Prabawaning wahyu kang sumedya
turun ing mercapada miling-miling wonten ing angkasa
gebyar-gebyar pindha ndaru kang sumedya tumibèng bawana
timbuling prabawa dumadi gara-gara tanpa sangkan
swara kaya mecah-mecahna jagad nganti sumundhul ing kayangan Suralaya
clorooot .... gleger
warda wening sirep kocap gara-gara
swara tanpa una tanpa uni
doh lamun jinarwakna
senajan ta katon slaka, slaka cèlèng
intena, inten bumi
para putra-putra bibar saknalika
pungun-pungun tyasira Ki Lurah Semar kanthi anggana rarasDaya perbawa wahyu yang tengah bersiap
turun ke marcapada, dunia, mencari tempat bersemayam sejati
bersinar cerlang layaknya cahya bintang jatuh
munculnya perbawa menciptakan gara-gara tanpa sebab
bersuara seolah memecahkan jagat dan tembus hingga kahyangan Suralaya
meluncur .. cepat menggelegar ..
sosok tua berparas teduh hening redam gara-gara----
Setelah mengerti akan tugasnya dan tlah dibekali ilmu serta pitutur luhur dari ayahnya Arjuna serta para sesepuh lainnya, maka segera Abimanyu menjemput para panakawan untuk mendampinginya dalam perjalanannya menuju TKP.
Tinut repat punakawan; nenggih ingkang munggwing ngayun, wongé rèmbès mripaté, awaké lemu, lanang ora lanang, wadon dédé, nenggih Ki Lurah Nayantaka, Badranaya, Lurah Semar, ya Risang Ismaya. Aja dupèh ala wujudé, parandéné iki déwa ingkang asalira manungsa, manungsa ingkang umur déwa.
Diikuti oleh empat panakawan; yang berjalan di depan, orangnya memiliki mata yang selalu berurai airmata, badannya gemuk, lelaki bukan lelaki, perempuanpun bukan. Itulah Ki Lurah Nayantaka, Badranaya, Lurah Semar, ya Risang Ismaya. Namun dibalik buruk wujudnya, sejatinya dia adalah dewa yang berwujud manusia, manusia yang memiliki usia panjang dewata.
Semar sering juga di artikan berasal dari bahasa arab Ismar. Ismar berarti paku, sehingga dapat berfungsi sebagai pengokoh terhadap semua kebenaran yang ada atau juga sebagai penasehat dalam mencari kebenaran terhadap segala masalah. Agama adalah pengokoh atau pedoman hidup manusia. Semar dengan demikian juga adalah simbolisasi dari agama sebagai prinsip hidup setiap umat beragama.
Ing wingking menika sunu, tegesé anaké Kyai Lurah Semar. Sinebat Nala Garèng, ya Cakrawangsa, Pegatwaja, Pancalpamor. Nala Garèng tegesé ati garing, wong kang atiné kemrisik, énthéngan. Cakrawangsa, cakra: gaman, wangsa: sanak piyandeling sedulur. Pegatwaja, pegat: pisah utawa tugel, waja: wesi atos; bisa ngrampungi gawé ingkang werit-werit. Pancalpamor, pancal: obahing suku, pamor: kembanging keris; tumindaké gawé anengsemaké. Nanging Nala Garèng kuwi sejatiné wong sedhengan, ora èlèk ora apik, sedheng.
Di belakang berjalan anak-anaknya. Yang sulung adalah Nala Garèng, ya Cakrawangsa, Pegatwaja, Pancalpamor. Nala Garèng mermakna hati yang kering, orang yang memiliki hati yang tidak bisa diam, slalu ringan tangan. Cakrawangsa, cakra berarti senjata, wangsa artinya keluarga sehingga Gareng adalah yang diandalkan saudara-saudaranya. Pegatwaja, pegat bermakna pisah atau patah, waja adalah besi baja sehingga Nala Gareng mampu menyelesaikan tugas seberapa sulit dan rumit. Pancalpamor, pancal: tendangan kaki, pamor: kharisma yang muncul; segala tindakannya membuat orang-orang senang. Namun sesungguhnya Nala Garèng hanyalah orang kebanyakan, tidak jelek juga tidak cakep-cakep amat, medium atau sedang sedang saja.
Nala Gareng memiliki cacat-cacat fisik di antaranya : matanya juling, hal ini mengandung makna tidak mau melihat hal-hal yang tidak baik, tangannya ceko, mempunyai maksud tidak mau mengambil atau merampas hak orang lain, berkaki pincang karena Gareng selalu penuh kewaspadaan dalam segala perilaku. Juga ada kalanya Nala Gareng sering diartikan dari adaptasi kata arab Naala Qariin. Kata ini berarti memperoleh banyak teman sehingga sesuai dengan dakwah para aulia sebagai juru dakwah untuk memperoleh sebanyak-banyaknya teman (umat) agar kembali ke jalan Gusti Allah dengan sikap arif dan harapan yang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakraningrat
General FictionMenceritakan tentang perebutan Wahyu Cakraningrat, wahyu penurun penguasa tanah Jawa. Menurut kepercayaan, sesiapa yang memperolehnya keturunannya bakal menjadi penguasa, menjadi pemimpin di tanah Jawa. Siapakah yang bakal memperolehnya dan bagaiman...