5. "Mau saya temani?"

4.2K 787 46
                                    

Sorry for typo

NARESA

Terkadang hidup itu memang terasa pahit. Kenyataan memang seringkali tak berjalan sesuai harapan dan Jeno benci itu. Selama tujuh belas tahun hidupnya, tak pernah sekalipun ia merasa puas dengan hidupnya. Sebenarnya ia yang salah disini.

Apa yang diharapkan dari kehidupan seorang anak broken home yang selalu menjadi sumber masalah?

Selama ini Jeno sering kali bertingkah buruk, membuat semua orang yang berada di lingkaran hidupnya menjadi kesal dan kecewa padanya akibat hal buruk yang ia lakukan. Itu semua semata-mata hanya karena ia ingin mendapat perhatian mereka. Terutama dari kedua orang tuanya.

"Hallo Nu, gue ke markas ntar malem"

Setelah berbincang dengan Hyunjin beberapa saat, Jeno kembali memakai helm full face nya lalu melanjutkan laju motornya membelah ramainya ibu kota di sore hari. Tujuannya kali ini adalah sebuah tempat dimana ia bisa mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang tidak pernah ia dapatkan dari kedua orang tuanya

Jeno menghentikan laju motonya ketika ia sudah sampai di tempat yang ia tuju.

Sebuah rumah sederhana, sebuah panti asuhan yang terletak tak jauh dari keramaian kota. Tempat dimana Jeno bisa mendapatkan hal yang tidak pernah ia dapatkan selama ini

"Haidar?"

Senyuman tipis terukir di wajah tampan pemuda Nabastala itu ketika mendapati seorang wanita paruh baya yang tengah berdiri di halaman. Jeno turun dari motornya lalu berjalan menghampiri wanita itu, tak lupa ia mencium tangan wanita paruh baya yang selama ini sudah ia anggap seperti ibu nya sendiri

"Ibu, Haidar rindu" Jeno memeluk lembut sosok itu "Hari-hari Haidar berat bu, Haidar lelah. ."

Dapat ia rasakan elusan lembut dari tangan wanita berusa lima puluh tahunan itu pada punggung lebarnya. Untuk beberapa saat keduanya bertahan pada posisi itu.

"Nak, ayo masuk dulu. Dikit lagi udah mau maghrib, nanti di culik wewegombel"

Jeno terkekeh kecil

"Ayo bu"


NARESA


"Bang Haidar!"

Senyuman di wajah pemuda Nabastala itu merekah lebar ketika mendapati tiga orang anak berusia lima sampai delapan tahun berlari menghampirinya

"Iko! Abang kangen sama Iko!" Ia memeluk tubuh seorang bocah berusia lima tahun yang menghampirinya

"Abang juga kangen sama Ijam! Sama Ojan juga!"

Wanita paruh baya yang sebelumnya menyambut Jeno di halaman tersenyum melihat itu

"Haidar, mau minum apa nak?"

Jeno menatap wanita itu "Biar Haidar aja bu yang ambil sendiri," ujarnya lembut

"Iko, Ijam, Ojan, abang ke dalem dulu ya? Nanti abang kesini lagi"

Setelah mendapatkan persetujuan dari ketiga bocah itu, akhirnya Jeno melangkahkan kedua tungkai jenjangnya masuk ke dalam dapur bersama dengan wanita paruh baya yang sudah ia anggap ibu kedua nya

"Ibu apa kabar?" Tanya Jeno seraya menuang teko berisikan air ke dalam gelas nya

"Sudah lama ya bu? Tiga bulan kayak nya?Maaf Haidar baru bisa kesini lagi" sambung nya

Wanita paruh baya itu hanya bisa tersenyum lembut, ia menatap Haidar yang berjalan menghampirinya lalu duduk di kursi yang berhadapan dengannya

"Kamu bertengkar lagi?"

Naresa | nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang