Masih BAB 1: Kindness

7 0 1
                                    

Gita dan Garda tidak pernah seserius ini saat menonton televisi.

Bahkan saat orang-orang keluar masuk dan lewat di sekitar mereka, mengisi ruang kosong di perpustakaan, mereka tetap bergeming menatap layar.

Masih mencari, dan tidak akan menyerah sampai menemukan (bahan) masalah.

Selama menatap layar itu, Gita sesekali melamun.

Ternyata begini rasanya jadi mahasiswa tingkat akhir...

Kebingungan mencari masalah. Gelisah saat teman seperjuangan melangkah lebih maju. Tertekan karena harapan diri yang tak sesuai kenyataan. Belum lagi merasa bersalah karena orangtua yang membayarkan uang kuliah, sementara belum ada kemajuan dari tugas akhir ini.

Seakan tingkat akhir adalah puncak penderitaan mahasiswa.

Kenapa rasanya sesulit ini?

Padahal, dulu kakak tingkatnya tampak happy dan enjoy saja saat membuat skripsi.

Kenapa aku malah kesusahan seperti ini?

Apa yang salah? Apa yang berbeda?

Suara gedebuk di belakangnya membuat Gita tersentak. Saat menoleh, ia menemukan Shania yang sedang bersimpuh, merapikan buku-buku tebal yang berserakan di lantai. Shania mengerjap beberapa kali, melawan kantuk yang mendesaknya untuk istirahat.

Gita berdiri lalu membantu Shania membereskan buku-buku itu.

Shania tertawa canggung. "Makasih. Maaf ngerepotin, aku masih agak ngantuk ternyata, haha..."

Gita menunduk malu. Shania! Dia Shania yang diceritakan Pak Djafar minggu lalu!

Shania yang dikenal sebagai mahasiswi paling ambis di angkatannya!

Ternyata Shania juga bisa mengantuk!

Dialah Shania, yang meskipun mengantuk, tetap berusaha menyelesaikan skripsinya tanpa keluhan.

Sedangkan Gita, baru menonton televisi beberapa jam, tapi sudah mengeluh karena belum dapat bahan.

Kamu lemah sekali, Gita...

Sungguh, saking malunya, Gita ingin menggulung diri dan sembunyi di dalam kotak, dan jadi bolu gulung saja!

Tunggu.

Mungkin ini yang berbeda.

Gita masih mudah menyerah.

Gita masih sering lari dan bersembunyi.

Hikmah skripsi tentu saja bukan hanya sekadar mencari bahan masalah, kan?

Skripsi ini mungkin saja menjadi wadah pendewasaan dirinya.

Jadi, menelan gengsi, rasa malu, dan takutnya, Gita menatap Shania, lantas meminta bantuannya.

"Shania, jadilah teman seperjuanganku selama bimbingan dengan Pak Djafar!"














🐞🐞🐞🐞
Oiya, pojok curhat terus buka. Kalau mau cerita atau tanya-tanya tentang dunia kampus, aku sangat terbuka! Boleh di bagian komen atau di private message. Semangaaat!

Salam hangat penuh cinta,
AlishaNanta💖

SKRIPSQUAD [SQUAD SEMESTER AKHIR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang