"Hayya'alas sholaah"
Tiba-tiba panggilan itu menjelma sebagai penanda bahwa waktumu cepat berlalu. Lembaran file yang mengantri di atas meja juga tak mau kalah menyeru di dekat gendang telingaku, bahkan sampai nekad mengendalikan organ tubuhku untuk segera mengambil lembar demi lembar file dan melupakan panggilan tersebut. Astagaa... kerjaan masih banyak... ingat ini harus dikumpulkan segera... selesaikan dulu sajalah.... ah masih panjang kok waktu sholat Ashar. Sederet kata rayuan berkeliaran memenuhi isi hatiku hingga akhirnya benar-benar terjadi. Ya, aku melanjutkan seluruh pekerjaan itu.
Di samping mejaku ada meja lain yang juga masih berpenghuni. Suara printer antara satu meja dengan meja lain seakan saling bersautan meramaikan kesepian kantor. Mata demi mata saling berpacu menatap layar tak peduli lagi apa yang terjadi di sekitarnya bahkan tentang panggilan itu.
Tolong revisi ya apa yang sudah dikoreksi," astaga satu lembar file selesai datang file berikutnya.
"Mbak, ini nanti tolong discan ya" artinya bertambah lagi pekerjaan yang harus diselesaikan.
"Mbak tolong carikan data dan evidence untuk industri pertekstilan ya,"
Waktu tidak peduli untuk menanti aku sejenak menyelesaikan dua atau tiga Pekerjaan lebih dulu. Ia terus melaju, dan segalanya terasa sangat cepat.
"Mbak, udah sholat ?" Seketika mataku melotot melihat angka di pojok bawah kanan layar komputerku. Angka itu menunjukkan pukul 16.44 WIB. Ya, seketika diri ini menjadi ingat akan tugas seorang hamba, yakni bersujud dan berdoa.
"Belum nih mbak, Ayok deh mbak jamaah," sambungku.
***
Jendela samping mejaku ingin menampakkan malam padaku. Terlihat lampu dari lalu lalang kendaraan menerangi malam itu. Setiap dari mereka memiliki kesibukan yang tidak peduli dengan dingin dan gelapnya malam. Aku yang tengah duduk meletakkan secangkir teh hangat menyaksikan langit yang semakin gelap. Rupanya waktu telah mencapai pukul 21.30 WIB. Perlahan ku rapihkan segala yang masih mengisi di atas meja. Aku ingat bahwa tubuh harus segera diberikan waktu untuk istirahat, bahkan menikmati malam walau hanya sekedar membuka sosial media melihat kabar dari teman-teman yang bercerita lewat laman story nya. Besok, dunia masih ingin bertarung jadi malam ini aku siapkan energiku agar tidak kelelahan.
Perasaan yang terlanjur berekspektasi perlahan harus berdamai dengan logika dan aku rasa lelaki itu sedang baik-baik saja walau tidak lagi saling berkabar. Malam ini hanya perlu memikirkan peluru apa yang akan aku isikan dalam tubuh untuk menemui hari besok.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting
Short StorySelama Menunggu adalah waktu belajar untuk mencintai diri sendiri, berusaha terus menjadi lebih baik sampai akhirnya yang ditunggu telah menjemputmu, tanpa penyesalan karena menemukanmu adalah kebahagiaan adanya.