Prolog

3.1K 238 65
                                    

Happy Reading!
Don't forget to vote and comment!

#1613

.
.

Seorang laki-laki berambut hitam panjang tengah berlutut menghadap raga di hadapannya. Mata rubynya redup, tidak bersinar seperti biasanya. Dunianya hilang, direnggut paksa dari dirinya. Hujan turun dengan derasnya menghantam bumi. Langit seakan-akan memberitahu pada dunia bahwa ia turut berduka atas perginya malaikat cantik berhati lembut itu.

Laki-laki itu tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya terdiam dengan air mata yang terus mengalir dari kedua pelupuk matanya. Hatinya terisis sakit, amat sakit. Jemarinya bergerak menyentuh tangan mungil yang sudah dingin itu mencoba mencari secercah harapan. Tapi, apakah yang sudah pergi dapat kembali?

Tanah-tanah disekitarnya bergetar, awan semakin gelap, pentir menyambar dimana-mana. Angin kencang berhembus menghempas hal-hal yang dilewatinya, dedaunan berterbangan tanpa arah, debu yang menyakiti mata tak luput mengikuti arah dedaunan itu pergi. Langit terbelah menjadi dua, warga Obelia tercengang dengan apa yang mereka lihat saat ini. Hal yang amat sangat mustahil sedang terjadi di hadapan mereka.

Meteor-meteor itu berjatuhan menghantam bumi dengan suara dentuman yang sangat keras. Warga berhamburan kesana kemari berupaya menyelamatkan diri. Mereka pasrah, warga biasa seperti mereka bisa apa menghadapi hal yang sangat mustahil ini? Mereka tidak bisa menggunakan sihir, lagipula jika mereka memilikipun, mereka tidak bisa melawan sihir yang sangat dahsyat seperti ini.

"Ke-kenapa?"

"Kenapa?"

"KENAPA KAMU MENINGGALKANKU, ATHANASIA?"

"BUKA MATAMU, ATHANASIA. HIKS.. KAU TIDAK BOLEH PERGI BEGITU SAJA. HIKS... BAWA AKU JUGA BERSAMAMU... ATHY!!," teriak laki-laki itu.

Putus asa? Ya. Itu yang Lucas rasakan sekarang. Ia kehilangan malaikatnya, seorang wanita yang amat sangat dicintainya.

Sihir mengerikan itu terus berlangsung. Sang penyihir tidak berniat menghentikannya sedikitpun. Dia hanya berpikir, jika malaikatnya pergi, untuk apa dia tetap di dunia ini? Dia ingin mengubur seluruh Obelia bersamanya.

Kepalanya menengadah menatap langit yang sudah sangat mengerikan. Mata rubynya berkilat, sedetik kemudian munculah sebuah tombak berwarna biru kristal dari langit yang terbelah itu. Sang penyihir agung menara hitam itu menutup kedua matanya, kedua tangannya ia rentangkan, bersiap menerima kematiannya, akhir hidupnya.

Tiba-tiba waktu terhenti. Sebuah suara mengalun di telinga Lucas.

"Ini kah akhir yang penyihir agung menara hitam inginkan? Kau ingin bunuh diri seperti gurumu?"

Lucas membuka netranya. Ia hanya diam mendengar pertanyaan yang diajukan padanya.

"Kau pikir ini akhir dari segalanya?"

Lucas hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Sebelum kau mati, maka ia akan tetap ada bersamamu."

"Apa maksudmu?," tanya Lucas tidak mengerti.

"..."

"Kutanya apa maksudmu?"

"Dia akan kembali. Tapi, sebagai hukuman untukmu atas kehancuran dimensi Obelia. Aku harus menidurkanmu, Lucas. Hanya 'dia' yang bisa membangkitkanmu kembali. Aku tak akan mengambil sihirmu. Hanya itu kemurahan hatiku....................."

Kening Lucas berkerut tak mengerti. Ia hendak bertanya, tapi tiba-tiba tubuhnya tidak bisa digerakkan dan tempat yang tadinya putih terang menjadi gelap gulita. Mata ruby cantiknya tertutup. Penyihir agung menara hitam itu tertidur untuk waktu yang tidak bisa ditentukan. 100 tahun? 300 tahun? Atau 1000 tahun? Ia tidak tahu, hanya satu yang dia harapkan, kembali bertemu dengan malaikat hidupnya.

Written In The Stars | WMMAP FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang