today isn't day i want to

130 11 2
                                    

/1/
Rencana awalku adalah mengubur kenangan kita di liang sana,
sebab mengusik tak senang kita beringkar. Meski begitu, aku selalu gagal.

/2/
Menimbun kenangan kita dengan tanah.

****

Aku tersentak.

"Aish ... mimpi apaan tadi." cucuran keringat yang ada di dahi merosot turun ke pipiku. Detak jantungku tidak normal, berpacu sekali. Memang benar ini mimpi buruk. Tapi, akhir-akhir ini aku jarang memikirkannya. Malah tidak pernah.

Masih dalam keadaan terbaring, aku sengaja menutup mata. Mimpi barusan terasa nyata. Aku bisa membayangkan, aku berlari, berteriak, bahkan menangis dalam dekapan. Aku tak sadar, air mata telah turun. Sekarang, aku harus apa? Begini saja aku menangis, apalagi jika itu menjadi kenyataan? Aku berganti posisi, berguling ke kanan dan ke kiri. Menarik selimut, berharap tidur sebentar dan ketika terbangun mampu menggagalkan mimpi itu menjadi nyata, bahkan kalau perlu, ketika aku terbangun aku merasakan bahwa barusan adalah mimpi. Sayangnya aku terlalu pandai untuk ditipu, ini bukan mimpi.

Pagi ini, rasanya tidak sama seperti pagi-pagi sebelumnya. Semoga saja hari ini hari yang baik. Aku bangkit dan duduk sebentar di pinggiran kasur. Mencoba tenang lagi mengatur napasku yang tersengal. Pikiranku berantakan sehabis bermimpi buruk, lihat, aku menjatuhkan tas sekolahku. Bukunya tercecer, kupungut kembali. Dan mengaturnya di rak lanjut menjadwal buku untuk pelajaran nanti. Aku ragu buat memasukkan laptop, samar-samar ku ingat. Tak ada tugas yang mengharuskan memakai laptop. Meski begitu, kumasukkan juga laptopku.

Seturunnya dari atas, Munchkin memperhatikanku begitu serius. Terus memandangiku kemana aku pergi. Aku merasa janggal, jangan-jangan Munchkin tahu mimpiku? Dia tahu kalau aku berusaha menipu diri dengan tidur lagi? Munchkin sekali duakali mengeong 'menyapa'. Aku rasa salam selamat pagi Munchkin berbeda. Apakah di dunia ini ada kursus pelatihan bahasa kucing? Apa yang Munchkin mau, dia seperti ingin memberitahu, dengar, sapaanya sedikit penekanan diakhir. Oh tidak, kuharap ini pertanda baik.

Ternyata, benar dugaanku. Selepas ku tengok litter box miliknya BAB kali ini berair. Apa iya Munchkin diare? Setahuku Munchkin tak ada minum susu seperti larangan dokter tempo itu. Tapi, syukurlah aku tak perlu repot-repot menyewa pelatih kursus bahasa kucing. Tapi, mungkin air yang Munchkin minum kurang matang? Mana mungkin air mineral dimasak, jelas-jelas di iklan dikemas lansung dari pegunungannya. Karena belum berhenti bergaduh, aku masa bodoh membiarkan pikiranku lalu berjalan menuju dapur.

Tapi, buat apa sepagi ini membiarkan pikiran pening dengan hal sepele. Munchkin apalagi, pasti jawaban satu-satunya hanya mengeong. Dia akan diam bila mangkuk makananya sudah terisi penuh. Seperti lawan debat yang bungkam gara-gara kalah argumen. Bahkan data yang valid pun akan kalah karena argumen yang diracik sedemikian rupa supaya kata-kata yang disajikan mampu membuat kenyang dan menggiring keraguan penonton ke lawan.

"Mama mau kemana?" sepagi ini perlu membawa koper?

"Kemarinkan Mama udah bilang, besok juga Papa udah pulang."

Mama pun berlalu bersama koper kuningnya. Masuk ke dalam mobil, membiarkanku meminum segelas air putih seraya keras mengingat kemarin mama bilang apa. Kalau diingat-ingat mama punya satu ucapan yang sama setiap mama menarik koper kuning itu ke dalam mobil. Mama ada proyek di luar kota. Tapi ini tidak terlihat ganjil buat mama. Sepagi ini, pergi tanpa mengatakan kepadaku sebelumnya. Kerjaan mama yang berpaham Time Is Money membuat mama sibuk ke sana kemari menenteng kertas besar penuh garis. Kadang rumah, tak jarang gedung. Benar, mama seorang arsitek.

****

Sekitar sepuluh menit aku tiba di halte bus dekat rumah. Sarapan dengan roti membuatku tambah lapar. Lebih baik aku daripada Radin. Hanya meminum segelas susu. Bukan karena malas, justru mama yang selalu mengingatkan kalau malas bisa menunda rejeki bahkan membatalkan kedatangannya. Namun, masalahnya air keran di kamar mandi sulit keluar. Ada tapi sedikit. Terpaksa Radin ke loteng buat memeriksa. Beberapa hari yang lalu, mama dibuat kesal lantaran saluran air menuju kamar mandi tersumbat lumut. Aku juga tidak tahu datang dari mana.

KLANDESTINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang