Kamu adalah lelaki baik menurutku. Kita bertemu di suatu kota yang tidak asing bagi penduduk Jakarta. Kamu sibuk mengeluarkan kamera dari dalam tas, sambil bercerita bahwa photography adalah kesukaanmu. Aku pun menanggapi dengan banyak pertanyaan seolah juga tertarik dengan dunia yang menjadi kesukaanmu. Lalu kita berjalan, sesekali berhenti jika ada yang menarik untuk diabadikan dalam lensa. "Aku lebih suka landscape," katamu.
"Tapi portrait juga menarik, Coba kamu berdiri di Tengah situ, 1.. 2... 3.."
ah.. aku tidak tahu harus berekspresi seperti apa seketika tidak ada die, sungguh aku mendadak malu saat gambar diriku harus masuk dalam lensamu
***
Malam yang tak sepi lagi, alunan piano ikut mengharmonisasikan perbincangan anak muda yang tengah duduk di kelilingi bangunan tua, satu sama lain saling larut pada perasaannya masing-masing.
Salah satunya aku. Perasaan yang terbangun saat itu adalah takut. Karena ternyata rasa takut itu berawal dari tumbuhnya kenyamanan saat menatap matamu, saat mendengar cerita kamu, ketakutan semakin memuncak tatkala malam semakin larut.
"Besok hari senin, sepertinya sekarang cukup dulu mainnya, aku antar kamu ke hotel ya,"
Sesampai di hotel, Kamu yang sibuk mencari driver di aplikasi ojek online, dan aku tengah gaduh dengan rasa takut ini. Takut karena bisa jadi tak lagi ada momen sebahagia sore itu dan akhirnya aku terpaksa harus terbiasa tanpa cerita-ceritamu lagi.
Suara Ojek online pun sudah terdengar memanggil namamu dari luar hotelku. Kau bergegas menghampiri sumber suara itu. Dan benar, ini adalah awal ketakutanku "Hati2 ya," pesanku
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting
Short StorySelama Menunggu adalah waktu belajar untuk mencintai diri sendiri, berusaha terus menjadi lebih baik sampai akhirnya yang ditunggu telah menjemputmu, tanpa penyesalan karena menemukanmu adalah kebahagiaan adanya.