Bab 1

404 43 25
                                    

Suara ledakan keras dapat terdengar bahkan bagi pilot yang masih terbang selamat. Beruntung kru dan para tentara telah keluar dari pesawat yang masih berada di atas udara dengan menggunakan parasut.

Nasib buruk menimpa sebagian tentara yang paling awal terjun, dikarenakan situasi kacau dan kurangnya informasi pendaratan banyak dari mereka yang terpisah di sekitaran hutan. Ditambah pandangan cukup terbatas karena cahaya matahari tak kunjung muncul, mereka mulai tersesat di dalam hutan.

Kolonel Harima berjalan dengan langkah kuat, tidak henti-hentinya memukul alat pemancar suara yang dia temukan di antara ceceran senjata. Terus mencari sinyal satelit yang bar-nya tetap kosong.

" Sial, bagaimana cara kita kembali! " Harima melempar alat pemancar suara tersebut sembarangan.

" Kalian semua dengarkan! Aku ingin kita semua mengambil senjata atau barang lainnya di dalam pesawat, lakukan dengan cepat kita harus bergegas! "

""" Siap, Pak! """

Kondisi visual yang gelap mempersulit menemukan klip senapan yang semuanya berwarna hitam dan berukuran kecil. Lalu guguran daun maple dan kacang pinus membuat semua tanah menjadi basah.

Para prajurit mengeluh apabila benda yang mereka ambil merupakan batu lempengan.

" Cepat, cepat, simpan semuanya dalam peti ini! " teriak perwira kurus dan pendek.

Beberapa perwira sibuk merapikan kembali senjata api sesuai dengan nama kotak senapannya, sabuk amunisi senapan mesin ringan buru-buru dimasukkan sebelum amunisi lain terus berdatangan dari tangan para prajurit.

Di tengah kesibukkan anak buahnya, kini ia harus memikirkan cara untuk keluar dari gelapnya hutan, seperti mencari arah kemana mereka harus pergi? Sambil memikirkan hal itu, dia melihat pesawat yang mulai terbakar-lebih tepatnya melihat yang ada di dalam kokpit pesawat.

Harima menyaksikan pemandangan horor di depannya, dia melihat seorang pilot itu terbakar hidup-hidup dan terjebak di dalam kokpit yang sudah terbakar.

" Oh Tuhan! Hey kau, bantu! Cari batang besi cepat! "

Sementara anak buahnya mencari batang besi, dia mencoba menghancurkan kaca depan pesawat dengan bokong laras panjang berkali-kali, akan tetapi usahanya gagal dikarenakan kaca pesawatnya begitu tebal.

Frustasi.

Dia melempar senapannya dan langsung memukul sekuat tenaga jendela tersebut. Akibat kecelakaan barusan tubuh Harima sedikit shock, tenaga sekuat apapun hanya mampu membuat tangannya tremor.

Seseorang tiba-tiba menarik ketiak Harima sekuat tenaga yang terus memberontak.

" Di mana orang itu? Sial! Di mana tongkatnya?! "

" Dia sudah mati Pak! Dia sudah mati sebelum Anda menyadarinya. " Orang yang menarik tubuhnya berusaha menenangkan Harima yang meronta ketika ditarik.

Benar.

Sejak awal pilot itu sudah mati.

Mungkin karena pilot itu mati dengan kondisi mata terbuka dan kedua tangannya menyentuh jendela, Harima berpikir pilot itu masih hidup dan meminta untuk diselamatkan.

Sayangnya tidak, bahkan ketika isi kepalanya mencair, tubuh itu sudah tidak bereaksi lagi.

Harima sedikit kehilangan kewarasannya. Pertama kali baginya melihat manusia terbakar hidup-hidup.

" Kolonel, kita tidak bisa terus berdiam diri di sini, seluruh senjata sudah kami amankan, sekarang kami semua sudah siap berangkat.

Pak, tegarlah jangan sampai kesedihan Anda membuat kami tidak percaya diri. Jadi, apa perintahmu sekarang, Pak?! "

2078: Fantasy Journey Of KopassusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang