.

Kini lelaki itu ada di hadapanku. Wangi bunga levender bercampur kayu-kayuan langsung memenuhi indra penciumanku. Aku menatapnya lalu memperhatikan wajah tampan yang terpahat sempurna di hadapanku. Kurasakan Lucy yang kegirangan di dalam pikiranku.

"Mate" gumamnya yang masih bisa kudengar.

Aku terkejut dia langsung merengkuhku ke dalam pelukannya. Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa, dia membuatku nyaman.

"Balas pelukannya Clark, dia mate kita belahan jiwa kita" kata Lucy di pikiranku.

"Ayolah Clark kumohon" katanya lagi.

Alih-alih menuruti perkataan Lucy, aku melakukan sebaliknya. Aku mendorong dadanya agar dia menjauh dariku. Entah kenapa hatiku sakit melihat tatapan terlukanya padaku. Aku benar-benar tidak mengerti diriku saat ini. Pikiran dan hatiku tidak sejalan.

Dia kemudian menyentuh wajahku dan mengamati setiap inci dari wajahku. Aku hanya menatap manik mata abu-abu yang sangat jernih di hadapanku.

"Kau cantik" katanya disertai senyuman.

Tak lama kemudian pintu lift terbuka dan aku tersadar dengan posisi kami. Aku langsung menjauh darinya.

"Kau harus ikut denganku" katanya lalu menarik lenganku.

"Maaf saya tidak kenal dengan anda" kataku dingin dengan bahasa seformal mungkin lalu menyentakkan tangannya dari lenganku.

"Kau tidak boleh begini, aku ini matemu belahan jiwamu" katanya dengan nada yang sangat serius.

"Saya tidak mengerti dengan perkataan anda" balasku lalu pergi meninggalkannya. Dia hanya berdiri menatapku tanpa berniat mengejarku. Tentunya hal ini sangat menyakiti Lucy tapi aku tidak peduli.

Setelah sampai di dalam apartemenku, aku bernafas lega dan menormalkan detak jantungku yang sedari tadi berdetak tak karuan saat berada di dekatnya.

"Kau bodoh Clark" maki Lucy.

"Hei sadarlah Lucy dia sudah punya kekasih, memangnya apa yang kau harapkan?" sarkasku memperjelasnya.

"Aku tidak peduli soal itu Clark, dia mate kita yang ditakdirkan moon goddess, kalau kau belum mengerti dia sama saja dengan jodoh yang ditakdirkan tuhan pada manusia" terangnya.

Mysterious LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang