2.TIDAK INGAT

13 1 0
                                    

Suara motor dan mobil mengisi kota besar nan sempit ini. JAKARTA, kota penuh kericuhan dan macet dimana mana. Suara lantunan klakson mobil dan motor seakan bersaut sautan seperti irama lagu yang tak beraturan.

Seorang cewek berdiri di depan halte bis, ia menunggu bus untuk berangkat menuju ke sekolah. Rasanya ia capek menunggu terlalu lama, yang akhirnya mungkin tidak ada ujungnya.

"Lama."

Bus pun datang, langsung saja gadis itu naik ke dalam bus, Ia taruh tasnya di depan tubuhnya.

"Berhenti mana neng?" Tanya knet bis.

"SMA NEGERI 2 JAKARTA."

Eliza mencari tempat duduk yang kosong, ia berharap dirinya bisa duduk. Karena tubuhnya seperti di himpit, bahkan dirinya bisa bisa tidak bisa nafas.

"Duduk kursi sana." Ujar cowok di sebelah Eliza.

"LOWW."

"Kenapa? Gak mau duduk? Apa emang kamu suka berdiri?"  Ujar Griffin.

"Gue mau." Jawab Eliza.

Eliza pun duduk di bangku kosong itu, ia benar benar ingat cowok itu. Cowok yang waktu itu mencegahnya untuk bunuh diri di sungai.

Sementara Griffin, ia justru memperhatikan Eliza dari jauh, entah dorongan dari mana ia seperti ingin melindungi gadis itu. Ia kasihan dengan keadaan gadis itu, mungkin sangat sulit untuk dirinya. Menerima hal pahit diantara kehidupannya, kenapa Griffin tahu? Karena ia mendengarnya, bahkan ia melihat gadis itu bunuh diri dan bahkan dirinya yang mencegahnya.

"SMA NEGERI 2 JAKARTAA!!'' Teriak knet bis.

Eliza pun berdiri dari bangkunya, dan berjalan menuju pintu keluar, Eliza rasa sepertinya cowok itu pun turun juga Di Depan SMA ini.

"Ning bang uangnya, pas itu." Menyerahkan uang 5 ribuan.

"Okee."

Eliza pun berjalan menuju ke depan gerbang sekolah, saat dirinya akan masuk sekolah. Tiba tiba seseorang berteriak dibelakangnya, Akhirnya Eliza melihat ke arah dimana suara itu berasal.

"Woii, bareng." Teriak Griffin pada Eliza.

"Cowok sialan." Umpatnya.

Mereka berdua pun berjalan beriringan, Eliza tahu kalau cowok itu bukan dari sekolah sini. Karena baju yang ia kenakan berbeda, mungkin cowok itu adalah pindahan dari sekolah lain.

"Low gak tanya nama gue siapa?" Ujar Griffin pada Eliza.

"Untuk?" Mengernyitkan dahi menatap aneh cowok itu.

"Untuk mengenal lebih dekat." Ucap Griffin tertawa geli melihat tingkah acuh cewek itu.

Eliza hanya menatap datar Griffin, baginya semua orang itu terlalu percaya bahwa mereka akan selalu bahagia di dekat semua orang yang dikenalnya, bahkan sahabat. Tapi tidak untuk Eliza, ia tidak suka berkomunikasi, bahkan berbaur dengan orang lain. Ia cenderung penyendiri dan tidak peduli.

"Kamu tahu gak?" Tanya Griffin.

Eliza hanya diam dan mendengarkan, tanpa mau menanggapi perkataan dan pertanyaan cowok itu.

"Kamu itu cantik, dan yang paling penting! Aku tahu tentang kamu." Ucap Griffin dengan santainya.

Eliza masih diam, ia benar benar merasa ingin mendepak cowok aneh ini dari kehidupannya sekarang juga.

"Aku kasihan sama kamu, seharusnya kamu selalu ceria, bahagia, tersenyum setiap hari dan bahkan melakukan aktifitas yang menyenangkan." Ujar Griffin panjang lebar.

"Hidup gak semudah low kira, banyak orang yang gak menghargai arti keluarga dalam hidupnya. Jadi jangan pernah ikut campur urusan gue!" Tegas Eliza berjalan mendahului Griffin.

"SAMPAI KAPAN LOW BERUSAHA SETEGAR ITU!." Teriak Griffin.

Namun Eliza hanya menganggap perkataan Griffin bagai angin lalu, seharusnya ia tak pernah berusaha untuk dekat dengan seseorang. Karena dekat akan semakin membuat takut kehilangan, biar saja sahabat kecilnya yang pergi tanpa pamit.

"Andai low ada Fin, gue mau low di sisi gue. Tapi,nyatanya? Gak? Gak ada!." Batin Eliza menatap sendu taman sekolah.

Terkadang, semua berubah tanpa kita sadari. Bahwa semua akan pergi walaupun tak tahu kapan, karena semua sudah diatur. Jalani dan hadapi!

Eliza ingin menangisi nasibnya yang malang, nasibnya sebagai anak yang tak diinginkan dari keluarganya, Memiliki ayah tapi tak seperti memilki ayah, apa ini yang namanya keluarga? Tak ada tawa hangat, tak ada sapa, tak ada senyum manis di setiap waktu.
Hanya keheningan yang tak menentu, semua seperti sudah biasa. Hingga hatinya mati karena semua, mati untuk terbuka.

"Hahahhahah, lucu ya? Hidup kadang bikin repot, kenapa gak mati aja." Gumam Eliza tertawa sendu, bahkan tawanya seperti menyiksa dirinya.

Dari kejauhan cowok itu terus memperhatikan Eliza, benar benar rapuh. Dia terlalu lemah untuk menghadapi ini, terlalu sulit masalah yang ia hadapi.

"Andai, kamu ingat aku!? Aku Ifin sahabat kecil kamu, kamu terlalu dingin aku sentuh Izelle, bahkan hampir tak tersentuh." Batin Griffin.

Griffin pun menuju ruang kepsek, untuk mengurus sekolahnya dan lain lain.

Eliza pun melangkah menuju ke kelasnya, banyak orang menatapnya dan menjelek jelekkan dirinya, namun ia tak peduli. Baginya sudah seperti makanan setiap hari.

"Liat tuh cewek, aneh banget. Kayak gak pernah ngomong gitu." Cibir gadis di dekat tangga.

"Biasa, dia kan cewek bisu. Ngomong aja gak bisa? Apalagi di Ajak bicara, yang ada runyam dunia." Ujar gadis sebelahnya.

Sampai juga di kelas, Eliza pun duduk di bangku belakang. Sendirian, mana ada orang mau duduk dengan cewek seperti Eliza, Yang diam seperti patung.

"Pagi anak anak." Sapa bu Hesti.

"Pagi buuuu." Jawab satu kelas serempak.

"Kita kedatangan murid baru." Ujar bu Hesti.

"Siapa?"

"Cowok apa cewek."

"Cewek gue gebet, cowok gue pasrah."

"Fiks, pasti cowok! Moga dia ganteng."

Griffin masuk, ia berjalan tenang dan benar benar terlihat cool. Tidak disangka kaum cewek seketika menjerit histeris, tidak untuk Eliza. Ia menatap biasa aja, bahkan tanpa ada senyum sedikit pun.

"Sudah diam, jangan ribut!" Tegur Bu Hesti.

"Baik perkenalkan nama kamu." Perintah Bu Hesti.

"Baik, perkenalkan nama saya Griffin Ramasha langit, panggil aja Grif atau langit gak papa. Saya pindahan dari Korea, Jadi saya harap bisa berteman baik."

"Pasti kok, aku selalu baik sama kamu." Goda Lilis mengerlingkan matanya.

"Abang selalu di hatiku, fiks netep deh." Ujar Lena.

"Kamu duduk di bangku belakang, dekat Eliza." Ujar bu Hesti.

Eliza, kamu tetep gak ingat aku? Batin Griffin.

Griffin pun berjalan menuju bangku belakang, Eliza yang benar benar tidak suka dengan cowok itu hanya memalingkan wajahnya tanpa mau melihat, Ia muak dengan Cowok aneh itu.

"Seberapa besar low ngejauh, di situ low akan tahu semua." Ujar Griffin menaruh tasnya.

Griffin pun mengeluarkan buku tulis yang ada di dalam tasnya, demi apapun ia bahagia bertemu dengan sahabatnya. Walaupun sifatnya tak se-hangat dulu.

"Kamu gak berubah, masih sama seperti 11 tahun yang lalu."

Aneh banget, kok 11 tahun yang lalu. Emang kita pernah kenal? Batin Eliza.

VlinderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang