Serupa, tapi Tak Sama

1 1 0
                                    

Pagi hari yang sejuk membuat semua orang terlarut dalam kenyamanan di alam mimpi. Tetapi, bagi mereka yang bertekad pasti memilih untuk merelakan rasa nyaman. Karena, bagi mereka yang ingin masa depan cerah tau bahwa semua butuh banyak pengorbanan. Seperti remaja perempuan yang memilih untuk bangun dan mengejar mimpi. Bukan untuk tidur melanjutkan mimpi.

Hanindya Shaqueena Luqman namanya. Ia sudah rapih untuk berjuang melawan rasa malas yang melanda. Seragam umum SMA sudah dikenakan. Ia pun bertekad untuk belajar dan menjauhi orang yang akan merepotkannya. Walau sulit, itu harus. Jika tidak, kejadian satu tahun silam akan terjadi lagi kepada dirinya. Sungguh sulit melawan semuanya sendirian. Sehingga ia mengambil keputusan tersulit dalam hidupnya. Yaitu, menjauhi orang yang sangat ia cintai. Entah cinta monyet atau cinta mati, ia sungguh ingin hidup damai.

■■■■■

Perjuangan melawan pagi yang sejuk pun dihadapi oleh remaja lelaki yang ingin tampil lebih baik dibanding tahun lalu. Ia sudah berkaca dan berbicara pada diri sendiri bahwa betapa tampan dirinya. Rasa percaya diri yang tertanam sejak lahir, membuat ia mudah melakukan apapun tanpa rasa takut sedikitpun. Sehingga tidak jarang bonus yang ia dapatkan di hidupnya.

Azura Elvano Fajrin namanya. Remaja yang sudah siap bertemu dengan orang yang ia rindukan selama setahun silam. Satu tahun yang sungguh hampa di kehidupan masa SMA jiks tanpa kehadirannya. Perempuan yang lebih muda satu tahun darinya, membuat dirinya harus bersabar untuk ia masuk sekolah yang ia tempati. Setiap saat ia berdoa agar perempuan yang ia cintai satu sekolah dengannya. Benar saja, Tuhan mengabulkan permintaannya. Ia sangat bersyukur, doanya didengar oleh Tuhan. Ia pun berjanji pada diri sendiri, akan menjaga serta melindungi makhluk Tuhan yang indah nan bidadari.

■■■■■

Hari pertama sekolah adalah hari yang sangat dinanti oleh siswa siswi baru. Entah kenapa, mungkin karena pepatah yang mengatakan 'Cerita SMA adalah yang paling indah' membuat kebanyakan remaja tersipu akan kalimat itu. Tetapi kalimat sakral itu tak berlaku bagi Hanindya. Ia mempunyai masa SMP yang sangat kelam, membuat dirinya hanya ingin belajar dan lulus begitu saja. Tanpa ada kenangan indah yang terselip di kehidupannya. Ia harap, kehidupan SMA nya damai bak aliran sungai yang mengalir. Tapi, jika tidak berlika-liku, bukan kehidupan namanya. Baru saja ia memasuki gerbang, ia sudah disambut oleh orang yang ingin ia hindari. Tuhan pun berkehendak lain.

"Halo, Ana!" Lambai lelaki di sebrang sana yang lebih tua setahun darinya dengan senyum riang bagai matahari teletabis yang hangat untuk memulai hari.

Hanindya pun tak menghiraukan sapaannya, walau ia sangat tau dan sangat rindu. Ia harus bisa menahan, agar semua tekadnya terjadi. Ia pun berlalu lalang untuk mencari kelas yang sudah ia temui di papan pengumuman.

"Cih, sok kenal banget lo sama dede gemes baru" Ledek Kenta Mahendra, teman Elvano.

"Emang gue kenal, kok. Dia aja yang ga denger"

"Heh! Suara lo tuh udah kaya toa masjid. Yang bukan dimaksud aja nengok"

"Berisik!" Elvano heran dengan kelakuan Hanindya yang tak menghiraukannya. Sekali lagi, karena ia mempunyai percaya diri yang kuat, ia pun berpikiran bahwa Hanindya tidak mendengar sapaannya. Padahal, perempuan yang dimaksud memang benar ingin menjauh darinya.

•••••

Brother ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang